Komplikasi. TRAKEOSTOMI PADA ANAK

Gbr. 4.19 Prosedur trakheostomi pada anak 9

3.3. Komplikasi.

8 Komplikasi trakeotomi pediatrik secara khusus dibagi ke dalam : komplikasi intraoperatif, early postoperative late postoperative. Pada anak 1 tahun dilaporkan 3,3, 13,3 38,3 berturut-turut. Keseluruhan angka mortalitas untuk kelompok umur ini dilaporkan 42, lebih banyak merefleksikan proses alamiah penyakit yang mendasarinya. Angka mortalitas untuk prosedurnya sendiri dilaporkan 1,6. Seperti yang diharapkan, komplikasi yang lebih tinggi terlihat pada bayi prematur bayi yang menggunakan trakeostomi untuk OSNA. Di lain pihak angka kejadian ketika intubasi endotrakeal yang lama pada nenatus menjadi populer. Perdarahan merupakan komplikasi intraoperatif yang ternayak. Diseksi terbatas yang hati-hati pada trakea dengan kontrol yang sangat cermat dari perdarahan akan mengurangi komplikasi ini. Perdarahan menetap yang berarti yang tidak dikontrol dengan elektroakuter, iikatan jahitan, dan tampon longgar dengan Gelfoam dapat diindikasikan sebagai pembekuan abnormalitas. Emfisema subkutan adalah hasil terperangkapnya udara dalam jaringan lunak dan dapat dikurangi tidak dengan menjahit insisi kulit dan mengikat disseksi pada garis tengah trakea. Emfisema subkutan yang ekstensif ditangani dengan melebarkan luak pada leher, dan kadang-kadang diperlukan penempatan drain. Kemajuan untuk pneumomediastinum dan pneumotoraks dapat terjadi. Pneumomediastinum dan pneumotoraks dapat terjadi dari luka yang berbentuk kubah dari pleura selama prosedur trakeostomi. Dapat juga terjadi ruptur alveoli disebabkan oleh peningkatan tekanan negatif intatoraks. Batuk yang berlebihan dapat juga menyebabkan masalah ini. Diseksi minimal dapat Universitas Sumatera Utara menurunkan komplikasi ini. Foto x-ray dilakulan pada recovery room untuk menentukan posisi tube yang dapat digunakan untuk mendeteksi udara pada raung ini. Pneumotoraks yang besar dapat digunakan untuk penempatan chest tube. Injuri esofageal atau fistel trakeoesofageal dapat juga dihindari dengan diseksi midline yang sangat teliti dan menghindari pipa makan stetoskop esofageal selama prosedur trakeotomi. Insisi ke dalam dinding trakea anterior dapat dilakukan terlalu dalam, menyebabkan kerusakan pada dinding posterior trakea dan sebagian dinding trakea dan esofagus. Injuri pada n. laringeus rekuren dapat dihindari dengan diseksi midline dan insisi trakea vertikal midline. Tube trakeostomi menyumbat merupakan komplikasi postoperatif dini yang terbanyak dan secara umum dihindari dengan suctioning humidifikasi yang adekuat. Komplikasi postoperatif dini dapat termasuk accidental decanulation. Ikatan trakeostomi harus hati-hati diamankan untuk menghindari komplikasi ini. Jika ini terjadi pada beberapa hari pertama sebelum saluran dibentuk dengan sangat baik, ikatan traksi akan membantu penempatan kembali tube. Seluruh pengurus anak seharusnya berpikir bagaimana memperluas leher dengan tepat dan menempatkan kembali tube trakeostomi jika terjadi dekanulasi accidental secara kebetulan. Suatu ide yang baik mempunyai ekstra tube dengan ukuran sama dan satu ukuran yang lebih kecil pada sisi tempat tidur untuk kebutuhan emergensi. Sebagai tambahan, jika tube trakeostomi tidak dapat ditempatkan kembali, tube endotrakeal berukuran tepat dapat ditempatkan melalui stoma trakeostomi. Rencana melakukan pemasangan di sisi tempat tidur seharusnya diindikasikan apabila anak ini dapat diresusitasikan melewati laring trakea bagian atas jika tracheostomy tube tidak dapat ditempatkan kembali. Ini akan merupakan indikasi untuk operator bahwa kantung ke mulut atau intubasi endotrakeal dari atas memungkinkan pada pasien ini. Obstruksi laring dan masalah-masalah trakea bagian atas dapat ditangani dengan cara ini , dan seharusnya juga dilakukan di tempat tidur. Menggunakan kateter suction yang lembut dan bersih dapat dilakukan pada lokasi menbukanya trakea dan tracheostomy tube, atau endotracheal tube dapat dimasukkan lewat atas kateter suction. Universitas Sumatera Utara Trakeitis dan infeksi stoma dapat ditangani dengan perawatan lokal, penyedotan yang hati-hati sesuai keperluan, dan humidifikasi adekuat. Kultur selalu dilakukan hanya jika pengukuran rutin lokal tidak efektif. Pada khususnya neonatus, tube trakeostomi yang lembut dapat melakukan jalannya keatas melawan dinding trakea melakukan perubahan posisi dan dapat menobstruksi secara temporer. Bagaimanapun penting tim perawat mengerti bahwa posisi kepala dan posisi tubuh dapat mempengaruhi patensi airway. Komplikasi lambat termasuk dekanulasi accidental, tersumbatnya tube, trakeitis, dan infeksi stoma trakea. Sebagai tambahan, beberapa komplikasi ditingkatkan oleh durasi absolut dari keperluan tube trakeostomi. Erosi dinding trakea dapat terjadi dari tekanan tube trakeostomi pada dinding trakea anterior. Arteri innominate yang menyilang dianterior trakea pada superior thoracic inlet, dan tube dapat mengikis area tersebut. Manset cuffed tube selalu tidak digunakan pada anak-anak, tetapi juga dapat menyebabkan erosi dinding trakea. Trakeostomi letak rendah dibawah cincin ke3 dapat menjadi predisposisi masalah ini. Tube trakeostomi yang terlalu besar juga menambah problem ini. Jika terdapat beberapa pertanyaan pada waktu penempatan tube, laringoskopi dan bronkoskopi dapat mengevaluasi ukuran relatif dari lumen trakea dan ukuran tube. Beberapa perdarahan dari trakeostomi dapat menjadi indikasi suatau problem mayor yang potensial. Sering terdapat inflamasi sedang trakea dari trauma pengeringan atau penyedotan, tetapi penampakan langsung untuk mengidentifikasi sumber perdarahan dibutuhkan. Ini dapat dilakukan melewati tube trakeostomi sendiri atau melewati stoma dengan flexible scope. Tergantung pada indikasi untuk trakeostomi dan kondisi anak, pemeriksaan laringoskopibronkoskopi formal harus dilakukan setiap 6-9 bulan ketika trakeostomi ditempatkan. Ini terutama penting pada anak-anak problem neurologi dan spinal yang mempunyai posisi tubuh abnormal. Fistel trakeosesofageal lambat dapat terjadi dari erosi dinding posterior. Tube nasogastrik yang indwelling dapat menjadi predisposisi untuk problem ini. Granuloma trakea sangat banyak di dinding anterior pada bibir superior dari stoma trakea. Ini dapat menjadi jaringan granulasi dini dan kemudian menjadi Universitas Sumatera Utara massa fibrosa dan dapat menjadi pedunculated atau sessile.Tube yang terlalu besar dan kurang perawatan luka dapat menjadi predisposisi untuk problem ini. Jika granuloma diluar batas dan tidak menyebabkan obstruksi, observasi dapat adekuat. Jika granuloma besar atau pedunculated, sekali-kali mengangkatnya sebelum mengobstruksi stoma selama mengganti tube trakeostomi. Pengangkatan selalu dilakukan dibawah visual langsung dengan bronkoskop di tempat, mendorong granuloma ke dalam stoma, dimana bisa didapatkan kembali dan dikeluarkan melewati stoma dengan diseksi tajam. Kolaps suprastomal dan stenosis trakea pada sisi yang sama dapat terjadi dari tekanan tube trakeostomi dengan kondritis lokal dan melemahkan cincin trakea dengan menghasilkan kolaps. Insisi trakea tranversal dapat juga menambah problem ini. Pengangkatan jendela kartilago yang sakit disarankan pada anak- anak, dapat menyebabkan problem ini. Jika kolaps suprastomal membuat dekanulasi sulit, prosedur rekonstruksi mungkin diperlukan untuk mengoreksi ini. Revisi saluran trakeostomi dengan bantuan jahitan dari dinding anterior yang kolaps melewati strap muscles mungkin cukup, atau rekonstruksi trakea dengan graft kartilago mungkin diperlukan. Bayi-bayi kecil yang memerlukan prolonged trakeostomi lebih cenderung mendapatkan masalah ini. Stenosis subglotik sebagai hasil trakeotomi dapat dikurangi dengan menghindari trakeostomi tinggi dan perawatan trakeostomi secara teliti. Krikotirotomi dianjurkan pada anak-anak seperti komplikasi ini dapat terjadi. Trakeostomi pada hipoxia, anak tidak tenang yang kondisinya memburuk selama observasi dan tidak mampu diintubasi emergensi lebih baik dihindari dengan direncanakan lebih awal trakeotomi. Menetap, fistel trakeokutaneus dilaporkan tinggi sebanyak 20-40. Usai pada trakeotomi dan durasi trakeostomi terlihat menjadi faktor yang berhubungan. Lebih banyak trakeostomi dilakukan untuk kebutuhan waktu lama saat ini, keperluan untuk kanulasi yang lama meningkat, dan komplikasi ini kemungkinan lebih tinggi. Setelah dekanulasi, jika fistel trakeokutaneus menetap lebih dari 6 – 12 bulan, penanganan termasuk eksisi saluran fistel dengan multilayer closure dan postoperative drain. Ini akan mengurangi resiko emfisema subkutan. Metode Universitas Sumatera Utara lain yang mungkin digunakan adalah reinsersi trakeotomi baru dengan dekanulasi cepat setelah beberapa hari kemudian.

3.4. Dekanulasi