Trakeostomi Emergensi
Merupakan tindakan trakeostomi untuk mengatasi keadaan gawat darurat dengan waktu sangat mendesak karena jika terlambat akan sangat membahayakan
jiwa penderita. Dilakukan tanpa harus harus persiapan yang lengkap dan tidak harus di kamar operasi.
Trakeostomi Elektif
Merupakan tindakan trakeostomi terencana sehingga persiapan-persiapan dapat dilakukan lebih sempurna termasuk dalam persiapan alat-alat dan dilakukan
di kamar operasi
Mini Trakeostomi
Merupakan prosedur
trakeostomi yang dilakukan untuk memberikan akses
saluran nafas yang temporer dan suboptimal. Meliputi :
a. Trakheostomi Perkutaneus
Prosedur ini tidak dilakukan pada waktu keadaan emergensi. Prosedur ini sebaiknya dilakukan secara elektif, pada pasien yang telah diintubasi di kamar
operasi atau di ICU.
b. Krikotiroidotomi
Prosedur tindakan ini dilakukan secara cepat dengan peralatan yang minimal. Biasanya dikerjakan pada kondisi-kondisi yang tidak optimal dan
potensi kemungkinan terdapatnya trauma laring cukup tinggi. Bila pasien telah stabil, harus dilakukan pemeriksaan di kamar opersai dan laring harus diperiksa
secara endoskopis. Bila ada tanda-tanda kerusakan pada laring atau jika diperlukan ventilasi dalam jangka waktu lama, maka krikotiroidotomi harus
diganti dengan trakeostomi formal.
2.6. TEKNIK OPERASI
2.6.1. Alat-alat yang diperlukan : a.
Kanul trakea dengan ukuran sesuai ukuran penderita b.
Skalpel, klem
Universitas Sumatera Utara
c. Pisau bisturi
d. Tenakulum model Chavelier Jackson
e. Retraktor kecil 6 buah
f. Trousseau dilator
g. Klem hemostat 6 buah
h. Gunting tajam
i. Jarum kecil
j. Needle holder
k. Cut gut
l. Cairan antiseptic
2.6.2. Pemilihan Kanul tube Trakheostomi
10
Kanul trakeostomi terbuat dari plastik atau dari bahan metal, dengan berbagai macam panjang dan diameter yang berbeda. Hal ini juga berperngaruh ke
dalam perawatan pasca trakeostomi. Ukuran dan jenis kanul yang dipergunakan sangat bergantung kepada ukuran trachea dan kebutuhan individual seseorang.
Namun secara umum ukuran yang optimal adalah dipilih kanul dengan diameter dalam yang paling lebar untuk menurunkan resistensi jalan nafas, Sedangkan
diameter luar yang dipilih haruslah yang paling kecil untuk mencegah stenosis. Lewis 1992. Dalam keadaan situasi gawat darurat, untuk memilih trakeostomi
tube pada anak-anak adalah dengan melihat jari kelingking anak tersebut. Ukuran kelingking kira-kira mendekati diameter luar tuba yang dipilih.
Selain itu, kanul trachea juga tersedia dalam bentuk terdapat balon dan tidak disertai balon. Ketika balon diinflasi, hal ini akan menutup celah antara
kanul dengan trachea, sehingga hanya aliran udara yang yang melewati lumen kanul yang dapat sampai ke paru-paru. Kanul yang dilengkapi balon harus
dipergunakan pada pasien yang memerlukan ventilasi mekanis. Untuk pasien yang bernafas spontan, balon mungkin diperlukan untuk diinflasi ketika pasien
menerima makanan oral, selain daripada itu balon dikempeskan. Sedangkan kanul yang tidak dilengkapi dengan balon dipergunakan pada pasien di rumah dengan
trakeostomi permanen.
Universitas Sumatera Utara
Jenis kanul yang lain, berdasarkan ada tidaknya “fenestrasi”. Jenis kanul ini mempunyai lubang pada dinding posterior dari kanul luar, yang
memungkinkan lewatnya aliran udara melalui saluran nafas atas dan lubang trakeostomi. Aliran udara ini memungkinkan pasien berbicara dan menghasilkan
batuk yang lebih efektif. Kanul yang mempunyai “fenestrasi” ini seringkali digunakan sebelum proses dekanulasi untuk menjamin seorang pasien dapat
mentoleransi nafas melalui jalan nafas normal . Jenis-jenis kanul trakeostomi yang banyak beredar , antara lain :
1. Bahan dari metal :
Holinger
Jackson
2. Bahan dari polyvinyl chlorida :
Shiley
Portex
3. Bahan dari silastic :
Argyle
Bivona
Keuntungan memakai kanul dari polyninyl chlorida adalah lebih lentur sehingga lebih mudah mengikuti bentik trakea dan cenderung mengumpulkan
secret lebih sedikit. Pipa silicon yang lembut penting terutama pada anak dengan abnormalitas spinal dengan bentuk atau deviasi abnormal trakea. Kanul Holinger
dan Jackon mempunyai inner kanul dan mungkin penting pada prosedur rekontruksi saat stent diikat dengan kawat ke pipa trakeostomi. Inner kanul
menjadikan cara untuk membersihkan lumen pipa trakeostomi untuk periode lama.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Jenis-jenis kanul trakeostomi
10
1. Kanul metal Inner outer canule 2. Kanul buntut udang 3. Kanul dengan katub bicara 4. Kanul dengan cuff
2.5.3. Metode dan
Pelaksanaannya
8,9,10
a. Pretrakeostomi Sebelum melakukan tindakan trakeostomi, operator harus menjelaskan
kepada penderita dan keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan dengan segala resikonya, sehingga penderita dan keluarganya mengerti dan menyetujui
tindakan trakeostomi tersebut.
b. Posisi penderita Secara umum penderita penderita dalam posisi terlentang, kepala ekstensi
dengan menempatkan bantalan di bawah bahu, sehingga leher lebih menonjol dan trakea lebih mudah dicapai. Operator berdiri di sebelah kanan penderitan asisten
di sebelah kiri. Kepala penderita dipegang sedemikian rupa sehingga tercapai ekstensi yang diharapkan. Dagu dan sternal noch terletak pada garis lurus dan
posisi ini terus dipertahankan sampai kanul terpasang. Pada anak-anak biasanya dibalut dengan selimut, kedua tangannya berada
dalam selimut dengan maksud untuk mengurangi gerakan pada anak pada saat dilakukan tindakan trakeoostomi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Posisi penderita saat dilakukan tindakan trakeostomi
9
c. Anestesi Biasanya dilakukan dengan anestesi local secara infiltrasi ke jaringan
intrakutan atau subkutan pada linea mediana leher setinggi batas kartilago tiroid menelusur ke bawah sampai batas istmus tiroid pada insisi vertical atau pada
garis horizontal setinggi pertengahan antara tonjolan krikoid dan insisura suprasternalis. Pada anak kecil anestesi local kurang memuaskan, sebaiknya
dilakukan narkose umum ringan atau dapat dilakukan dalam endotrakeal tuba sehingga memudahkan palpasi trakea.
Gambar 2.4. Lokasi anestesi lokal
9
Universitas Sumatera Utara
d. Metode Digby Metode ini dilakukan pada trakeostomi elektif
1. Setelah ditempatkan pada posisi yang benar dilakukan tindakan a dan
antiseptik, dipasang duk berlubang dan dilanjutkan dengan pemberian anestesi di daerah operasi.
2. Selanjutkan dilakukan insisi kulit.
Insisi kulit dapat dilakukan dengan 2 dua cara, yaitu : a. Insisi Vertikal
Dilakukan tepat di linea mediana mulai dari batas atas kartilago krikoidea memanjang ke bawah 4 – 6 cm .
b. Insisi Horisontal Dilakukan 2 cm di bawah kartilago krikoidea kurang lebih setinggi
pertengahan antara tonjolan krikoid dan insisura suprasternal sampai kira-kira sepanjang 5 cm
Gambar 2.5. Garis tempat diberikannya anestesi lokal dan insisi
8
Insisi horizontal mempunyai keuntungan secara kosmetika tetapi mempunyai kerugian, yaitu :
Kulit dapat terlipat akibat terdorong kanul ke arah dalam
Universitas Sumatera Utara
Sering terjadi penumpukan secret pada lipatan insisi kulit bagian
bawah
Ujung kanul sering menekan dinding depan trakea sehingga mudah timbul jaringan granulasi, nekrosis, stenosis dan
perdarahan. Sedangkan insisi vertical di linea mediana dari segi kosmetika kurang
bagus tetapi lapangan pandang lebih luas. 3.
Setelah insisi kulit, selanjutnya fascia dipisahkan dengan hemostat secara tumpul dan vertical sepanjang insisi ke arah trakea. Asisten menyisihkan
fascia ke arah lateral dengan retractor kecil. Bila terdapat perdarahan di klem dan bila perlu dilakukan ligasi.
4. Fascia yang membungkus batas bawah kartilago krikoidea diinsisi secara
transversal sehingga mencapai trakea. Dengan hemostat terbuka dan dilakukan penekanan ke bawah, pemandangan ke trakea lebih terbuka di
belakang istmus tiroid.
Gbr. 2.6 Strap mucles diidentifikasi dan dilakukan diseksi di garis tengah; kel. tiroid dibebaskan di atas dan bawah
8
Universitas Sumatera Utara
5. Kelenjar tiroid dengan istmus yang terletak di atas trakea, biasanya dapat
diretraksi ke atas atau ke bawah, dengan demikian dapat langsung mencapai keempat cincin trakea yang pertama. Bila tidak mudah di
retraksi maka istmus harus diklem, dipotong dan ditambatkan jauh dari garis tengah lapangan operasi.
Gbr. 2.7 Kel. tiroid dibebaskan dari trachea dengan klem atau gunting
10
Gbr. 2.8 Istmus tiroid diangkat dengan dilakukan kauter seperlunya untuk ekspos trachea D; prosedur alternative : istmus tiroid diangkat
10
Universitas Sumatera Utara
Gbr. 2.9 Prosedur alternative : istmus tiroid dipotong dengan menggunakan klem sebelumnya
9
6. Skalpel dipegang seperti memegang pensil, kelingking diletakkan di atas
manubrium sterni dan secara hati-hati dilakukan insisi vertical melalui cincin trakea ke II dan III, bila perlu sampai ke IV. Sebaiknya dilakukan
aspirasi udara di trakea lebih dahulu sebelum melakukan insisi. Insisi sebaiknya menghindari cincin trakea ke satu oleh karena dapat
menimbulkan stenosis trakea.
Universitas Sumatera Utara
Gbr 2.10. dilakukan insisi trakea pada kartilago 2-4 7.
Pada saat trakea dibuka cincin trakea diinsisi, asisten harus sudah mempersiapkan alat penghisap lendir suction untuk menghisap secret
atau mucus yang ada dalam lumen trakea dan untuk mencegah menyemprotnya secret.
8. Tepi luka dijepit dengan hemostat dan dengan gunting, cincin trakea ke III
dipotong melingkar sehingga terdapat celah di dinding anterior trakea. Cara ini lebih baik daripada menekan atau menikam ujung kanul melalui
celah yang sudah dibuat itu dan sekaligus menghilangkan sesak serta memudahkan ligasi istmus tiroid.
9. Kemudian kanul trakea dipasang dan pita untuk mengfiksasi kanul diikat
dengan melilitkan pada leher. Kanul tidak boleh terlalu dekat dengan kulit karena dapat terjadi empisema subkutis bahkan empisema mediastinum.
Untuk menghindari hal tersebut maka diantara sayap kanul dengan kulit dipasang kasa yang juga berfungsi sebagai penutup luka insisi.
Gbr. 2.11 Dilakukan penarikan dengan benang nilon untuk menjamin insersi kanul
Universitas Sumatera Utara
10. Selama tindakan operai berlangsung, oksigen harus selalu terpasang di
depan hidung dan setelah trakea terbuka oksigen dipasang di depan stoma.
Gbr. 2.12 Kanul dalam diinsersi, sayap trakheostomi diikat ke leher dan dipasang kassa untuk menutupi luka K Kanul dihubungkan dengan “air supply”:
10
e. Metode Chevalier Jackson
9,10,11
Cara ini dilakukan pada tindakan trakeostomi emergensi di mana alat-alat operasi tidak harus lengkap. Bila tidak ada scalpel digunakan pisau biasa atau silet
untuk melakukan insisi. Demikian pula bila tidak ada kanul trakea dapat digunakan slang dari karet. Tindakan trakeostomi ini dapat dilakukan di mana saja
tapi tidak boleh lupa tindakan a dan antiseptik semaksimal mungkin sehingga tujuan untuk menyelamatkan jiwa penderita tercapai.
Tekhnik yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1.
Penderita ditidurkan terlentang dengan posisi kepala ekstensi 2.
Ibu jari dan jari tengah tangan kiri menekan M.Sternokleidomastoideus pada kedua sisinya untuk melindungi pembuluh darah dan sekaligus
mengfiksir kartilago laring dan trakea. 3.
Dengan scalpel ditangan kanan, dibuat insisi di linea mediana memanjang vertical dari krikoid sampai istmus tiroid sehingga tampak trakea
Universitas Sumatera Utara
4. Dengan memakai telunjuk sebagai penuntun, cincin trakea ke II, III dan IV
dipotong secara longitudinal 5.
Tangkai skalpel ditekan pada celah insisi trakea sehingga memungkinkan memasukkan kanul
Gbr. 2.13 Insisi kulit secara vertical, dilakukan diseksi Jaringan dan strap muscle dengan tangan
10
Gbr. 2.14 Insisi trachea secara vertical,canul
dimasukan ke dalam trakhea
1
Universitas Sumatera Utara
2.7. PERAWATAN POST TRAKEOSTOMI