lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu Hidayati, 2006.
Langkah-langkah model problem solving Depdiknas, 2008 yaitu meliputi : 1.
Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain- lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. 4.
Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu
betul - betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan kegiatan lainnya
seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah tadi. Kelebihan dan kekurangan model problem solving menurut Dzamarah dan Zain 2002
adalah sebagai berikut: 1.
Kelebihan model problem solving a.
Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. b.
Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
2. Kekurangan model problem solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir
siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlu-kan waktu
yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain c.
mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri
atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut kamus Webster’s dalam Atika 2011 menyatakan, “Kritis” critical adalah “Menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan obyektif” sehingga “berpikir
kritis” dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat keputusan. Pengertian yang lain diberikan oleh Suryanti dalam Atika 2011 yaitu: berpikir
kritis merupakan proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis merupakan salah
satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Sugiarto dalam Atika 2011 mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi
pemecahan masalah problem solving, pengambilan keputusan decision making, berpikir kritis critical thinking, dan berpikir kreatif creative thinking. Berpikir kritis diperlukan
dalam kehidupan karena dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan
tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis yang baik. Ennis 1985
menyatakan bahwa : Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan.
Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan meng-evaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Ennis dalam Costa 1985, me-nyebutkan ada lima
aspek berpikir kritis, yaitu a memberi penjelasan dasar klarifikasi, b membangun keterampilan dasar, c menyimpulkan, d memberi penjelasan lanjut, dan e mengatur strategi
dan taktik. Menurut R. Swartz dan D. N. Perkins, berpikir kritis berarti 1 bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterima dan dilakukan dengan alasan
yang logis, 2 memakai standar penilian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat
keputusan, 3 menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut, dan 4 mencari dan menghimpun informasi
yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Menurut Ennis 1989 terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis KBKr yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelom-pok
keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana elementary clarification, membangun keterampilan dasar basic support, menyimpulkan interfence, membuat
penjelasan lebih lanjut advance clarification, serta stra-tegi dan taktik strategy and tactics.
Tabel 1. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis No