Hasil Suspensi Bakteri Uji

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 9. Diagram Aktivitas Penghambatan dan Penghancuran Biofilm S. aureus oleh Seduhan Daun Teh Putih C. Sinensis Melalui Metode Microtitter Plate Biofilm Assay OD 595nm Pada aktivitas penghambatan pertumbuhan, pola umum dari grafik aktivitas antibiofilm kontrol negarif mengikuti pola tertentu, yaitu pola sigmoid membentuk huruf S. Aktivitas yang paling baik dalam penghambatan pertumbuhan biofilm S. aureus dihasilkan pada konsentrasi 4 vv, dengan penghambatan mencapai 59,922 dan penghambatan terendah pada konsentrasi 8 vv dengan penghambatan sebesar 47,804. Tingginya aktivitas penghambatan pertumbuhan pada konsentrasi 4 vv jika dilihat dari eror bars berupa standar deviasi tidak berbeda jauh aktivitasnya dengan konsentrasi lainnya dan menunjukkan bahwa seduhan daun teh putih C. sinensis memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm S. aureus. Pada penelitian Roccaro et al 2004 dalam Steinmann et al 2012, menunjukkan bahwa EGCG yang merupakan salah satu bentuk katekin yang terkandung dalam teh hijau dapat menurunkan produksi lendir dan menghambat pembentukan biofilm oleh isolat S. aureus dan S. epidermidis dari mata. Hasil ini menunjukkan bahwa selain mengikat lapisan lipid dan peptidoglikan, EGCG bereaksi dengan bahan polimer ekstraseluler glikokaliks Steinmann Joerg et al., 10 20 30 40 50 60 70 Penghambatan pertumbuhan Penghancuran A kt iv itas A n tibiofi lm ko n tr o l n e g atif Perlakuan Pengujian Diagram Aktivitas Penghambatan dan Penghancuran Biofilm

S. aureus

1 vv 2 vv 4 vv 8 vv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012. Sama halnya dengan teh hijau, teh putih mengandung senyawa katekin sering disebut dengan polifenol teh memiliki aktivitas dalam penghambatan pembentukan biofilm S. aureus, namun jumlah kandungan katekin di setiap jenis teh berbeda dan bergantung dengan cara pengolahan daun teh sebelum dilakukan pengeringan. Selain itu mekanisme aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm oleh seduhan daun teh putih belum diketahui. Pada aktivitas penghancuran biofilm S. aureus, terlihat pola umum dari grafik aktivitas antibiofilm kontrol negarif mengikuti pola tertentu, yaitu pola linier yang terus menurun dari konsentrasi seduhan rendah ke konsentrasi seduhan tertinggi. Aktivitas paling baik dihasilkan pada konsentrasi 1 vv, dengan penghancuran mencapai 40,046 dan penghancuran biofilm terendah pada konsentrasi 8 vv dengan penghancuran sebesar 28,115. Jika dilihat dari eror bars berupa standar deviasi pola grafik berbetuk sigmoid dengan titik puncak pada konsentrasi 2 vv, hal ini dimungkinkan konsentrasi 2 vv memiliki aktivitas penghancuran paling baik namun tidak berbeda jauh aktivitasnya dengan konsentrasi 1 vv dan konsentrasi 4 sedangkan terlihat berbeda secara nyata dengan konsentrasi 8 vv, dimungkinkan pada konsentrasi 8 vv merupakan konsentrasi yang terlalu besar sehingga menghasilkan nilai absorbansi yang tinggi karena adanya senyawa daun teh putih yang tersisa dalam tiap wells. Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan bahwa seduhan daun teh putih C. sinensis memiliki aktivitas penghancuran biofilm S. aureus. Data yang telah diperoleh pada setiap aktivitas seduhan daun teh putih terhadap penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm selanjutnya dilakukan uji persyaratan. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal p ≥0,05. Setelah dilakukan uji normalitas, dilanjutkan uji homogenitas Levene. Hasil uji homogenitas menghasilkan data yang homogen p ≥0,05. Hasil uji tersebut menunjukkan nilai signifikan 0,160 p ≥0,05 untuk aktivitas penghambatan pertumbuhan dan 0,086 p ≥0,05 untuk aktivitas penghancuran biofilm. Hasil uji anova yang dilakukan menunjukkan nilai signifikan 0,000 p ≤0,05 pada aktivitas penghambatan pertumbuhan dan 0,006 p ≤0,05 pada aktivitas penghancuran biofilm, ketika dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD data yang diperoleh menunjukkan hasil