Faktor Risiko ECC TINJAUAN PUSTAKA

2.2.4 Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. 15

2.3 Faktor Risiko ECC

Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies pada suatu periode tertentu. Risiko karies berbeda tiap individu tergantung pada keseimbangan faktor pencetus dan penghambat terjadinya karies. 15 Dari beberapa literatur, penulis merangkum beberapa faktor risiko dari ECC yaitu:

2.3.1 Faktor Sosial Ekonomi

Beberapa peneliti melaporkan bahwa status sosial ekonomi sebagai salah satu faktor risiko penting terhadap ECC, terutama terjadi pada masyarakat dari sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan anak lebih banyak makan-makanan yang bersifat kariogenik, rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi dapat dilihat dari kesehatan mulut yang buruk, karies tinggi pada keluarga, dan jarang melakukan kunjungan ke dokter gigi sehingga banyak karies gigi yang tidak dirawat. Anak dari keluarga sosial ekonomi rendah mempunyai potensi karies empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari keluarga sosial ekonomi tinggi, hal ini disebabkan mahalnya perawatan gigi. 17 Anak-anak umumnya tidak tahu dan belum mampu untuk menjaga kesehatan rongga mulut mereka, oleh karena itu orang tua yang bertanggung jawab untuk mendidik anak mereka dengan benar. Menurut penelitian Tirthankar bahwa tingkat pendidikan ibu merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kebersihan rongga mulut. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Orangtua dengan tingkat pendidikan yang tinggi, didapati anak mereka mempunyai prevalensi karies yang rendah dikarenakan lebih sadar dan Universitas Sumatera Utara peduli mengenai kesehatan gigi dan melakukan kunjungan ke dokter gigi secara berkala. 7,15,17

2.3.2 Faktor Perilaku Diet

Salah satu faktor risiko utama yang menyebabkan tingginya prevalensi ECC adalah pola makan yang tidak tepat. Pola pemberian makan tertentu, seperti penggunaan botol pada waktu tidur, menyusui, dan seringnya memberi minuman yang mengandung gula berkontribusi terhadap perkembangan ECC. Penelitian Vipeholm menyimpulkan bahwa konsumsi makanan-minuman yang mengandung gula di antara jam makan dan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang besar karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi dan bentuk fisik bentuk cair, tepung, padat dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di mulut, serta frekuensi makan. Anak yang berisiko karies tinggi sering mengonsumsi makanan minuman manis di antara jam makan. 5,7,17 Beberapa orang tua akan memberikan susu atau cairan manis apabila anak rewel. Pemberian dapat berlangsung lebih dari 3 kali sehari selama beberapa jam terkadang sampai anak tertidur. Banyak orang tua terutama ibu yang tidak mengetahui bahwa susu atau cairan manis lainnya dapat melekat pada permukaan gigi bila tidak segera dibersihkan. Penambahan gula pada susu formula atau pemberian jus yang ditambah gula pada anak mengandung sukrosa yang bersifat kariogenik. Orang tua menambahkan gula pada susu formula atau jus karena anak sangat suka rasanya dan orang tua menganggap bahwa itu mengandung nutrisi yang baik untuk anak. 5,17 AAPD menyatakan bahwa bayi yang dibiarkan tertidur dengan botol susu maupun menyusui ASI sepanjang malam beresiko tinggi terjadi karies gigi. Pemakaian botol susu pada bayi merupakan faktor predisposisi ECC karena dot dapat menahan saliva pada gigi insisivus rahang atas, sedangkan gigi insisivus rahang bawah yang dekat dengan kelenjar ludah tidak terkena. Bayi dengan ECC kerap terbangun pada malam hari sehingga untuk mengatasinya diberikan susu melalui botol atau ASI. Pemberian susu pada malam hari dapat mengurangi aliran saliva menyebabkan penumpukan debris dan makin lamanya gigi terpapar dengan karbohidrat yang terfermentasi akan meningkatkan risiko terjadinya karies. Jika pemberian susu ASI atau susu botol terlalu sering pada malam hari tanpa Universitas Sumatera Utara adanya tindakan pembersihan rongga mulut, maka perkembangan karies pada anak akan lebih cepat. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa anak yang lebih sering mengonsumsi ASI bahkan lebih dari 7 kali sehari cenderung lebih besar terkena ECC. 2,4,5,19,20

2.3.3 Faktor Perilaku Membersihkan Gigi

Sudah terbukti bahwa adanya plak pada gigi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya karies. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kebiasaan anak menyikat gigi, frekuensi menyikat serta penggunaan pasta gigi berfluor berhubungan dengan pembentukan dan perkembangan karies. Memberi anak minuman yang ditambah pemanis tetapi tidak disertai sikat gigi yang baik akan merusak gigi anak. 17,24 Pengendalian plak dapat dilakukan terutama pada saat mulai erupsi gigi desidui. Orangtua mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Peran orang tua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Penyikatan gigi dan penggunaan pasta gigi yang berfluoride merupakan salah satu tindakan mencegah terjadinya karies. Penggunaan fluor bertujuan untuk melindungi gigi dari karies. 16,17,21 Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari prosedur penyikatan gigi, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah frekuensi penyikatan gigi. Menurut hasil penelitian Stecksen-Blicks dan Holm, anak yang melakukan penyikatan gigi secara teratur dalam sehari dengan frekuensi dua kali atau lebih setelah sarapan dan sebelum tidur dan dibantu oleh orangtua, lebih rendah terkena risiko karies. Proses penyikatan gigi pada anak dengan frekuensi yang tidak optimal dapat disebabkan karena anak tidak dibiasakan melakukan penyikatan gigi sejak dini oleh orang tua, sehingga anak tidak mempunyai kesadaran dan motivasi untuk memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya. 5,15

2.4 Pencegahan ECC

Dokumen yang terkait

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan di Kecamatan Medan Petisah

0 41 84

Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 62 109

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 41 103

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Bara

0 35 103

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Selayang

0 42 120

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi, dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Petisah

6 66 65

Hubungan Perilaku Diet Dengan Early Childhood Caries (Ecc) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Selayang

1 15 98

HUBUNGAN PERILAKU DIET ANAK DENGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) PADA ANAK USIA 12-36 BULAN DI KECAMATAN MEDAN BARAT

1 3 13

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 0 14

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PERILAKU DIET, PERILAKU MEMBERSIHKAN GIGI DAN INDEKS KEBERSIHAN RONGGA MULUT DENGAN EARLY CHILDHOOD CARIES PADA ANAK USIA 37-71 BULAN DI KECAMATAN MEDAN BARAT

0 0 14