Penapisan Fitokimia Hasil Karakterisasi dan Penapisan Fitokimia Daun Teh Putih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ini dianalisis kandungan total fenol polifenol total dalam tiap seduhan secara kuantitatif dengan metode Follin-ciocalteau di Laboratorium Pusat Studi
Biofarmaka, LPPM – IPB, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 16 Maret 2015. Hasil
analisis total fenol tiap seduhan teh putih C. sinensis dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Total Fenol
Nama Sampel Hasil
Teknik Analisis
Seduhan 1 0,018 bv
Spektrofotometri Seduhan 2
0,025 bv Seduhan 3
0,028 bv Dari hasil uji total fenol metode Folin-ciocalteau diatas terlihat pada
seduhan 1 hanya mengandung 0,018 bv, dimungkinkan karena daun teh putih belum terekstrak sempurna. Jika dilihat dari karakteristiknya, daun teh putih
masih dalam bentuk kuncup dan menggulung sehingga kandungan metabolit sekunder sulit terekstrak keluar dari dalam daun teh dan hanya menghasilkan total
fenol lebih sedikit dibandingkan seduhan lainnya. Pada seduhan 2 menghasilkan kandungan total fenol yang lebih tinggi dari seduhan satu yaitu sebesar 0,025
bv. Sesuai dengan saran penyajian kemasan, teh putih dapat diseduh ulang hingga 2-3 kali menggunakan volume air yang sama, ini membuktikan bahwa
daun teh putih masih berkhasiat dan layak dikonsumsi meskipun sebelumnya telah diseduh. Sedangkan pada seduhan 3 mengandung total fenol yang lebih tinggi dari
seduhan lainnya yaitu mencapai 0,028 bv, dimungkinkan karena daun teh putih terekstrak sempurna karena daun teh putih sebelumnya telah diserbuk halus
dengan cara digiling dalam lumpang dan alu kemudian di ayak dengan ayakan Mesh 20. Dengan perlakuan sebelumnya ini, sangat disayangkan karena dapat
menghilangkan keunikan dari bentuk daun teh putih meskipun menghasilkan total fenol yang paling tinggi.
Dari hasil analisis total fenol didapatkan seduhan 3 memiliki polifenol total yang paling tinggi yaitu 0,028 bv. Dipilihnya seduhan yang memiliki
kandungan polifenol total tertinggi karena dimungkinkan memiliki aktivitas antibiofilm yang lebih baik khususnya dalam aktivitas penghambatan dan
penghancuran biofilm S. aureus. Polifenol dapat diartikan sebagai suatu senyawa kimia yang umumnya terdapat pada daun teh dimana struktur dasarnya memiliki
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gugus aromatik yang terikat satu atau lebih gugus OH. Senyawa dari golongan polifenol dalam daun teh putih yang digunakan pada penelitian ini, setelah
dilakukan penapisan fitokimia adalah flavonoid dan tanin yang keduanya berpotensi memiliki aktivitas antibiofilm. Kemudian diseduh dan dianalisis secara
kuantitatif total fenol polifenol totalnya, dimungkinkaan senyawa flavonoid dan tanin pada daun teh putih larut selama proses penyeduhan karena senyawa fenol
cenderung mudah larut dalam air. Senyawa saponin juga mudah larut dalam air J. B. Harborne, 1987.
Seduhan 3 dijadikan larutan seduhan yang akan digunakan untuk pengujian penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm S. aureus.
Larutan seduhan dianggap konsentrasi 100 karena daun teh putih tidak larut sempurna dalam larutan penyeduh dan harus disaring untuk memisahkan daun teh
putih dari larutan seduhan dan tidak bisa dipastikan konsentrasi bv. Dari larutan tersebut dibuat seri konsentrasi sebesar 1, 2, 4 dan 8 vv dengan cara
dilakukan pengenceran menggunakan akuades steril. Seri konsentrasi seduhan daun teh putih C. sinensis dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan aktivitas
antibiofilm khususnya dalam aktivitas penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm meskipun dengan menggunakan konsentrasi yang kecil.