a. Kelayakan organisasi. Sejauh mana organisasi mendukung dan memprioritaskan
pembangunan sistem informasi? Tanpa dukungan yang penuh, sistem informasi
tidak dapat terbentuk b. Memilih kelompok bisnis
atau pasar sasaran mana yang akan menjadi tujuan penetresi produk-produk yang akan dipasarkan. Pasar sasaran yang dipilih berarti
juga menentukan siapa pemakai sistem tersebut kelak setelah jadi.
c.
Melihat kemungkinan-kemungkinan pemodelan. Besarnya modal yang dapat
dihimpun tentu akan mempengaruhi perancangan kinerja sistem. Bila modal yang tersedia besar, maka diperkirakan sistem yang dibangun sudah melibatkan
teknologi-teknologi terkini.
d. Tingkat kompetisi produk harus dapat dideteksi dengan baik. Tingkat
kompetisi akan mempengaruhi pengembangan sistem. Oleh karena itu, pembangunan sistem harus dilakukan dengan berorientasi pada pemakai, karena
pemakailah yang akan memberi penilaian terhadap sistem dalam lingkungan
kompetisi yang sangat ketat.
e.
Lingkungan operasional sistem. Dimana sistem akan dioperasikan. Apakah hanya
di dalam toko atau dapat diakses secara bebas melalui komputer pribadi atau warnet-warnet?. Hal ini akan mempengaruhi perancangan terhadap fleksibilitas
sistem. f.
Sistem harga. Apakah dalam melakukan transaksi, harga produk didasarkan pada
ketentuan yang sudah ditetapkan atau ada aturan-aturan pemberian diskon atau
Universitas Sumatera Utara
bahkan terjadi tawar-menawar. Pemodelan sistem harga ini tentunya akan menentukan model pemasukan data dalam sistem.
Tahap ini harus dilakukan secara objektif agar hasilnya tidak bias karena kegagalan dalam melakukan studi kelayakan dapat mengakibatkan pada kegagalan
total pembangunan sistem informasi, maka tahap ini harus dilakukan secara hati-hati oleh orang-orang yang telah berpengalaman Oetomo, 2002.
Bila ditemukan indikasi ketidaklayakan dari hasil analisis tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap penyebab ketidaklayakan. Kemudian dilakukan
pertimbangan secara cermat, apakah penyebab tersebut dapat diatasi atau tidak. Bila ya, maka segera disusun langkah-langkah konkritnya Oetomo, 2002.
Dari tahap ini akan dihasilkan rekomendasi, apakah sistem layak untuk dibangun atau tidak. Jika rekomendasi menunjukkan bahwa sistem layak untuk
dibangun, maka rekomendasi itu sebaiknya juga diikuti dengan usulan-usulan perancangannya termasuk perkiraan biaya yang dibutuhkan Oetomo, 2002.
2.4.2.3 Tahap Perancangan
Proses perancangan diperlukan untuk menghasilkan suatu rancangan sistem yang baik, karena dengan adanya rancangan yang tepat akan menghasilkan sistem yang
stabil dan mudah dikembangkan di masa mendatang Oetomo, 2002. Perancangan yang kurang baik akan mengakibatkan sistem yang dibangun
harus dirombak total atau sistem yang dibangun akan sangat berlebihan dari kebutuhan yang diperlukan. Tahap perancangan disebut juga tahap pemecahan masalah, yaitu
Universitas Sumatera Utara
dengan menyusun suatu algoritma, alur sistem, masukan, prosedur proses, keluaran dan database Oetomo, 2002.
2.4.2.4 Tahap Penerapan
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan rancangan yang telah disusun agar dapat diwujudkan. Proses implementasi untuk prosedur dalam
teknologi komputer akan menggunakan bahasa komputer. Pertimbangan untuk memilih bahasa komputer didasarkan pada dua hal, yaitu kemampuan bahasa
itu untuk menangani dan mengimplementasikan proses-proses yang
dirancang Oetomo, 2002. Realisasi sistem pada tahap penerapan ini ditempuh dengan beberapa metode,
antara lain penggunaan paket aplikasi, pengembangan oleh staf sendiri insourcing dan pengembangan yang dilakukan dengan kerjasama dari pihak luar seperti konsultan
atau software house outsourcing Oetomo, 2002.
a. Paket Aplikasi