23
Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain : Skor 20-44 : normaltidak cemas
Skor 45-59 : kecemasan ringan Skor 60-74 : kecemasan sedang
Skor 75-80 : kecemasan berat Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating
Anxiety Scale ZSAS, yang merupakan instrumen yang dirancang untuk
meneliti tingkat kecemasan secara kuantitatif, kemudian dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian misalnya, dengan
memasukan judul, data demografi maupun conditioning. Instrumen ZSAS dikembangkan oleh William W.K Zung 1997.
B. Skill lab
1. Definisi Skill lab
– merupakan keterampilan medik laboratorium yang telah berdiri sejak jauh sebelum dimulainya sistem pendidikan belajar berdasarkan masalah
atau Problem Based Learning PBL pada tahun 1992. Skill lab pada waktu itu berperan dalam mempersiapkan calon-calon perawat untuk memasuki masa
pendidikan klinik, yaitu belajar praktik terhadap pasien di rumah sakit pendidikan maupun di Rumah Sakit elit dan pelayanan primer lainnya. Dapat
dibayangkan bagaimana perawat, setelah 4 tahun belajar dari buku teks, jurnal-
24
jurnal, perkuliahan dan praktikum di Laboratorium harus segera beradaptasi dengan lingkungan belajar di Rumah Sakit dan Puskesmas, dimana mereka
akan langsung berhadapan dengan pasien. Ketrampilan fisik diagnostik serta bagaimana cara menyuntik dan memasang infus menjadi kebutuhan yang amat
mendesak saat itu, dalam suatu program yang disebut Kepaniteraan Umum Panum.
Menurut Schewerr 1972 laboratorium adalah tempat dimana peserta didik menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk mengembangkan
berbagai masalah untuk mengembangkan berbagai teknik dalam mengontrol lingkungan belajar. Laboratorium dapat diadakan dikelas maupun di Klinik
atau Komunitas. Infante 1985 membedakan antara skill lab dengan pra klinik, yaitu pada skill
lab peserta didik tidak ada kontak dengan klien. Sedangkan pada pra klinik, peserta didik melakukan kontak langsung dengan klien sehingga pembelajaran
praktikum dapat memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik. Cook dan Hill 1985 menggambarkan pembelajaran praktikum keperawatan
sebagai sistem pembelajaran keterampilan yang menekankan pada praktik terbimbing dan sistem pembelajaran melibatkan serangkaian audio visual dan
teknologi komputerisasi.
25
2. Konsep Pengembangan dan Implementasi Ilmu pendidikan keperawatan dalam perkembangannya menjelaskan bahwa
proses belajar ketrampilan medik yang amat singkat dan tidak sistematis menghambat penguasaan kompetensi untuk dapat bertahan lama. Dengan
demikian selain ilmu pengetahuan yang telah didapat dari kuliah, mahasiswa keperawatan selayaknya juga mendapatkan kesempatan berlatih ketrampilan
medik sejak dari tahun pertama pendidikannya. Skill lab pada prinsipnya bukan hanya sekedar learning resources, melainkan mempunyai fungsi dan manfaat
yang jauh lebih kompleks dari itu. Di skill lab-lah seluruh kompetensi mahasiswa keperawatan yang didapat melalui berbagai pengalaman belajar
seperti Tutorial, Kuliah, Kunjungan Lapangan, dan belajar mandiri, diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses penalaran klinik. Melalui
Skill lab pula mahasiswa akan belajar melakukan level
“shows how” pada Miller’s Pyramid sesuai prinsip di pendidikan keperawatan: When I see I
forget, when I hear I remember, when I do I understand.
3. Sarana Pendukung Proses Belajar Mengajar di Skill lab
Ketrampilan medik yang diajarkan di Skill lab saat ini meliputi ketrampilan Komunikasi Perawat
–Pasien, Pemeriksaan Fisik Diagnostik, dan berbagai Prosedur Klinik. Mahasiswa tidak hanya belajar APA, tetapi juga MENGAPA
KAPAN dan BAGAIMANA ketrampilan itu dilakukan melalui proses
26
clinical reasoning yang bertahap dan sistematis. Metode belajar yang
digunakan adalah role-play, learning from mannequins, and learning from simulated patients
. Boneka, teman sendiri, maupun pasien simulasi adalah GURU bagi kita semua. Dengan demikian sejak dari awal pendidikannya,
penggunaan Skill lab adalah bukan sebagai simulasi, bukan pula proses pura- pura. Meskipun masih diperkenankan melakukan kesalahan, semua
dilaksanakan dengan proses penalaran klinik sesuai tingkat perkembangan mahasiswa. Skill lab dalam perkembangannya harus mampu menjadi sebuah
Laboratorium ideal yang mendekati kehidupan yang sebenarnya Life-like education
. Peralatan yang tersedia di Skill lab diusahakan untuk mendekati situasi
sebenarnya di rumah sakit. Beberapa peralatan medis dan boneka dapat mencapai harga yang amat tinggi. Untuk mewujudkan sarana belajar mengajar
yang sesuai dengan teknologi mutakhir, maka instruktur maupun mahasiswa dituntut menguasai konsep dasar suatu ketrampilan dengan optimal.
4. Peran Skill lab dalam Pelaksanaan Sistim Pembelajaran Berbasis Komptensi
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, jelas bahwa keberadaan Skill lab amat vital dalam menunjang kompetensi mahasiswa. Selama ini para Tutor menilai
bahwa mahasiswa amat aktif selama proses diskusi, bahkan mencapai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dari tutornya. Namun demikian hal yang sama
27
belum tampak di dalam penguasaan ketrampilan medik, seperti yang diungkapkan oleh para instruktur. Tentu saja mahasiswa sebagai pemula tidak
akan begitu saja menjadi seorang ahli, seperti instruktur. Perlu waktu bertahun- tahun dan berbagai pengalaman variasi kasus untuk mencapai seorang ahli.
Dengan demikian dapat dibayangkan, tanpa Skill lab, mahasiswa tidak mempunyai kesempatan berlatih ketrampilan medik dengan diberikan umpan
balik, sesuai kompetensinya. Dalam KBK, konten materi ketrampilan medik disesuaikan dengan konten blok yang sedang berjalan. Dengan demikian proses
belajar mengajar di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapakan mencapai hasil yang optimal.
Saat ini Skill lab memiliki anggota Tim materi ketrampilan medik yang bertanggung jawab terhadap konten masing-masing ketrampilan klinik.
5. Strategi pembelajaran Praktikum
Strategi pembelajaran praktikum dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tentang proses PBP dalam mempersiapkan peserta didik melakukan pembelajaran
klinik dan tentang penjabaran rancangan pembelajaran instruksional. 6.
Proses Pembelajaran Praktikum Proses pembelajaran praktikum dikaitkan dengan pembelajaran klinik dapat
dilihat pada siklus pembelajaran klinik clinical learning cycle, White, 1992. Berdasarkan model pembelajaran praktik klinik tersebut, dapat digambarkan
28
bahwa pembelajaran laboratorium praktikum memperkuat teori-teori pengetahuan yang telah didapatkan peserta didik melalui pengalaman belajar
lain, misalnya pengalaman belajar ceramah PBC. Pada pembelajaran praktikum terjadi proses aplikasi berbagai konsep dari komponen teori dalam
paktik klinik dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mendapat kemampuan baik sikap, tingkah laku, pengetahuan dan ketrampilan dasar
profesional sebagai persiapan melakukan pembelajaran klinik di Lingkungan yang sebenarnya.
7. Desain Instruksional Pembelajaran praktikum
Desain instruksional merupakan rancangan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan pada tingkat instruksional. Komp 1977 mengembangkan
desain instruksional tersebut menjadi delapan bagian yang merupakan proses fleksibel dan interdependen serta konsisten. Goals, topics, and general
purposes merupakan bagian yang meliputi kegiatan berikut ini. 1.
Identifikasi tujuan mencakup sosialmasyarakat, peserta didik, dan area subjek.
2. Memilih topik utama.
3. Membuat daftar tujuan yang dirumuskan menggunakan taksonomi.
Karakteristik peserta didik dapat dilihat dari faktor-faktor dibawah ini :
29
1. Faktor akademik : jumlah peserta didik, latar belakang pendidikan, tingkat
intelegensi, motivasi, dan kebiasaan belajar. 2.
Faktor sosial : usia, maturitas, tempramen, hubungan di antara peserta didik, dan situasi sosial ekonomi.
3. Kondisi belajar Dunn, 2007 : lingkungan emosional, sosial, dan
fisiologis peserta didik. 4.
Cara belajargaya belajar : gaya setiap orang unik berpengaruh dalam merencanakan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.
Pembelajaran individual : perlu data setiap peserta didik untuk menyeleksi alternatif aktivitas dan sumber belajar yang sesuai.
Pembelajaran kelompok : perlu karakteristik akademik dan sosial peserta didik tentang rata-rata kemampuan, ketertarikan, dan tingkat
kebutuhan.
30
B. Kerangka Teori
Teori Kecemasan
Teori stress adaptasi Stuart dan Suddent model adaptasi berhubungan dengan kecemasan 1998
Antisipasi ringan
sedang berat
panik
Faktor Predisposisi Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi
Faktor prespitasi Integritas fisik
System self esteem
Kekuatan koping
Mekanisme koping Penilaian stressor
Reaksi beorientasi tugas
Destruktif Konstruktif
Adaptif Maladaptif
Mekanisme pertahanan ego
31
Keterangan : Gejala yang biasanya mucul pada masing-masing kecemasan antara lain :
Kecemasan ringan 1.
Persepsi dan perhatian meningkat, waspada 2.
Mampu mengatasi situasi bermasalah 3.
Dapat mengatakan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa mendatang, menggunakan belajar, dapat memvalidasi secara konsensual, merumuskan
makna 4.
Ingin tahu, mengulang pertanyaan 5.
Kecenderungan untuk tidur Kecemasan sedang
1. Persepsi agak menyempit, secara selektif tidak perhatian tetapi dapat
mengarahkan perhatian. 2.
Sedikit lebih sulit untuk konsentrasi, belajar menuntut upaya lebih. 3.
Memandang pengalaman ini dengan masa lalu. 4.
Dapat gagal untuk mengenali sesuatu apa yang terjadi pada situasi, akan mengalami beberapa kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa.
5. Perubahan suara atau ketinggian suara.
6. Peningkatan frekuensi pernafasan dari jantung.
7. Tremor, gemetar
32
Kecemasan berat 1.
Persepsi sangat berkurangberfokus pada hal-hal detail, tidak dapat berkonsentrasi lebih bahkan ketika diinstruksikan untuk melakukannya.
2. Belajar sangat terganggu, sangat mudah mengalihkan perhatian, tidak mampu
untuk memahami situasi saat ini. 3.
Memandang pengalaman saat ini dengan arti masa lalu, hampir tidak mampu untuk memahami situasi ini.
4. Berfungsi secara buruk, komunikasi sulit dipahami.
5. Hiperventilasi, takhikardi, sakit kepala, pusing, mual.
Kecemasan panik 1.
Persepsi yang menyimpang, fokus pada hal yang tidak jelas. 2.
Belajar tidak dapat terjadi. 3.
Tidak mampu untuk mengikuti, dapat berfokus hanya pada hal saat ini, tidak mampu melihat atau memahami situasi, hilang kemampuan mengingat.
4. Tidak mampu berpikir, biasanya aktifitas motorik meningkat atau respon yang
tidak dapat diperkirakan bahkan pada stimuli minor, komunikasi yang tidak dapat dipahami.
5. Muntah, perasaan mau pingsan.
33
Kerangka Teori :
Bagan 2.3 kecemasan Stuart Laraia, 2000. Dan teori belajar.
Faktor Predisposisi Kecemasan
- Psikoanalisa
- Interpersonal
- Behaviour
- Keluarga
- Biologi
Faktor Precipitasi -
Gangguan intergritas fisik
- Sistem self ested
Karakterisitik responden -
Usia -
Jenis kelamin -
Tingkat semester
Mahasiswa keperawatan
yang menghadapi
ujian
Teori belajar : Skill lab
Ujian Skill lab Kecemasan
Respon fisiologi dan Psikologi
Gambaran kecemasan
34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bedasarakan latar belakang dan tujuan penelitian “Gambaran Tingkat Kecemasan
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta saat menghadapi Ujian Skill lab keperawatan di Universitas