5.4. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian Susu Formula di Kelurahan Helvetia Timur
Hasil penelitian tentang variabel pekerjaan ditemukan pada ibu dengan pekerjaan bekerja dengan persentase memberikan susu formula sebesar 98,6. Uji
statistik menunjukkan variabel pekerjaan berhubungan dengan pemberikan susu formula. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa ibu yang bekerja
akan lebih memungkinkan untuk memberikan susu formula dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Hal ini sejalan dengan pendapat Roesli, 2008 yang menyatakan sering kali ibu bekerja mengalami dilema dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya
meskipun kelompok ini tahu manfaat dan keunggulan ASI, namun sulit untuk mempraktekkannya. Alokasi waktu kerja sehari-hari yang banyak berada diluar
rumah dan di tempat bekerja, banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat
menyusui atau memompa ASI ibu bekerja sehingga tidak bisa merawat bayi sepenuhnya. Pemberian ASI yang tidak bisa dilakukan secara penuh biasanya akan
didampingi dengan susu formula. Padahal sebenarnya ibu yang bekerja penuh waktu pun tetap dapat memberikan ASI eksklusif. Pada prinsipnya, pemberian ASI dapat
diberikan secara langsung maupun tak langsung. Pemberian secara langsung sudah jelas dengan cara menyusui sedangkan pemberian ASI secara tidak langsung
dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya di frizer untuk kemudian diberikan pada bayi pada saat dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
Fakta membuktikan, banyak ibu-ibu yang bekerja menghentikan pemberian ASI eksklusif dengan alasan tidak memiliki banyak waktu. Padahal sebenarnya,
bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, kelengkapan memompa
ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat memberi ASI secara eksklusif Elinofia, 2011.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rohani 2007 yang juga menyatakan keberhasilan pemberian ASI yang terutama ASI eksklusif kepada bayi
dapat dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, sikap, dan pengetahuan ibu menyusui. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja lebih banyak
memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dikarenakan mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu yang lama sehingga
mereka membiasakan bayi mereka menyusu dari botol sejak dini. Padahal ibu yang bekerja pun sebenarnya bisa meluangkan waktu untuk memberikan ASI eksklusif
pada bayinya karena ASI eksklusif mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pertumbuhan bayinya.
Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk memberikan informasi dan motivasi serta meningkatkan pengetahuan ibu bekerja tentang prinsip
pemberian ASI Eksklusif baik secara langsung, maupun tidak langsung. Pemberian secara langsung sudah jelas dengan cara menyusui sedangkan pemberian ASI secara
tidak langsung dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya untuk kemudian diberikan pada bayi. Hal yang perlu diupayakan juga adalah adanya
Universitas Sumatera Utara
peraturan Pemerintah yang mengatur agar kantor-kantor atau pihak Perusahaan menyediakan Taman Penitipan Anak TPA agar ibu selalu dekat dengan bayinya dan
dapat memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi atau bila memungkinkan, bisa disediakan fasilitas pojok laktasi yaitu tempat untuk memeras ASI. Karena menyusui
sebenarnya tidak saja memberi kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik saja, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang
stabil, perkembangan spiritual yang baik, serta perkembangan sosial yang lebih baik Roesli, 2000.
5.5. Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Pemberian Susu Formula di
Kelurahan Helvetia Timur
Hasil penelitian tentang variabel penghasilan keluarga ditemukan ibu yang penghasilan keluarga
≥ UMR kota Medan dalam pemberian susu formula dengan persentase member susu formula sebesar 97,4. Uji statistik menunjukkan variabel
penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian susu formula. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi penghasilan ibu maka akan semakin
meningkat tingkat pemberian susu formula. Hal ini sesuai dengan pendapat Afifah 2007 bahwa faktor pendapatan sangat
mendukung dalam pemberian susu formula, keluarga yang pendapatannya tinggi cenderung akan memberikan susu formula kepada bayinya.
Berdasarkan penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang berpenghasilan tinggi lebih cenderung memberikan susu formula kepada bayinya, hal ini dikarenakan
tingkat ekonomi yang baik mendorong tingkat kepercayaan si ibu untuk memberikan
Universitas Sumatera Utara
susu formula kepada bayinya, sedangkan ibu yang berpenghasilan rendah akan menambah pengeluaran apabila harus memberikan susu formula.
Hal ini berbeda dengan Afifah 2007, faktor pendapatan sangat mendukung pemberian susu formula, keluarga dengan pendapatan yang rendah cenderung
melakukan pemberian ASI eksklusif. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendapatan
terhadap pemberian susu formula. Responden yang memiliki pendapatan tinggi lebih banyak yang memberikan susu formula. Hal ini dikarenakan tingkat ekonomi yang
baik mendorong kepercayaan ibu untuk memberikan susu formula sebagai makanan pengganti ASI.
Hal ini sesuai dengan penelitian Arifin 2004 bahwa pemberian ASI dengan soaial ekonomi, ibu yang mempunyai sosial ekonomi yang rendah mempunyai
peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibandingkan dengan ibu dengan sosial ekonomi tinggi. Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial ekonomi yang
tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan cepatnya pemberian susu botol.
5.6. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Pemberian Susu Formula di Kelurahan Helvetia Timur