b. Belajar berbicara dan berbahasa.
c. Haas yang menutupi kanul.
d. Makan, minum dan bermain, mandi serta mencuci
rambut.
3.7. Tindakan Emergensi Lain Obstruksi Saluran Nafas Bagian Atas
9
Selain tindakan trakeostomi, tindakan emergensi lain dalam rangka menghilangkan obsruksi saluran nafas bagian atas adalah :
3.7.1. Intubasi Endotracheal Tube
Kerusakan yang terjadi pada penderita obstruksi berhubungan langsung dengan lamanya hipoksia, dan hal ini behubungan dengan cepatnya memulihkan
saluran pernafasan. Intubasi endotrakeal merupakan salah satu metode cepat yang tersedia untuk memulihkan obstruksi tersebut. Pada keadaan yang ekstrim
hiperkapnia pada pasien berlaku sebagai anestesi parsial. Namun intubasi yang lama dapat menimbulkan beberapa komplikasi
dengan angka kesakitan dan kematian yang bermakna antara lain : sinusitis akut; destruksi hidung, mukosa dan kartilago; otitis media serosa; gangguan laring dan
sub glottis. Gangguan laring dapat lebih sukar diatasi disbanding stenosis trakea akibat trakeostomi, karena karing merupakan organ berotot fungsionla dan bukan
hanya suatu tuba berongga unruk menghantarkan udara. Saat ini, di berbagai pusat, intubasi dilakukan pada kasus-kasus darurat
atau jika tuba dapat dilepaskan dalam satu minggu. Setelah 72 jam, bila tuba masih diperlukan, barulah dilakukan trakeostomi. Telah terjadi sedikit komplikasi
pada daerah laring dan subglotis bilamana menjalankan protocol ini. Namun intubasi dewasa yang lama jelas meningkatkan resiko dan keparahan komplikasi
Pada bayi dan anak, intubasi yang lama ternyata cukup berhasil. Tuba dapat dipertahankan untuk waktu yang lebih lama hingga 6 hari, bayi dapat lebih
Universitas Sumatera Utara
lama lagi olek karena akan sulit melakukan dan merawat trakeostomi. Bahkan pada neonatus , intubasi hingga lebih dari 6 bulan telah dilaporkan berhasil.
Namun adakalanya terjadi komplikasi laring setelah intubasi yamg lama pada anak.
Argumentasi mengenai intubasi versus trakeostomi masih belum dapat diselesaikan. Namun demikian jika memilih intubasi , maka peralihan menjadi
trakeostomi setelah 6 hari pada anak dan setelah 72 hingga 96 jam pada dewasa memberikan hasil yang memuaskan.
Pada intubasi endotrakeal, pipatube yang dipakai adalah yang sesuai dengan ukuran trakea penderita.
Adapun tekhnik pada intubasi endotrakeal adalah : 1.
Dilakukan dengan atau tanpa anestesi topical dengan xilokain 10 2.
Posisi penderita terlentang, leher fleksi sedikit dan kepala ekstensi pada artikulasio atlanto-oksipitalis
3. Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri,
dimasukkan melalui mulutsebelah kanan sehingga lidah terdorong ke kiri 4.
Gerakan spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula dan dielevasi ke atas sehinnga terlihat pita suara
5. Dengan tangan kanan pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus
melalui rima glottis masuk ke trakea. Pipa endotrakea dapat juga dimasukkan lubang hidung sampai oropharing dan dengan cunam magil,
ujung pipa endotrakea dimasukkan ke rima glottis terus ke trakea 6.
Kemudian balon diisi dengan udara dan pipa endotrakeal difiksasi dengan baik sehingga tidak mudah berubah posisinya
Intubasi endotrakea pada anak-anak agak sulit karena ukuranya yang kecil. Dengan laringonkop pediatric berspatel lurus, pipa endotrakeal yang kecil
dipasang pada garis tengah di daerah valekula, masukkan ke belakang epiglottis, kemudian dimajukan melintasi glotisn ke dalam trakea. Laring terletak lebih
tinggi pada leher anak daripada dewasa sehingga akan lebih mudah dicapai
Universitas Sumatera Utara
3.7.2 B. Krikotiroidotomi