PEMBAHASAN Hubungan Antara Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi, dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Barat

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian prevalensi ECC menurut AAPD anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Barat sebesar 79,4. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumarihamy di Nugegoda anak usia 18-24 bulan sebesar 74,07, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian di DKI Jakarta anak usia 12-38 bulan sebesar 52,27 dan di Quchan pada anak usia 6-60 bulan sebesar 59. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi ECC yang dilakukan di Thailand pada anak usia 15-19 bulan yaitu sebesar 82,8. 1,3,4 Prevalensi S-ECC anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Barat sebesar 57,5. Data ini lebih tinggi dibandingkan penelitian di India pada anak usia 12-60 bulan sebesar 42,03, dan di Quchan anak usia 6-60 bulan sebesar 25. 1 Rerata pengalaman karies anak usia 12-36 bulan sebesar 4,55 dengan SD 4,061. Data ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperoleh di DKI Jakarta anak usia 12-38 bulan sebesar 2,85, dan di Lhituania nilai rerata pengalaman karies sebesar 2,1. 4,23 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan prevalensi ECC dan S-ECC. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kosovo dan di India bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan prevalensi ECC dan S-ECC. Hal ini mungkin dikarenakan tidak ada perbedaan antara kebiasaan diet, perilaku membersihkan gigi, dan perilakuan orang tua terhadap kesehatan gigi anak laki-laki dan perempuan. 3,11 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia anak dengan prevalensi ECC dan S-ECC, dimana prevalensi yang lebih tinggi pada anak usia 25-36 bulan dibandingkan anak usia 12-36 bulan. Data ini sesuai dengan yang dilakukan di DKI Jakarta bahwa usia memiliki hubungan dengan tingkat keparahan karies anak, begitu juga penelitian Mohebbi di Iran anak usia 1-3 tahun menunjukkan pengalaman karies anak bertambah dengan pertambahan usia, kemungkinan dikarenakan pengaruh perilaku diet yang buruk pada usia pertumbuhan, lamanya gigi terpapar dengan Universitas Sumatera Utara makanan, minuman, dan tambahan pemanis yang bersifat kariogenik, dengan frekuensi yang lama memberikan kontribusi terhadap terjadinya karies, sehingga semakin bertambahnya usia anak, risiko karies juga semakin meningkat. 3,4,12 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara urutan kelahiran dengan prevalensi ECC dan S-ECC. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hallet yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara urutan kelahiran dengan prevalensi dan keparahan karies anak, kemungkinan dikarenakan pengalaman, pengetahuan dan informasi ibu mengenai kesehatan gigi anak masih rendah, sehingga biasanya urutan anak pertama atau kedua lebih besar risiko karies, dari pada anak ketiga dan seterusnya. 24 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah bersaudara dengan prevalensi ECC dan S-ECC. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Livny di Jerusalem pada anak usia 1-3 tahun menyatakan bahwa besar keluarga sangat berpengaruh terhadap karies. Terdapat hubungan yang signifikan antara keluarga yang memiliki jumlah anak banyak dibandingkan keluarga dengan anak lebih sedikit. Hal ini diperoleh berdasarkan asumsi bahwa keluarga yang memiliki jumlah anak banyak memiliki kesulitan untuk memberikan perhatian terhadap kesehatan masing- masing anak, terutama pada pola makan yang sehat dan tindakan dalam menjaga kebersihan rongga mulut anak. 3,25 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan prevalensi ECC dan S-ECC. Data ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tirthankar, yaitu seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. 15 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara perekonomian orang tua dengan prevalensi ECC dan S-ECC. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Jakarta yang menyatakan tidak ada hubungan antara ekonomi keluarga dengan ECC, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di Srilanka bahwa tidak ada hubungan penghasilan keluarga perbulan dengan tingkat keparahan karies pada anak. 3,4 Universitas Sumatera Utara Secara umum diperoleh hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara perilaku diet dengan terjadinya ECC dan S-ECC. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sowole yang menyatakan bahwa pola diet tidak berhubungan dengan prevalensi karies. Hal tersebut mungkin dikarenakan tidak ada responden yang berperilaku diet buruk, sehingga hasil statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. 22 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rebecca yang menunjukkan adanya hubungan antara perilaku diet dengan ECC. Banyak penelitian yang menemukan bahwa perilaku diet minum susu botol pada malam hari dan durasi minum susu adalah faktor yang menyebabkan ECC. 26 Dilihat secara rinci dari item perilaku diet “cara mengonsumsi susu” didapat hasil uji statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara membersihkan gigi anak setelah minum susu dengan prevalensi ECC dan S-ECC. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dkk bahwa anak yang meminum susu dan tidak membersihkan gigi sebelum tidur akan berdampak pada penurunan pH rongga mulut yang dapat mengakibatkan terjadinya ECC. 27 Berdasarkan perincian item perilaku diet “konsumsi makanan kariogenik lain” diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi mengonsumsi minuman manis dengan prevalensi S-ECC, dan frekuensi mengonsumsi makanan manis dengan prevalensi ECC. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa makanan manis dan konsumsi gula dalam susu berpengaruh terhadap terjadinya ECC. Makanan, dan minuman yang bersifat kariogenik mudah melekat di permukaan gigi, apabila tidak dibersihkan dapat menyebabkan terjadinya ECC dan S-ECC. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dkk bahwa frekuensi mengonsumsi makanan dan minuman manis memiliki hubungan dengan terjadinya ECC dan S-ECC. 17,19,27 Berdasarkan perilaku membersihkan gigi, tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku membersihkan gigi dengan prevalensi ECC dan S-ECC serta pengalaman ECC. Hasil ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Mustahsen bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rongga mulut dengan prevalensi ECC. 28 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Kosovo bahwa ada hubungan ECC dengan perilaku kesehatan rongga mulut. 11 Universitas Sumatera Utara Dilihat dari rincian item perilaku membersihkan gigi diperoleh hasil adanya hubungan yang bermakna antara usia anak ketika mulai menyikat gigi dan penggunaan pasta gigi berfluor dengan prevalensi ECC. Hal ini sesuai dengan penelitian di Lithuania bahwa usia anak mulai menyikat gigi berpengaruh terhadap prevalensi karies, data anak yang menyikat gigi mulai sejak erupsi gigi pertama diperoleh 62,5 bebas karies. Ibu dengan perilaku yang lebih baik dihubungkan dengan tindakan seperti menyikat gigi anak dua kali sehari, memakai pasta gigi berfluor, usia mulai menyikat gigi dan mengawasi anak menyikat gigi. Peneliti lain juga menyatakan bahwa perilaku ibu yang baik dihubungkan dengan tindakan menyikat gigi anak dua kali sehari dengan pasta gigi berfluor sehingga gigi anak sehat. 7,17,23 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara indeks kebersihan rongga mulut dengan prevalensi ECC dan S-ECC serta pengalaman ECC. Pada penelitian ini kebersihan rongga mulut dikaitkan dengan indeks plak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Warren et al yang menyatakan bahwa ada hubungan antara plak dengan terjadinya karies pada anak, dimana semakin tinggi indeks plak, maka semakin jelek kebersihan rongga mulut anak, tetapi hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustahsen yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebersihan rongga mulut dengan prevalensi karies. 25,28 Berdasarkan pendidikan ibu, uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan pengalaman ECC. Kelompok yang memiliki rerata pengalaman ECC tertinggi adalah kelompok ibu dengan pendidikan rendah tidak sekolah, tamat SD. Hal ini sesuai penelitian di Jakarta yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pengalaman ECC. Hal ini kemungkinan dikarenakan ibu dengan tingkat pendidikan rendah sangat jarang menerima informasi mengenai kesehatan mulut, pola hidup sehat, dan ketidakmampuan untuk melaksanakan pola hidup sehat. 4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara perekonomian orang tua dengan pengalaman ECC. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hallet bahwa penghasilan tahunan keluarga berpengaruh terhadap tingkat keparahan ECC. Hal ini juga sesuai dengan teori dan beberapa penelitian menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa anak yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah cenderung lebih besar terkena risiko karies, dikarenakan keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan khususnya pemeliharaan kesehatan rongga mulut, dan rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi. 15,24 Berdasarkan perilaku diet, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakan antara perilaku diet dengan pengalaman ECC. Kelompok yang memiliki rerata pengalaman ECC tertinggi adalah perilaku diet yang sedang. Pada penelitian ini, perilaku diet yang paling dapat menimbulkan ECC adalah minum susu botol pada malam hari dan frekuensi mengonsumsi susu sehari. Data ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Palenstein yang menyatakan bahwa tindakan-tindakan seperti pemberian susu lebih dari 2 kali pada waktu malam dan pemberian susu lebih dari 15 menit per kali minum merupakan penyebab terjadinya ECC. 29 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan di Kecamatan Medan Petisah

0 41 84

Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 62 109

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 41 103

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Bara

0 35 103

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Selayang

0 42 120

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi, dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Petisah

6 66 65

Hubungan Perilaku Diet Dengan Early Childhood Caries (Ecc) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Selayang

1 15 98

HUBUNGAN PERILAKU DIET ANAK DENGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) PADA ANAK USIA 12-36 BULAN DI KECAMATAN MEDAN BARAT

1 3 13

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 0 14

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PERILAKU DIET, PERILAKU MEMBERSIHKAN GIGI DAN INDEKS KEBERSIHAN RONGGA MULUT DENGAN EARLY CHILDHOOD CARIES PADA ANAK USIA 37-71 BULAN DI KECAMATAN MEDAN BARAT

0 0 14