Ketentuan Batas Umur Anak
64
dalam perkara pidana dipersyaratkan ada hubungannya dengan sumpah, sedangkan untuk perkara perdata tidak demikian.
7
Batasan umur anak dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak dibandingkan dengan batasan dalam Pasal 45 KUHP yang sudah tidak berlaku,
tampak dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak batasannya lebih tinggi karena dalam Pasal 45 KUHP hanya membatasi umur sampai sebelum 16
tahun dan tidak ada batasan minimal. Dalam masyarakat yang sudah mempunyai hukum tertulis, biasanya usia
anak ditetapkan dalam suatu batasan umur tertentu sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan
dalam Burgerlijk Wetboek KUHPerdata bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin. Namun lain halnya menurut
Hukum Islam, dimana batasan ini tidak berdasarkan atas hitungan usia tetapi dimulai sejak adanya tanda-tanda perubahan badaniyyah, baik pria maupun
wanita.
8
Khusus dalam konteks pertanggungjawaban pidana, hukum Islam mensyaratkan kebalighan dewasa.
9
Maka, anak-anak tidak dikenakan kewajiban mempertanggungjawabkan
perbuatan pidana.
Menurut syariat
Islam, pertanggungjawaban pidana didasarkan atas dua perkara, yakni pertama kekuatan
7
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan,2007, h.20
8
Wagiati Sutedjo, Hukum Pidana Anak, Bandung: Refika Aditama, 2006, h.26
9
Kata baligh terambil dari akar kata balagha yang atrinya menerima, tiba sampai, mencapai pubertas dan tahap usia dewasa. Usia baligh adalah usia yang di pandang tepat sebagai
batas di mulainya kewajiban-kewajiban agama.
65
berpikir dan kedua pilihan irâdah dan ikhtiyar. ketentuan ini berdasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
َ ع َ نَ
َ عَ ئا
َ ش َ ةَ
َ رَ ض َ يَ
َهلا ََ ع
َ َ ه َ قَا
َ لا َ ت
َ َ قَ:
َ لا ََ ر
َهسَ و
َهلَ َ لا
َ َ صَ
ل َهلاَى
ََ ع َ لَ يَ
ََ و َ سَ ل
َ مَ َهرَ ف
َ عَ َ لاَ ق
َ لَهم ََ ع
َ نَ َ ث
َ ل َ ث
ََ ع َ نَ
َ لا َ ئا
َ مَ َ حَ ت
َ يَى َ سَ ت
َ يَ ق َ ظ
ََ و َ ع
َ نَ َ صلا
َ ب َ يَ
َ حَ ت َ يَى
َ حَ ت َ لَ م
ََ و َ ع
َ نَ َ لا
َ م َ جَه
َ وَ ن َ
َ حَ ت َ يَى
َ عَهق َ ل
َ َ
اور َ
وَيراخبلا َ
يذمرتلا َ
يئاس لاو
10
َ
Artinya : “Dari „Aisyah RA. berkata Bahwa Rasulullah SAW bersabda
;Pena pembebanan hukum diangkat atas tiga golongan yaitu orang yang tidur hingga ia terjaga, anak kecil hingga ia baligh
dan orang yang gila hingga ia sembuh.”HR. Bukhori, at- Tirmidzi, dan an-
Nasai’ Pertanggungjawaban pidana dalam Islam dapat ditegakkan atas 3 hal yaitu
pertama adanya perbuatan kejahatan yang dilakukannya. Kedua, pelaku atau pembuatnya mengetahui akibat dari perbuatan tersebut. Ketiga, bahwa perbuatan
yang dilakukannya dilarang menurut hukum. Sebagaimana dalam kaidah fiqhiyah menjelaskan :
َمكحَا ص لادوروَلبقَءلقعلاَلاعفا
11
Artinya: “Tiada hukum bagi perbuatan orang yang berakal sehat sebelum
ada
nya Nash.”
Kecakapan berbuat hukum dalam batas minimal seorang anak adalah saat memasuki periode baligh, karena baligh menjadi tanda seorang dalam
perkembangan kecerdasan akalnya dan mampu untuk membedakan perbuatan baik dan buruk dan sempurna pikirannya.
Mengenai kedewasaan baligh sebagai pembebanan kewajiban agama taklîf ada beberapa pendapat ulama.
Baligh terdiri atas dua macam :
10
Muhammad ibn „Isya at-Tirmidzi, Jami’ at-Tirmidzi, Mesir: Dar el-Kutub, t.t., h.1339
11
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, h.74
66
Pertama, baligh bi thabi’i yakni baligh yang dapat diketahui dari tingkah
lakunya atau tanda-tanda, dalam hal ini pertanda baligh dapat diketahui melalui tanda-tanda yang tampak dan jelas terlihat yaitu:
1. Mimpi senggama bagi laki-laki,
2. Menstruasi atau datangnya masa haidh bagi perempuan,
3. Berubahnya suara,
4. Tumbuh bulu ketiak,
5. Tumbuh rambut disekitar kemaluan.
Kedua, baligh bi sinni yakni baligh dengan menetapkan ketentuan umur apabila secara tabiat tidak terlihat tanda-tanda baligh maka demi kepastian hukum
baligh ini ditentukan dengan menetapkan umur. Adapun penentuan kedewasaan dengan umur ini terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama, antara lain:
1. Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah serta jumhur ulama berpendapat bahwa
usia baligh anak baik laki-laki dan perempuan adalah 15 tahun.
12
Hal ini didasarkan pada sebuah riwayat Ibnu Umar:
َ ع َ نَ
َ اَ ب َ نَ
َهعَ م َ رََ
ق َ لا
ََ ع َ رَ ض
َهت ََ ع
َ ل َ لاَى
َ ب َ يَ
َ صَ ل
َهلاَى ََ ع
َ لَ يَ ََ و
َ سَ ل َ مَ
َ يَ و َ مََها
َهح َ دَ
َ وَ اَ ن َ اَا
َ بَهن ََ اَ ر
َ بَ ع َ
َ ع َ ش
َ رَ ةَ َ سَ
َ ةَ َ فَ ر
َ دَ ن َ يَ
َ وَ ل َ مََ
ي َ ج
َ زَ ن َ يَ
َ ف َ يَ
َ لاَ ق َ ت
َ لا ََ و
َ عَ ر َ ض
َهت ََ يَ
وَ م ََ لا
َ خَ َ د
َ ق َ وَ,
َ اَ ن َ اَا
َ بَهن َ
َ خ َ م
َ س ََ ع
َ ش َ رَ ةَ
َ سَ َ ةَ
َ فَ ا َ جا
َ زَ ن َ يَ
ملسمَ اور
13
َ
12
Abdurrahman Al-Jaziry, Al- Fiqh „Ala al-Madzahib al-„Arba’ah, Beirut:Daar al-Fikr,
Juz II, 1985., h.349
13
Muhammad ibn „Isya at-Tirmidzi, Syarh al-Nawawi ala Muslim, juz I Mesir: Dar al- Khoir, 1996, h.868
67
Artinya: “Dari Ibnu Umar berkata: Aku datang kepada Rasulullah untuk ikut berperang Uhud ketika usiaku 14 tahun lalu Rasulullah tidak
mengizinkan, setahun kemudian aku datang kepada Rasulullah untuk ikut perang Khandak lalu Rasulullah mengizinkan ketika
usiaku 15 tahun
.”HR. Bukhari
2. Abu Hanifah berpendapat bahwa kedewasaan itu datangnya mulai usia 19
tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi perempuan. 3.
Imam Malik menetapkan umur dewasa adalah 18 tahun bagi laki-laki dan perempuan.
4. Yusuf Musa mengatakan bahwa usia dewasa itu setelah seseorang berusia
21 tahun.
14
5. Menurut pendapat Hadawiyah yang dikutip oleh Kahlani, seorang
perempuan dianggap telah cukup apabila telah mencapai usia 15 tahun, dan telah menampakkan pertumbuhan biologis kedewasaanya.
15
Sebelum batas kedewasaan tersebut dicapai seseorang, maka belum dapat di katakan mukallaf orang yang mendapatkan kewajiban agama, dan karenanya,
berdasarkan ketentuan hadis di atas, maka kepada orang itu tidak dapat di pertanggungjawabkan tindak pidana yang di perbuatanya, dan karenanya ia tidak
dapat dihukum atas perbuatan tersebut.
16