Batuk yang tidak adekuat akibat operasi di perut atau dada
Bronkopneumoni
Muntahan dan aspirasi isi lambung
Luka bakar wajah, leher, cabang bronkus
Keadaan yang mengakibatkan koma seperti DM, uremia, septicemia dan
liver failure
2.3.1.3. Kelambatan aliran O
2
ke cabang distal trakeobronkial
1,6,7
Kegagalan pernafasan akut membutuhkan tindakan trakheostomi, yang dapat terjadi dikarenakan banyak penyebab. Pada keadaan ini, kadang diperlukan
tekanan ventilasi yang positif baik bersifat intermitten atau kontinyu. Pada kebanyakan kasus, trakheostomi dapat memberikan jalan yang paling mudah dan
paling aman untuk memberikan bantuan ventilasi, menghilangkan “dead space” saluran nafas atas dan diikuti dengan aspirasi pulmonal yang sering dan akurat.
Keadaan klinis yang menyebabkan suatu kelambatan aliran O
2
ke cabang distal trakheobronkial antara lain :
Obstruksi paru-paru kronik PPOM yang di sertai hipoventilasi alveolar,
seperti bronkhitis kronis, emfisema, bronkiektasi dan asma
Depresi pernafasan sekunder karena keracunan obat dan makanan
Terkenanya dinding dada akibat flail chest, patah tulang iga dan emfisema akibat tindakan pembedahan
Eklampsia
Cedera berat torak dan kepala
Emboli udara dan lemak
Koma post operasi neurosurgery
Penyakit SSP susunan saraf pusat seperti stroke, encephalitis, Guilan
Bare Syndrome, poliomielitis dan tetanus 2.3.1.4. Tindakan elektif
Bertujuan untuk menjaga jalan nafas, ketika jalan nafas atas dalam resiko potensial untuk terjadinya obstruksi. Banyak operasi mayor pada mulut, pharing
dan laring selalu diikuti dengan bahaya terhadap jalan nafas, baik sebagai akibat
Universitas Sumatera Utara
langsung dari trauma bedah dan melalui gangguan fisiologis mekanisme menelan. Selain itu trakheortomi elektif juga dapat dilakukan untuk mencegah aspirasi oaral
atau dari gaster. Pada banyak pasien dengan keadaan umum yang meragukan, terutama adanya defisiensi kardiovaskular dan pulmonal serta usia lanjut,
trakheostomi elektif sebaiknya dilakukan. Keadaan-keadaan di atas tergantung dari berat ringannya gangguan pernafasan
yang terjadi. Selain untuk membebaskan jalan nafas, trakeostomi mempunyai fungsi antara lain, yaitu :
Menurunkan anatomical dead space
Menurunkan resistensi aliran udara sehingga dapat meningkatkan
efektivitas alveolar
Perlindungan terhadap terjadinya aspirasi
Memungkinan penderita menelan tanpa terjadi apnea
Memudahkan pembersihan trakea
Sebagai jalan untuk pemberian obat-obatandan humidifikasi saluran trakeabronkial
Menurunkan tekanan batuk yang kadang-kadang penting pada kasus
neurology dan penderita post operasi
INDIKASI
2 :
1. Obtruksi jalan nafas yang disebabkan oleh
lumen trakea yang abnormal ,
misalnya massa pada tiroid, anomaly pembuluh darah., tumor primer trakea.
Dinding trakea yang abnormal trakeomalasia berat
Glotis dan supraglotis yang abnormal congenital anomali,
.stenosis, infeksi, tumor , paralisis pita suara bilateral 2.
Trauma leher yang menyebabkan cedera berat pada laring, pembuluh darah dan tulang hyoid.
3. Emfisema subkutaneus yang disebabkan oleh trauma, burn, infeksi
atau anafilaktif. 4.
Pada patient yang butuh menggunakan ventilator dalam jangka
Universitas Sumatera Utara
waktu lama pasien koma, pasien-pasien dengan gagal nafas 5.
Pasien dengan aspirasi kronis dan batuk dimana dirasa perlu untuk dilakukan pulmonary toilet
6. Elective airway management pada pasien dengan kasus reseksi
onkologi kepala dan leher atau brakiterapi pada kanker kepala ,dan leher.
7. Obtructive sleep apnea
2.3.2. KONTRA INDIKASI
7,8.
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk tindakan trakeostomi. Untuk kasus- kasus yang tidak emergensi misalnya pada tumor subglotis stadium I tindakan
trakeostomi dapat ditangguhkan . Dalam hal ini trakeostomi sebaiknya dilakukan pada saat atau mendekati saat tindakan laringektomi untuk menghindari
kemungkinan tumor mencapai stoma. Terdapat juga kontraindikasi relatif pada patah tulang leher yang tidak stabil dan
hematoma di leher yang luas.
2.4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TRAKEOSTOMI