Access 2007 merupakan pengembangan dari Access 2003, 2000 maupun versi- versi sebelumya, dengan harapan program aplikasi database ini lebih mudah dipakai,
mudah di integrasikan dengan program aplikasi Microsoft Office 2007 lainnya dan dapat memanfaatkan semua fasilitas yang terdapat pada Internet maupun Intranet
Taufani, 2009.
2.3.3 Crystal Report
Crystal Report merupakan program khusus untuk membuat laporan yang terpisah dalam program Microsoft Visual Basic 6.0 tetapi keduanya dapat dihubungkan
Linkage. Mencetak dengan Crystal Report lebih baik dan lebih mudah. Hal ini karena pada Crystal Report banyak tersedia objek-objek maupun komponen yang mudah
digunakan Madcoms, 2002.
2.4 Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang
telah ada. Menurut Hoffler dkk dalam Kadir 2002 untuk mengembangkan suatu
sistem informasi, kebanyakan perusahaan menggunakan suatu metodologi yang disebut metodologi pengembangan sistem. Yang dimaksud dengan metodologi ini adalah suatu
proses standar yang diikuti oleh organisasi untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisa, merancang, mengimplementasikan dan memelihara
sistem informasi.
2.4.1 Metode Prototype
Universitas Sumatera Utara
Prototype merupakan suatu metode dalam pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan untuk membuat sesuatu program dengan cepat dan bertahap
sehingga segera dapat dievaluasi oleh pemakai. Metode ini memberikan ide bagi analis sistem atau pemrogram untuk
menyajikan gambaran yang lengkap. Dengan demikian, pemesanan sistem akan dapat melihat pemodelan dari sistem itu baik dari sisi tampilan maupun teknik prosedural
yang akan dibangun Oetomo, 2002. Menurut Oetomo 2002, ada dua jenis prototype yang dikembangkan oleh
para ahli. Metode pertama lebih singkat dan kurang rinci dibandingakan metode kedua. Langkah-langkah dalam metode prototype yang pertama meliputi:
1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai. Pada tahap ini, analisis sistem akan
melakukan studi kelayakan dan studi terhadap kebutuhan pemakai, baik yang meliput i model interface, teknik prosedural maupun dalam teknologi yang akan
digunakan. 2.
Pengembangan prototype. Pada tahap kedua ini, analis sistem bekerja sama dengan pemrogram mengembangkan prototype sistem untuk memperlihatkan kepada
pemesan pemodelan sistem yang akan dibangunnya. 3.
Menentukan prototype, apakah dapat diterima oleh pemesan atau pemakai. Analis sistem pada tahap ini akan mendeteksi dan mengidentifikasi sejauh mana pemodelan
yang dibuatnya dapat diterima oleh pemesan. Perbaikan-perbaikan apa yang diinginkan pemesan atau bahkan harus merombak secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
4. Penggunaan prototype. Pada tahap ini, analis sistem akan menyerahkan kepada
pemrogram untuk mengimplementasikan pemodelan yang dibuatnya menjadi satu sistem.
Menurut Oetomo 2002, pada metode Prototype 2, ditambahkan empat langkah berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai. Pada tahap ini, analisis sistem akan
melakukan studi kelayakan dan studi terhadap kebutuhan pemakai, baik yang meliput i model interface, teknik prosedural maupun dalam teknologi yang akan
digunakan. 2.
Pengembangan prototype. Pada tahap kedua ini, analis sistem bekerja sama dengan pemrogram mengembangkan prototype sistem untuk memperlihatkan kepada
pemesan pemodelan sistem yang akan dibangunnya. 3.
Menentukan prototype, apakah dapat diterima oleh pemesan atau pemakai. Analis sistem pada tahap ini akan mendeteksi dan mengidentifikasi sejauh mana pemodelan
yang dibuatnya dapat diterima oleh pemesan. Perbaikan-perbaikan apa yang diinginkan pemesan atau bahkan harus merombak secara keseluruhan.
4. Mengadakan sistem operasional melalui pemrogram sistem oleh pemrogram sistem
oleh pemrogram berdasarkan pemodelan sistem yang telah disepakati oleh pemesan sistem.
5. Menguji sistem operasional. Pada tahap ini, pemrograman akan melakukan uji coba
baik menggunakan data sekunder maupun data primer untuk memastikan bahwa sistem dapat berlangsung dengan baik dan benar, sesuai kebutuhan pemesan.
Universitas Sumatera Utara
6. Melakukan sistem operasional apakah dapat diterima oleh pemesan atau harus
dilakukan beberapa perbaikan, atau bahkan harus dibongkar semuanya dan dimulai dari awal lagi
7. Jika sistem telah disetujui, maka tahap terakhir adalah melakukan implementasi
sistem. Menurut Oetomo 2002, pada metode prototype 2 sangat cocok untuk
pembangunan sistem skala kecil, karena kurang rincian tahapan yang dilalui dan kurangnya proses dokumentasi. Metode ini memiliki daya tarik tersendiri bagi
pengembang sistem, karena : 1.
Pengembang sistem dapat berkomunikasi aktif dengan pemakai, terkhusus dalam hal persamaan persepsi terhadap pemodelan sistem yang akan menjadi dasar
pengembangan sistem operasionalnya. 2.
Pemesan atau pemakai ikut terlibat secara aktif dan partisipatif dalam menentukan model dan sistem operasionalnya. Dengan kata lain, metode ini akan menghasilkan
sistem dengan persektif pemakai. 3.
Penggunaan metode ini meningkatkan kepuasan dari sisi pemesan karena keinginannnya dan harapannya dapat terimplementasi dengan baik, sementara
pengembangan sistem menjadi lebih hemat. Menurut Oetomo 2002, metode ini juga mengandung risiko, seperti:
1. Kurang dokumentasi secara terperinci dalam setiap tahap akan mengakibatkan
deteksi dan kontrol tiap langkah kurang cermat, sehingga bila terjadi kesalahan, akan cukup sulit untuk memperbaikinya. Disamping itu, jika sistem yang berhasil
Universitas Sumatera Utara
dibangun itu akan dikembangkan lagi, bisa jadi akan mengalami kesulitan karena ide-ide yang dihasilkan bersifat insidensial.
2. Pemesan dapat mengembangkan ide dan gagasannya ditengah perjalanan
pembangunan sistem sehingga kadang-kadang menjadi sangat luas dan sulit untuk diimpementasikan.
Metode prototype 2 sangat cocok untuk digunakan dalam pembangunan sistem informasi yang inovatif, berdasarkan persektif pemakai dan tuntutan waktu
penyelesaian yang cepat Oetomo, 2002.
2.4.2 Metode Daur Hidup