Pemilihan Kepala Daerah PEMBAHASAN

g. Meredanya tuntutan dan gerakan di daerah terhadap pusat. 2. Pengaruh Negatif a. Tidak sinergisnya fungsi pusat dengan daerah. b. Meningkatnya ego pemerintah daerah akibat perbedaan pemahaman terhadap pemberian kewenangan yang luas sehingga terjadinya konflik kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. c. Menguatnya ekslusivisme daerah atau sifat kedaerahan bahkan primordialisme. d. Lahirnya perda-perda bermasalah yang tidak sejalan dengan jiwa masyarakat . e. Timbulnya sifat penguasaan yang berlebihan terhadap wilayah dan sumber daya alam yang seharusnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemamkmuran rakyat. f. Merebaknya tuntuan di beberapa daerah untuk memperoleh status otonomi khusus seperti yang di berikan kepada NAD dan Papua.

4.3 Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan Kepala Daerah tidak pernah terlepas dari alam demokrasi, Siti Zuhro 2009 bahwa partai politik merupakan salah satu pilar demokrasi, tidak ada demokrasi tanpa partai politik karena partai politik dan demokrasi ibarat dua sisi dari satu mata uang. Partai politik meruapakan unsur penting dalam demokrasi, partai politik hanya dapat tumbuh dan berkembang dalam alam politik yang demokratis. Universitas Sumatera Utara Purnama Putra 2009 menjelaskan bahwa pilkada langsung yang dimulai pada 1 Juni 2005 merupakan sebuah implementasi kebijakan pemerintah pusat serta merupakan proses demokrasi, perubahan hingga kepala daerah dipilih secara langsung agar proses demokrasi dapat dilakukan secara menyeluruh. Tujuan utama pemilihan kepala daerah adalah penguatan masyarakat dengan memberikan keperccayaan kepada pemimpin daerah untuk memipin daerah yang dipercayakan rakyat kepada kepala daerah tersebut. Pemilihan kepala daerah juga untuk peningkatan kapasitas demokrasi khususnya demokrasi lokal serta peningkatan harga diri masyarakat yang sudah sekian lama di marginalkan. Keunggulan pilkada dalam demokrasi lokal sangat menguntungkan karena masa depan demokrasi lokal akan semakin terbuka meskipun masih banyak hal yang harus di tempuh untuk mencapai demokrasi yang diinginkan terutama pelayanan kepada masyarakat. Kepala daerah adalah Pemerintah Daerah sebagai Gubernur, Bupati, dan Walikota dimana masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan di tingkat lokal pada daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang dipilih secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dan seutuhnya mendapat legitimasi dari rakyat yang telah memilihnya. Peraturan Pilkada 2005 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undanga Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sementara Universitas Sumatera Utara Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Buapati, dan Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Hendratno 2009 menjelaskan bahwa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang disahkan pada tanggal 7 Mei 1999 merupakan salah satu bentuk respon Pemerintah transisi B.J. Habibie untuk meredam dan mencegah berbagi tuntutan dan gerakan yang terjadi di beberapa daerah. Sebagai upaya untuk memperbaiki pola hubungan Pemerintah Pusat dan daerah, momentum jatuhnya Pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 dimanfaatkan untuk menggulirkan beberapa tuntutan dimulai dari permintaan otonomi yang lebih luas, penerapan sistem federal hingga tuntutan untuk memisahkan diri dari NKRI. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dinilai oleh banyak pihak telah membuka cakrawala baru penyelenggara otonomi daerah di Indonesia dan menggeser cara pandang sentralisasi dan desentralisasi dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah lebih menekankan pada prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Menurut Kacung Marijan dalam Prihatmoko 2008 keterkaitan antara pemilihan kepala daerah dengan demokrasi adalah lebih difokuskan pada penglihatan apakah pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara bebas dan adil atau tidak. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menyebutkan bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik, luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, Universitas Sumatera Utara moneter, fiskal, dan agama. Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa Kepala Daerah bertanggungjawab kepada DPRD sehingga DPRD dapat menjatuhkan Kepala Daerah serta di hapusnya hak prerogatif Presiden dalam pengangkatan Kepala Daerah. Menurut Syaukani, Afan Gaffar, dan Ryaas Rasyid dalam Hendratno 2009 menyebutkan ada beberapa ciri yang meonjol dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, yaitu: a. Demokrasi dan demokratisasi. Mengenai rekrutmen pejabat pemerintah daerah, dalam hal rekrutmen pejabat daerah kewenangan sepenuhnya kepada masyarakat melalui DPRD dan tidak ada lagi campurtangan Pemerintah Pusat. b. Mendekatkan Pemerintah dengan rakyat, dengan menitikberatkan otonomi c. tidak lain untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. daerah dengan pertimbangan sebagai daerah yang paling dekat dengan rakyat. Kehadiran Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menimbulkan pro dan kontra, bagi pihak yang pro menyatakan bahwa Undang-undang tersebut sangat demokratis bahkan bersifat liberal, memberi kewenangan kepada pemerintah daerah seluas-luasnya untuk mengembangkan daerah atas prakarsa sendiri. Sementara bagi pihak yang kontra mengatakan bahwa Undang-undang tersebut masih bersifat setengah hati dan masih menerapkan paradigma lama. Setiap daerah dipimpin oleh Pemerintah Daerah sebagai kepala yang disebut kepela daerah, Kepala Daerah untuk Provinsi disebut Gubernur. Gubernur berkedudukan sebagai wakil Pemerintah Pusat di wilayah Provinsi, Gubernur Universitas Sumatera Utara bertanggungjawab kepada Presiden. Hendratno 2009 Gubernur memiliki tugas dan wewenang: a. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah. KabupatenKota. b. Koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di daerah provinsi dan KabupatenKota. c. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah provinsi dan Kabupatenkota. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menganut prinsip pemberian kewenangan yang luas, nyata, bertanggungjawab, dan proporsional. Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 menganut prinsip pemberian kewenangan yang seluas-luasnya artinya jika melihat prinsip pemberian kewenangan dari ketiga Undang-undang tersebut mencerminkan adanya peningkatan derajat sentralisasi. Penggunaan istilah seluas-luasnya menimbulkan arti pemberian kewenangan yang sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin kepada daerah, menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 memiliki derajat desentralisasi tertinggi dibandingkan undang-undang sebelumnya. Redi Panuju 2009 menyebutkan adanya kendala pelaksanaan pilkada dalam implementasi pencapaian demokrasi sesuai dengan sila-sila dalam Pancasila, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa Tuhan berada di ttempat paling atas dalam piramida kehidupan, semua bidang sosial, budaya, politik, ekonomi haruslah mengambil hakekat Ketuhanan agar menjadi manfaat bagi manusia. Peradaban manusia berdasarkan agama kini kian plural maka sering tak dapat menghindari gesekan-gesekan kepentingan bahkan tak mampu mneghindari perselisihan sehingga memungkinkan terjadinya paradoks, kehidupan beragama yang semula bertujuan untuk menciptakan keharmonisan hidup justru berbalik menjadi petaka. Masyarakat Indonesia mempunyai suatu kultur politik yang berhadapan dengan pluralisme agama dan dengan serta merta menolak suatu sistem yang sektarian. 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Memiliki tiga kata kunci penting yaitu kemanusiaan, keadilan, dan keberadaban. Ketiga kata kunci tersebut membangun konfigurasi gagasan kemanusiaan yang diinginkan oleh para pendiri Republik. Serbuan peradaban budaya asing sehingga tidak ada satu negara yang mampu mengelak dari pengaruh budaya luar negaranya,tak terasa peradaban ikut mengalami pergeseran atau dapat terjadi penggerusan terhadapat budaya kita yang bermartabat padahal tidak semua nilai-nilai dari luar tersebut relevan dengan kepribadian Bangsa Indonesia. Rendahnya rasa empati terhadap sesama menjadikan hubungan antar relasi dan interaksi justru semakin berjaraj dan menjadikan budaya yang tidak sejalan dengan konteks keIndonesiaan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 3. Persatuan Indonesia. Mempunyai pengertian dalam konteks Psikologis, konteks sosio politik maupun geografis karena ketiganya mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun eksistensi kesatuan sebagai bangsa. Persatuan Indonesia dapat terwujud bila setiap pihak merasa telah mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Persatuan Indonesia dalam konteks geografi menghadapi gangguan dari gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Separatis tersebut tentunya dilatar belakangi ketidakpuasaan terhadap pemerintahan yang sentralistik yang selama puluhan tahun diterapkan oleh Orde Baru. 4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat kebijaksanaan Dalam PermusyawaratanPerwakilan. Memiliki semangat keberpihakan yang sangat jelas dari tujuan negara yakni keberpihakan terhadap rakyat, diarahkan sebagai sumberdaya yang digunakan untuk pemberdayaan rakyat. Asas kekeluargaan, kerjasama, dan kerakyatan serta yang utama adalah kebijaksanaan dalam pelaksanaan pelayanan kepada rakyat yang membutuhkan pelayanan dan pengayoman dari para pengambil kebijakan yang tentunya berpihak kepada masyarakat. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia. Meskipun kata keadilan memiliki nilai yang abstrak bagi setiap orang karena kata keadilan adalah sesuatu yang relatif namun kata keadilan haruslah di implementasikan oleh pengambil kebijakan sesuai dengan nilai-nilai yang Universitas Sumatera Utara terkandung sesuai dengan Undang-undang dan di jiwai oleh semangat untuk melakukan yang terbaik. Pemimpin haruslah memiliki rasa keadilan yang mampu memahami setiap aspek kehidupan masyarakat karena pemimpin di pilih

4.4 Pemilihan Kepala Daerah Orde Baru

Dokumen yang terkait

Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara)

0 37 186

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH (STUDI PERBANDINGAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH).

0 0 13

MEKANISME EKSEKUTIF REVIEW PERATURAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 1 21

KEWENANGAN DPRD DALAM PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 6

SUATU PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BAIK.

0 0 16

PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH BERDASARKAN UNDANG.UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2OO4 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 11

KEDUDUKAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH (SUATU PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 DENGAN UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2OO4 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH).

0 0 6

Memahami Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

0 2 8

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

0 0 20

TUGAS DAN WEWENANG KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH -

0 0 67