31
yang objektif, yang dapat dicelakakan kepada pelakunya, dengan lain perkataan, kesalahan adalah perilaku alasan pemidanaan yang sah menurut undang-
undang.
23
E. Kemampuan Bertanggungjawab
Kemampuan bertanggung jawab dapat diartikan sebagai kondisi batin yang normal atau sehat dan mempunyai akal seseorang dalam membeda-bedakan
hal-hal yang baik dan yang buruk. Atau dengan kata lain, mampu untuk menginsyafi sifat melawan hukumnya suatu perbuatan dan sesuai dengan
keinsyafan itu mampu untuk menentukan kehendaknya. Andi Zainal Abidin mengatakan bahwa kebanyakan undang-undang
merumuskan syarat kesalahan secara negatif. KUHP diseluruh dunia pada umumnya tidak mengatur tentang kemampuan bertanggungjawab. Yang diatur
ialah kebalikannya, yaitu ketidakmampuan bertanggungjawab. Demikian halnya dengan ketentuan pasal 44 KUHP yang berbunyi:
“1. Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung- jawabkan padanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam
tumbuhnya gebrekkige ontwikkeling atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.
2. Jika ternyata bahwa perbuatan tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau
terganggu karena penyakit, maka Hakim dapat memerintahkan supaya orang itu dimasukkan kedalam rumah sakit jiwa, paling lama satu
tahun sebagai waktu percobaan.”
24
23
I Made Widyana, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta:Fikahati Aneska, 2010, h. 38
24
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta :Sinar Grafika, 2011, h.20
32
Dalam KUHP memang tidak ada rumusan yang tegas tentang kemampuan bertanggung jawab pidana. Pasal 44 1 KUHP justru merumuskan tentang
keadaan mengenai bilamana seseorang tidak mampu bertanggung jawab agar tidak dipidana, artinya merumuskan perihal kebalikan secara negatif dari
kemampuan bertanggung jawab. Dua keadaan jiwa yang tidak mampu bertanggung jawab sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 44 1 KUHP,
yakni: 1.
Karena jiwanya cacad dalam pertumbuhan, atau 2.
Jiwanya terganggu karena penyakit.
25
Mengenai apa yang dimaksud dengan kemampuan bertanggung jawab toerekeningsvatbaarheid ini KUHP tidak merumuskannya, sehingga harus dicari
dalam doktrin atau Memorie van Toelichting MvT. Simons mengatakan, “kemampuan bertanggungjawab dapat diartikan sebagai suatu keadaan psychis
sedemikian, yang membenarkan adanya penerapan sesuatu upaya peniadaan, baik dilihat dari sudut umum maupun dari orangnya”.
26
F. Alasan Penghapusan Pidana
Dalam doktrin hukum pidana dibedakan antara alasan yang menghapus sifat melawan hukumnya suatu perbuatan atau dikenal dengan alasan pembenar
dengan alasan penghapus kesalahan atau dikenal dengan alasan pemaaf. Dibedakannya alasan pembenar dari alasan pemaaf karena keduanya mempunyai
fungsi yang berbeda. Adanya alasan pembenar berujung pada „pembenaran‟ atas
25
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h.143
26
I Made Widyana, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta:Fikahati Aneska, 2010, h. 38