18 melalui  ikan,  air  minum,  atau  air  sumber  irigasi  lahan  pertanian  sehingga
tanaman  sebagai  sumber  pangan  manusia  tercemar  logam  Widowati,    et  al., 2008.
2.4.1   Besi Fe
Besi adalah logam dalam kelompok makromineral di dalam kerak bumi, tetapi  termasuk  kelompok  mikro  dalam  sistem  biologi.  Pada  sistem  biologi
seperti hewan, manusia, dan tanaman, logam ini bersifat esensial, kurang stabil, dan  secara  perlahan  berubah  menjadi  fero  FeII  atau  feri  FeIII  Darmono,
2010. Tempat  pertama  dalam  tubuh  yang  mengontrol  pemasukan  Fe  ialah  di
dalam  usus  halus.  Bagian  usus  ini  berfungsi  untuk  absorpsi  dan  sekaligus  juga sebagai eksresi Fe yang tidak diserap. Besi dalam usus diabsorpsi dalam bentuk
feritin, dimana bentuk fero lebih mudah diabsorpsi daripada  bentuk feri. Feritin masuk  ke  dalam  darah  dan  berubah  bentuk  menjadi  senyawa  transferin.  Dalam
darah  tersebut  besi  mempunyai  status  sebagai  besi  trivalen  yang  kemudian ditransfer  ke  hati  atau  limfa  yang  kemudian  disimpan  dalam  organ  tersebut
dalam  bentuk  feritin  dan  hemosiderin.  Toksisitas  terjadi  bilamana  terjadi kelebihan Fe kejenuhan dalam ikatan tersebut Darmono, 2010.
Keracunan  Fe  ini  dapat  menyebabkan  permeabilitas  dinding  pembuluh darah  kapiler  meningkat  sehingga  plasma  darah  merembes  keluar.  Akibatnya,
volume darah menurun, dan hipoksia jaringan menyebabkan asidosis. Penelitian pada  hewan  menunjukkan  bahwa  toksisitas  akut  dari  Fe  ini  menyebabkan
lamanya proses koagulasi darah Darmono, 2010.
Universitas Sumatera Utara
19
2.4.2   Tembaga Cu
Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam  ini  berbentuk  kristal  dengan  warna  kemerahan.  Dalam  tabel  periodik
unsur-unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom NA 29 dan mempunyai bobot atau berat molekul BA 63,546 Palar, 2008.
Secara  alamiah,  Cu  dapat  masuk  ke  dalam  suatu  tatanan  lingkungan sebagai  akibat  dari  berbagai  peristiwa  alam.  Unsur  ini  dapat  bersumber  dari
peristiwa  pengikisan erosi dari batuan  mineral. Sumber lain adalah debu-debu atau partikulat-partikulat Cu  yang ada  dalam  lapisan udara,  yang  di bawa turun
oleh  air  hujan.  Melalui  jalur  non-alamiah,  Cu  masuk  ke  dalam  suatu  tatanan lingkungan  aktivitas  manusia.  Jalur  dari  aktivitas  manusia  ini  untuk
memasukkan  Cu  ke  dalam  tatanan  lingkungan  ada  bermacam-macam  pula. Sebagai  contoh  adalah  buangan  industri  yang  memakai  Cu  dalam  proses
produksinya, industri galangan kapal karena digunakannya Cu sebagai campuran bahan  pengawet,  industri  pengelolaan  kayu,  buangan  rumah  tangga,  dan  lain
sebagainya Palar, 2008. Gejala  yang  timbul  pada  keracunan  Cu  akut  adalah  mual,  muntah-
muntah,  mencret,  sakit  perut  hebat,  hemolisis  darah,  hemoglobinurua,  nefrosis, kejang dan akhirnya mati. Pada keracunan kronis, Cu tertimbun  dalam hati dan
dapat  menyebabkan  hemolisis.  Kejadian  hemolisis  ini  disebabkan  oleh tertimbunnya H
2
O
2
dalam sel darah merah sehingga terjadi oksidasi dari lapisan sel dan akibatnya sel menjadi pecah Darmono
,
2010.
Universitas Sumatera Utara
20
2.5 Spektrofotometer Serapan Atom