Rancangan Penelitian dan Analisis Data

19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi

Berdasarkan hasil determinasi tanaman pada tanggal 06 Januari 2015 membuktikan bahwa tanaman yang digunakan adalah teh Camellia sinensis L. Kuntze, suku Theaceae. Hasil determinasi tersebut dapat dilihat pada lampiran 7.

4.2 Hasil Karakterisasi dan Penapisan Fitokimia Daun Teh Putih

C. sinensis

4.2.1 Organoleptik

Daun teh putih yang digunakan pada penelitian ini berada dalam kemasan yang sama, bertujuan mengurangi variabel pengganggu yang menyebabkan perbedaan komposisi zat berkhasiat, misalnya perbedaan waktu panen dan lama penyimpanan. Karakteristik daun teh putih C. sinensis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk panjang, sedikit bengkok dan berujung runcing menyerupai jarum. Berwarna hijau keperakan mengkilat dari bulu – bulu yang menyelimutinya. Memiliki bau khas teh dengan rasa hambar saat di hisap dan sedikit pahit jika dikunyah. Karakteristik daun teh putih yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Karakteristik Daun Teh Putih C. sinensis Sumber: Dokumen Pribadi

4.2.2 Penapisan Fitokimia

Kandungan metabolit sekunder pada daun teh putih C. sinensis diuji dengan cara penapisan fitokimia pada tanggal 08 Mei 2015. Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif pada penelitian ini adalah alkaloid Wagner, Mayer UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dragendorf, steroid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid, dan hidrokuinon. Hasil penapisan fitokimia daun teh putih C. sinensis dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Penapisan Fitokimia Golongan Hasil Teknik Analisis Alkaloid Wagner + Visualisasi Warna Mayer + Dragendorf + Steroid + Flavonoid + Tanin + Saponin + Triterpenoid - Hidrokuinon - Keterangan : + = positif - = negatif Dari hasil pengujian penapisan fitokimia menunjukkan bahwa daun teh putih C. sinensis yang digunakan pada penelitian ini memiliki kandungan senyawa flavonoid, tanin dan saponin dimana metabolit sekunder tersebut berpotensi memiliki aktivitas antibiofilm. Menurut J.-H. Lee et al 2013 senyawa kuersetin salah satu zat aktif kelas flavonoid, termasuk dalam kelompok flavonol dan tanin berpotensi menghambat pembentukan biofilm. Kemampuan ekstrak tanaman Alnus japonica yang mengandung senyawa kuersetin dan tanin dapat menghambat ekspresi intercellular adhesion genes icaA dan icaD yang berperan dalam inisiasi pembentukan biofilm Cramton et al, 1999 dalam J.-H. Lee et al, 2013. Sedangkan senyawa saponin dapat mengganggu pembentukan biofilm dengan cara merusak matriks biofilm, membuat celah pada lapisan lipid sehingga memungkinkan penembusan Coleman et al., 2010. Senyawa lain seperti polifenol dapat menembus biofilm dan melakukan aksi antimikroba. Polifenol teh atau sering disebut dengan katekin bersifat antimikroba Syah, Andi., 2006.

4.3 Hasil Penyiapan Seduhan dan Karakterisasi Seduhan Daun Teh Putih

Setelah seduhan telah siap, sebagian larutan dari hasil tiap penyeduhan dikarakterisasi dengan cara dianalisis kandungan total fenolnya. Pada penelitian