UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
konsentrasi w
a k
tu k
o n
ta k
8 7
6 5
4 3
2 1
90 80
70 60
50 40
30
suhu 37,5 Hold Values
– –
– –
-48 -48
-36 -36
-24 -24
-12 -12
Penghancuran
Contour Plot of Penghancuran vs waktu kontak; konsentrasi
Gambar 10. Contour plot dari Penghancuran vs Waktu Kontak dan Konsentrasi.
Hasil contour plot dari penghancuran biofilm terhadap suhu dan waktu kontak pada konsentrasi 1 vv dapat dilihat pada gambar 11.
waktu kontak s
u h
u
90 80
70 60
50 40
30 50
45 40
35 30
25
k onsentrasi 4,5
Hold Values –
– –
– -20
-20 20
20 40
40 60
60 Penghancuran
Contour Plot of Penghancuran vs suhu; waktu kontak
Gambar 11. Contour plot dari Penghancuran vs Suhu dan Waktu kontak.
Contour plot dari aktivitas Penghancuran biofilm S. aureus pada RSA seduhan daun teh putih yaitu berwarna putih kehijauan hingga hijau tua. Kondisi
optimal ditandai dengan warna hijau tua pada contour plot. Dari hasil optimasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
didapatkan kondisi optimal untuk aktivitas penghancuran biofilm S. aureus adalah pada konsentrasi 3,253 vv, dengan waktu kontak pemberian seduhan selama
90 menit pada suhu 25°C dan waktu kontak pemberian seduhan selama 30 menit pada suhu 50°C.
Pada contour plot terlihat bahwa aktivitas penghancuran memberi hasil yang baik pada kondisi suhu 25°C dengan waktu kontak selama 90 menit dan
pada kondisi suhu 50°C dengan waktu kontak selama 30 menit. Seduhan teh putih pada suhu ruang ternyata memiliki aktivitas dalam penghancuran biofilm,
didukung dengan waktu kontak selama 90 menit memberi aktifitas penghancuran biofilm S. aureus yang optimal. Sama halnya dengan kondisi suhu 50°C biofilm
S. aureus dengan mudah terdegradasi meski pemberian seduhan teh putih hanya dalam waktu kontak selama 30 menit. Selain itu, dengan adanya kondisi suhu
yang tinggi dimungkinkan membantu peningkatan aktivitas penghancuran biofilm S. aureus oleh seduhan daun teh putih. Hal ini dimungkinkan karena salah satu
komposisi penyusun biofilm bakteri adalah lipid, dan pada suhu yang tinggi akan meregang dan terganggu kestabilan lapisan biofilm sehingga membuka celah dan
membantu teh putih masuk kedalam biofilm sehingga dapat bertindak sebagai antimokroba. Sehingga bakteri mati dan tidak membentuk biofilm kembali.
Dari hasil optimasi terlihat bahwa aktivitas penghancuran biofilm S. aureus terbaik oleh seduhan daun teh putih dapat digunakan pada suhu yang
hangat yaitu 50°C dengan waktu kontak pemberian seduhan daun teh putih yang lebih singkat dalam waktu 30 menit, atau dapat menggunakan kondisi suhu ruang
yaitu 25°C tidak panas namun dengan waktu kontak pemberian seduhan daun teh putih yang sedikit lebih lama yaitu 90 menit. Namun, mekanisme aktivitas
penghancuran biofilm S. aureus oleh seduhan daun teh putih belum diketahui. Dari hasil contour plot aktivitas penghancuran terlihat semakin buruk pada
suhu 50°C dengan waktu kontak 90 menit dimungkinkan karena sumur yang diberikan perlakuan seduhan daun teh putih sudah tidak terdapat biofilm S. aureus
karena tingginya suhu dan nilai absorbansi yang lebih tinggi dari kontrol negatif dimungkinkan karena seduhan daun teh putih yang menempel pada tiap wells dan
tidak hilang pada suhu yang tinggi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setelah dilakukan optimasi ativitas penghancuran bifilm S. aureus menggunakan metode Response Surface Analysis RSA jika dibandingkan
dengan hasil skrining awal pada pengujian aktivitas penghancuran, pada contour plot terlihat aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi suhu 25°C selama 60
menit menghasilkan warna hijau muda yang artinya tidak optimal dan menghasilkan penghancuran dengan nilai kecil. Pengujian dengan kondisi yang
tidak optimal pada hasil pengujian aktivitas penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm pada sebelum optimasi dimungkinkan menyebabkan
aktivitas penghancuran yang lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm S. aureus.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1 Seduhan daun teh putih C. sinensis memiliki aktivitas penghancuran
biofilm S. aureus. 2
Perbedaan aktivitas penghancuran biofilm S. aureus dipengaruhi oleh konsentrasi seduhan, waktu kontak dan suhu inkubasi.
3 Setelah dilakukan optimasi menggunakan metode Response Surface
Analysis RSA didapatkan kondisi terbaik untuk mendapatkan aktivitas penghancuran biofilm S. aureus yang optimal.
5.2 Saran
1 Seduhan daun teh putih C. sinensis dengan kondisi terbaik dapat
digunakan oleh masyarakat umum dalam mengontrol biofilm S. aureus. 2
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan kimia yang lebih spesifik dalam seduhan daun teh putih C. sinensis secara
kuantitatif menggunakan metode analisa tertentu dan mengetahui mekanisme yang terjadi pada aktivitas penghancuran biofilm S. aureus
oleh seduhan daun teh putih C. sinensis.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Ando, Eiichi., Monden, Koichi., Mitsuhata, Ritsuko., Kariyama, Reiko., dan Kumon, Hiromi. 2004. Biofilm Formation among Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus Isolates from Patients with Urinary Tract Infection. Acta Medica Okayama. Vol. 58, No. 4, pp. 207-214.
Archer, et al. 2011. Staphylococcus Aureus Biofilms Properties, Regulation and Roles in Human Disease. Landes Bioscience. Virulence 2:5, 445-459.
Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh dan Kina. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung, Bandung.
Assani S. 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa Aksara. Jakarta.
Bixler, Gregory D., dan Bhushan, Bharat. 2012. Biofouling: Lessons From Nature. Phil. Trans. R. Soc. A 370, 2381
–2417.doi:10.1098Rsta.2011.0502. Breed, Roberto et al. 1957.
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Seventh Edition. The Williams and Wilkins Company.
Chen, Meng., Yu, Qingsong., dan Sun, Hongmin. 2013. Novel Strategies for the Prevention and Treatment of Biofilm Related Infections. International
Journal of
Molecular Sciences.
14. 18488-18501;
doi: 10.3390ijms140918488.
Coleman et al. 2010. Characterization of plant-derived saponin natural products against Candida albicans. ACS Chem Biol. Doi: 10.1021cb900243b
http:www.ncbi.nlm.nih.govpmcarticlesPMC2965462 [diakses pada: 10
Juni 2015. Jam 23:33]. Davies D.G., Marques C.N. 2009. A Fatty Acid is Responsible for Inducing
Dispersion in Microbial Biofilms. Journal of Bacteriology 191: 1393-1403. Deby et al., 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Coleus
atropurpureus L. Benth Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro. Program Studi Farmasi.
FMIPA UNSRAT Manado, 95115.
Deshpande, J. D., Joshi, M. 2011. Antimicrobial Resistance: The Global Public Health Challenge. International Journal of Student Research.Volume I.
Issue 2. Høiby, N., T. Bjarnsholt, M. Givskov, S. Molin, O. Ciofu. 2010. Antibiotic
resistance of bacterial biofilms. Int J Antimicrob Agents. Abstr.; 354:322-32.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jawetz; Melnick; dan Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran, ed. 23. Alih bahasa oleh Hartanto, H., et al. Penerbit EGC. Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. H. Hartanto, C. Rachman, A. Dimanti, A. Diani. Penerbit EGC. Jakarta.p.199
– 200 : 233. J. B. Harborne. 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terbitan Pertama. Bandung: Penerbit ITB. Jin-Hyung Lee, Joo-Hyeon Park, Hyun Seob Cho, Sang Woo Joo, Moo Hwan
Cho dan Jintae Lee. 2013. Anti-biofilm activities of quercetin and tannic acid against Staphylococcus aureus. Biofouling: The Journal of
Bioadhesion and Biofilm Research, 29:5, 491-499.
Kudva I.T., Jelacic S., Tarr P.I., Youderian P., Hovde C.J. 1999. Biocontrol of Escherichia coli O157 with O157-spesific bacteriophages. Applied and
Environmental Microbiology 65: 3767-3773. Maric S., and Vrances J. 2007. Characteristics and Significance of Microbial
Biofilm Formation. Periodicum Biologorum. Vol 109. No 2. Mead, M. Nathaniel. 2007. Diet and Nutrition: Temperance in Green Tea.
Environ Health Perspect. Sep; 1159: A445. Mims et al. 1998. Medical Microbiology, 2
nd
edition. London: Mosby. Montgomerry, Douglas C. 2001. Design and Analysis of Experiments. John Wiley
Sons. New York. USA. [MSU] Montana State University. 2008. A Bioflm Primer: How Biofilm Forms.
Biofilm online
http:www.biofilmsonline.comcgni-binbiofilmsonline ed_how primer.html
[diakses pada: 02 Februari 2015. Jam 00:25]. M. Simoes., Simoes L.C., Vieira M.J. 2010. A Review of Current and Emergent
Biofilm Control Strategies. LWT-Food Science and Technology 43: 573- 583.
Pertiwi, Nursitasari. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat Ekstrak Air Campuran Daun Piper Bettle L Terhadap Bakteri Uji. Jurusan
Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [Skripsi].
Prakash B., B.M. Veeregowda and G. Krishnappa. 2003. Biofilms: A Survival Strategy of Bacteri. Current Sci., 85: 1299
– 1307.