BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi
Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam suatu organisasi digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Sehubungan dengan hal
itu, informasi haruslah berkualitas. Menurut Burch dan Grudnitski, kualitas informasi
ditentukan oleh
tiga faktor
yaitu relevansi,
ketepatan waktu
dan akurasi Kadir, 2003. Relevansi berarti bahwa informasi benar-benar berguna bagi suatu tindakan
keputusan yang dilakukan seseorang. Tepat waktu berarti bahwa informasi datang pada saat dibutuhkan sehingga bermanfaat untuk mengambil keputusan. Akurasi berarti
bahwa informasi bebas dari kesalahan Kadir, 2003. Untuk mempermudah bagi para pekerja di suatu organisasi dalam memperoleh
informasi, teknologi informasi bisa dilibatkan. Secara lebih khusus, organisasi umumnya menerapkan sistem informasi Kadir, 2003.
Menurut Alter 1992, sistem informasi adalah kombinasi antarprosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan
dalam sebuah organisasi Kadir, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Pendaftaran Pasien di Puskesmas dengan Menggunakan Program Komputer
Sistem registrasi pasien masuk dengan menggunakan komputer yaitu saat pasien masuk, pasien mendapatkan nomor rekam medis dan data-data pasien langsung
diisi dalam form registrasi pasien yang sudah tersedia di dalam komputer. Data-data tersebut akan dimasukkan dalam database. Saat pasien keluar, informasi pasien dapat
langsung dimasukkan ke dalam database komputer Sabarguna, 2008. Indentitas pasien dicatat pada pendaftaran pasien umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, asal pasien, pekerjaan, status, cara masuk pasien, jam masuk pasien, tanggal masuk, pasien datang, cara pembayaran, keadaan keluarga pasien
Sabarguna, 2008.
2.3 Perangkat Lunak Sistem
Perangkat lunak sistem kadangkala disebut perangkat lunak pendukung atau support software adalah program yang digunakan untuk mengontrol sumber daya
komputer, baik yang bersifat internal misalnya RAM maupun eksternal misalnya printer. Kedudukan program ini umumnya sebagai perantara antara program aplikasi
dan perangkat keras komputer. Itulah sebabnya peran program sistem kadangkala tidak terlihat secara langsung seperti perangkat lunak aplikasi yaitu utilitas Kadir, 2003.
Menurut Kadir 2003, perangkat lunak sistem dapat berupa sistem operasi, utilitas, device driver dan penerjemah bahasa.
Universitas Sumatera Utara
1. Sistem operasi adalah perangkat lunak dasar yang berfungsi sepenuhnya untuk
mengendalikan sistem komputer. Windows, UNIX dan Linux merupakan contoh sistem operasi.
2. Utilitas adalah program yang dipakai secara langsung oleh pemakai untuk
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian atau pengalokasian sumber daya dalam sistem komputer. ScanDisk pada Windows ataupun tar pada
UNIX dan Linux merupakan contoh ulilitas. 3.
Device driver adalah program yang berfungsi untuk membantu komputer mengendalikan peranti-peranti lunak peripheral. Sebagai contoh, jika anda
menghubungkan printer ke komputer, biasanya anda perlu meng-install program bawaan printer agar komputer bisa mengenali printer tersebut. Program itulah yang
disebut device driver. 4.
Penerjemah bahasa language translator adalah program yang menterjemahkan pemrogram menjadi bentuk yang dapat dijalankan oleh komputer secara langsung.
Contohnya Pascal, Basic, C, C++ dan sebagainya.
Dalam perancangan sistem Pendaftaran pasien di Puskesmas Padang Bulan Selayang II digunakan program aplikasi Microsoft Visual Basic 6.0, Microsoft Access
2007, dan Crystal Report.
2.3.1 Microsoft Visual Basic 6.0
Microsoft Visual Basic adalah sebuah program aplikasi yang digunakan untuk pengembangan dengan manfaat keistimewaan konsep-konsep antarmuka grafis dalam
Universitas Sumatera Utara
Microsoft Windows. Aplikasi yang dihasilkan Visual Basic berkaitan erat dengan windo ws itu sendiri sehingga dibutuhkan pengetahuan bagaimana cara kerja windows
Suryana, 2009. Dalam pemrograman Visual banyak istilah dan konsep untuk menyebut sesuatu
yang membentuk sebuah aplikasi. Istilah-istilah tersebut memiliki arti yang sama dalam lingkungan pemrograman Visual lainnya, seperti misalnya Objek, Property dan
Event Suryana, 2009. Menurut Sihombing 2011, kemampuan dari Visual Basic adalah
a. Dapat menghasilkan file-file eksekusi atau bersifat excutable file yang
berakhiran .EXE sehingga dapat dijalankan dengan memanggil file tersebut. b.
Dapat memuat program-program aplikasi yang berbasis windows. c.
Dapat membuat objek-objek program bantu seperti ActiveX, Aplikasi Internet, file Help dan sebagainya.
d. Sangat mendukung sebagai pengolah databese server dan membuat program
multiuser.
2.3.2 Microsoft Access 2007
Microsoft Access 2007 atau lebih dikenal dengan sebutan Access 2007 merupakan salah satu perangkat lunak yang diperuntukkan untuk mengolah database
di bawah sistem Windows. Dengan menggunakan Microsoft Access 2007, seseorang dapat merancang, membuat dan mengelola database
dengan mudah dan cepat Taufani, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Access 2007 merupakan pengembangan dari Access 2003, 2000 maupun versi- versi sebelumya, dengan harapan program aplikasi database ini lebih mudah dipakai,
mudah di integrasikan dengan program aplikasi Microsoft Office 2007 lainnya dan dapat memanfaatkan semua fasilitas yang terdapat pada Internet maupun Intranet
Taufani, 2009.
2.3.3 Crystal Report
Crystal Report merupakan program khusus untuk membuat laporan yang terpisah dalam program Microsoft Visual Basic 6.0 tetapi keduanya dapat dihubungkan
Linkage. Mencetak dengan Crystal Report lebih baik dan lebih mudah. Hal ini karena pada Crystal Report banyak tersedia objek-objek maupun komponen yang mudah
digunakan Madcoms, 2002.
2.4 Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang
telah ada. Menurut Hoffler dkk dalam Kadir 2002 untuk mengembangkan suatu
sistem informasi, kebanyakan perusahaan menggunakan suatu metodologi yang disebut metodologi pengembangan sistem. Yang dimaksud dengan metodologi ini adalah suatu
proses standar yang diikuti oleh organisasi untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisa, merancang, mengimplementasikan dan memelihara
sistem informasi.
2.4.1 Metode Prototype
Universitas Sumatera Utara
Prototype merupakan suatu metode dalam pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan untuk membuat sesuatu program dengan cepat dan bertahap
sehingga segera dapat dievaluasi oleh pemakai. Metode ini memberikan ide bagi analis sistem atau pemrogram untuk
menyajikan gambaran yang lengkap. Dengan demikian, pemesanan sistem akan dapat melihat pemodelan dari sistem itu baik dari sisi tampilan maupun teknik prosedural
yang akan dibangun Oetomo, 2002. Menurut Oetomo 2002, ada dua jenis prototype yang dikembangkan oleh
para ahli. Metode pertama lebih singkat dan kurang rinci dibandingakan metode kedua. Langkah-langkah dalam metode prototype yang pertama meliputi:
1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai. Pada tahap ini, analisis sistem akan
melakukan studi kelayakan dan studi terhadap kebutuhan pemakai, baik yang meliput i model interface, teknik prosedural maupun dalam teknologi yang akan
digunakan. 2.
Pengembangan prototype. Pada tahap kedua ini, analis sistem bekerja sama dengan pemrogram mengembangkan prototype sistem untuk memperlihatkan kepada
pemesan pemodelan sistem yang akan dibangunnya. 3.
Menentukan prototype, apakah dapat diterima oleh pemesan atau pemakai. Analis sistem pada tahap ini akan mendeteksi dan mengidentifikasi sejauh mana pemodelan
yang dibuatnya dapat diterima oleh pemesan. Perbaikan-perbaikan apa yang diinginkan pemesan atau bahkan harus merombak secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
4. Penggunaan prototype. Pada tahap ini, analis sistem akan menyerahkan kepada
pemrogram untuk mengimplementasikan pemodelan yang dibuatnya menjadi satu sistem.
Menurut Oetomo 2002, pada metode Prototype 2, ditambahkan empat langkah berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai. Pada tahap ini, analisis sistem akan
melakukan studi kelayakan dan studi terhadap kebutuhan pemakai, baik yang meliput i model interface, teknik prosedural maupun dalam teknologi yang akan
digunakan. 2.
Pengembangan prototype. Pada tahap kedua ini, analis sistem bekerja sama dengan pemrogram mengembangkan prototype sistem untuk memperlihatkan kepada
pemesan pemodelan sistem yang akan dibangunnya. 3.
Menentukan prototype, apakah dapat diterima oleh pemesan atau pemakai. Analis sistem pada tahap ini akan mendeteksi dan mengidentifikasi sejauh mana pemodelan
yang dibuatnya dapat diterima oleh pemesan. Perbaikan-perbaikan apa yang diinginkan pemesan atau bahkan harus merombak secara keseluruhan.
4. Mengadakan sistem operasional melalui pemrogram sistem oleh pemrogram sistem
oleh pemrogram berdasarkan pemodelan sistem yang telah disepakati oleh pemesan sistem.
5. Menguji sistem operasional. Pada tahap ini, pemrograman akan melakukan uji coba
baik menggunakan data sekunder maupun data primer untuk memastikan bahwa sistem dapat berlangsung dengan baik dan benar, sesuai kebutuhan pemesan.
Universitas Sumatera Utara
6. Melakukan sistem operasional apakah dapat diterima oleh pemesan atau harus
dilakukan beberapa perbaikan, atau bahkan harus dibongkar semuanya dan dimulai dari awal lagi
7. Jika sistem telah disetujui, maka tahap terakhir adalah melakukan implementasi
sistem. Menurut Oetomo 2002, pada metode prototype 2 sangat cocok untuk
pembangunan sistem skala kecil, karena kurang rincian tahapan yang dilalui dan kurangnya proses dokumentasi. Metode ini memiliki daya tarik tersendiri bagi
pengembang sistem, karena : 1.
Pengembang sistem dapat berkomunikasi aktif dengan pemakai, terkhusus dalam hal persamaan persepsi terhadap pemodelan sistem yang akan menjadi dasar
pengembangan sistem operasionalnya. 2.
Pemesan atau pemakai ikut terlibat secara aktif dan partisipatif dalam menentukan model dan sistem operasionalnya. Dengan kata lain, metode ini akan menghasilkan
sistem dengan persektif pemakai. 3.
Penggunaan metode ini meningkatkan kepuasan dari sisi pemesan karena keinginannnya dan harapannya dapat terimplementasi dengan baik, sementara
pengembangan sistem menjadi lebih hemat. Menurut Oetomo 2002, metode ini juga mengandung risiko, seperti:
1. Kurang dokumentasi secara terperinci dalam setiap tahap akan mengakibatkan
deteksi dan kontrol tiap langkah kurang cermat, sehingga bila terjadi kesalahan, akan cukup sulit untuk memperbaikinya. Disamping itu, jika sistem yang berhasil
Universitas Sumatera Utara
dibangun itu akan dikembangkan lagi, bisa jadi akan mengalami kesulitan karena ide-ide yang dihasilkan bersifat insidensial.
2. Pemesan dapat mengembangkan ide dan gagasannya ditengah perjalanan
pembangunan sistem sehingga kadang-kadang menjadi sangat luas dan sulit untuk diimpementasikan.
Metode prototype 2 sangat cocok untuk digunakan dalam pembangunan sistem informasi yang inovatif, berdasarkan persektif pemakai dan tuntutan waktu
penyelesaian yang cepat Oetomo, 2002.
2.4.2 Metode Daur Hidup
Metode daur hidup ini merupakan metodologi klasik yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara dan menggunakan sistem informasi. Metodologi ini
mencakup sejumlah fase atau tahapan Kadir, 2002. Metode daur hidup ini terdiri dari beberapa tahap proses, yaitu: tahap
peerencanaan, analisis, perancangan, penerapan, evaluasi, penggunaan dan pemeliharaan. Sementara itu, dalam setiap tahap dilakukan proses pendokumentasian
atas segala yang telah dilakukan atau disepakati dalam setiap tahap tersebut Kadir, 2002.
2.4.2.1 Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, tim pembuat sistem mencoba memahami permasalahan yang muncul dan mendefenisikannya secara rinci, kemudian menentukan tujuan pembuat
sistem dan mengidentifikasi kendala-kendalanya. Hasilnya dituangkan dalam proposal
Universitas Sumatera Utara
proyek yang memuat tentang Teknologi Informasi yang akan digunakan dan prioritas- prioritas sistem informasi. Tahap ini menjadi sangat penting karena:
1. Permasalahan yang sebenarnya didefenisikan dan diidentifikasi secara rinci.
Misalnya, pada pembangunan sistem informasi. Permasalahan-permasalahan yang melingkupinya didefenisikan, seperti penciptaan alur data dan informasi yang
efisien, prosedur transaksi dan penyajian informasi secara komunikatif pada layar monitor. Selanjutnya, perlu dirumuskan tentang kasus-kasus bisnis yang ingin
diselesaikan dan total investasi Teknologi Informasi yang akan disediakan. Setelah itu, perlu disusun rencana aksi yang kongkret termasuk perencanaan aplikasi-
aplikasi yang dibutuhkan, pembangunan dan penyebarannya. 2.
Pembangunan sistem informasi harus diarahkan pada peningkatan keunggulan kompetitif.
3. Perubahan aliran informasi akan terjadi secara besar-besaran di dalam organisasi.
4. Implementasi teknologi komputer akan membawa dampak bagi tenaga kerja di
dalam organisasi. Meskipun para pemimpin organisasi mengerti betapa pentingnya perencanaan
sistem informasi, namun beberapa di antaranya tidak memiliki konsep visi yang jelas dan rencana konkret. Mereka merasa bahwa semuanya itu adalah tanggung jawab
pembuat sistem. Beberapa keuntungan dari perencanaan sistem informasi berbasis komputer adalah:
1. Meningkatkan komunikasi antara manajer, pemakai, dan pembuat.
2. Meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya organisai.
Universitas Sumatera Utara
3. Mendukung komunikasi untuk mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilakukan
oleh individu maupun departemen. 4.
Mendukung proses evaluasi. 5.
Memungkinkan para manajer untuk mengelolah pembangunan sistem jangka panjang.
Proses perencanaan sistem informasi mempunyai dampak secara langsung dan berlangsung lama pada semua level-level manajemen, pesaing-pesaing dan para
pelanggan. 1.
Para pengelolah harus dapat terlibat langsung dan meluangkan waktu untuk belajar guna mengetahui skala dan potensi dari teknologi komputer yang akan diterapkan
untuk membangun Sistem Informasi Manajemen. 2.
Perencanaan ini mendorong para manajer departemental untuk berpikir secara integral antar depatemental.
3. Para staf level operasional yang tidak terampil dalam mengoperasikan teknologi
akan segera pensiun. 4.
Perencanaan ini mendorong terbentuknya suatu keunggulan kompetitif sehingga situasi persaingan antar organisasi akan semakin kompleks.
5. Para pelanggan akan mendapat layanan yang lebih baik lagi karena informasi-
informasi tentang pelanggan telah menjadi bagian yang integral di dalam sistem informasi organisasi yang terpadu.
Perencanaan sistem informasi meliputi seluruh aspek aliran informasi dalam organisasi. Membuat perencanaan sistem informasi meliputi: kebijakan, sistem
Universitas Sumatera Utara
informasi, perangkat keras, perangkat lunak, komunikasi, organisasi, personil, pengelolaan, operasional, standar prosedur, fasilitas, otomatisasi perkantoran, layanan-
layanan dan lain-lain Oetomo, 2002. Menurut Oetomo 2002, peran manajer dalam proses perencanaan adalah
1. Memberi umpan balik dan membangun kerjasama antarindividu dan siapa saja yang
terlibat baik langsung maupun tidak langsung. 2.
Manajer bertanggung jawab untuk membuat kesanggupan guna menyusun perencanaan sistem informasi berbasis komputer. Jika saatnya tiba, maka
pengelolah harus siap untuk mendukung implementasi rencana tersebut. Tanpa perencanaan yang baik, sistem yang dibangun menjadi tidak optimal
atau bahkan tidak dapat digunakan.
2.4.2.2 Tahap Analisis
Pada tahap ini, tim pembuat sistem akan dilakukan menganalisis permasalahan secara lebih mendalam dengan menyusun suatu studi kelayakan.
Menurut Mc.Leod, terdapat enam dimensi kelayakan, antara lain: Oetomo, 2002
a. Kelayakan teknis , yaitu dengan menganalisis ketersediaan perangkat keras,
perangkat lunak dan organisasi untuk melaksanakan proses yang diperlukan.
b. Pengembalian ekonomis , yaitu dengan menganalisis manfaat, penggunaan dan