Identifikasi Masalah Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

Konsekuensi dari adanya splitsing adalah terdakwa harus saling bersaksi untuk terdakwa yang lain dalam perkara masing-masing baik sebagai saksi maupun terdakwa guna mendukung pembuktian delik penyertaan yang berkasnya kekurangan alat bukti hal ini disebut dengan saksi mahkota, saksi mahkota hanya terpat dalam perkara delik penyertaan saja. Masih kurang maksimalnya penerapan cara pemeriksaan berkas ini dan minimnya tingkat ketelitian dalam menganalisa berkas perkara akibatnya masih ditemui ketidaksesuaian penggunaan splitsing atau voeging, membuat penulis tertarik untuk mengkaji judul skripsi mengenai “Pemisahan Berkas Perkara Pidana Splitsing oleh Penuntut Umum dalam Pembuktian Suatu Tindak Pidana dengan Delik Penyertaan Studi pada Kejaksaan Negeri Ambarawa”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Tingkat pemahaman penegak hukum terhadap peran masing- masing orang dalam suatu delik penyertaan. 2. Kesesuaian prosedur penanganan delik penyertaan oleh penegak hukum pada peradilan pidana di Indonesia dengan aturan undang – undang. 3. Pemahaman aparat penegak hukum tentang pengenaan pasal pada pelaku delik penyertaan. 4. Penerapan asas fair, impartial, impersonal, and objective pada proses peradilan Indonesia. 5. Konsekuensi hukum dari adanya pemisahan berkas perkara oleh penuntut umum. 6. Perbedaan cara pembuktian pada berkas perkara yang digabung voeging dan dipisah splitsing. 7. Alasan Jaksa Penuntut Umum melakukan pemisahan berkas perkara splitsing.

1.3 Batasan Masalah

Agar arah penelitian ini lebih terfokus, tidak kabur dan sesuai dengan tujuan, penelitian, maka penulis merasa perlu unutuk membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah tersebut adalah : 1. Alasan penuntut umum melakukan pemisahan suatu berkas perkara splitsing . 2. Cara pembuktian dengan menggunakan pemisahan berkas perkara splitsing pada delik penyertaan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah alasan dari penuntut umum dalam melakukan pemisahan berkas perkara splitsing pada suatu perkara pidana ? 2. Bagaimana cara pembuktian dengan menggunakan pemisahan berkas perkara splitsing pada delik penyertaan ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh deskripsi mengenai penerapan pemisahan berkas perkara splitsing dan memperoleh pendapat dari penuntut umum terkait dengan alasan – alasan penuntut umum dalam memisah suatu berkas perkara. 2. Mengetahui cara pembuktian dari suatu berkas perkara yang menggunakan pemisahan berkas perkara dalam delik penyertaan.

1.6 Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum, khususnya pengetahuan hukum pidana di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan hukum pidana bagi setiap masyarakat pada umumnya dan peneliti pada khususnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemisahan berkas perkara spliting dalam delik penyertaan. 2. Manfaat Praktis a. Adanya kajian lebih lanjut mengenai perlunya pemisahan berkas pada setiap peran orang yang berbeda dalam suatu delik penyertaan. b. Adanya sumbangan pikiran dan masukan – masukan dari hasil penelitian terhadap instansi – instansi aparat penegak hukum yaitu khususnya instansi Kejaksaan Negeri Ambarawa mengenai pemisahan berkas perkara oleh penuntut umum.

1.7 Sistematika Penulisan

Dokumen yang terkait

Peranan Kejaksaan Tinggi Rendahnya Tuntutan Pidana Penuntut Umum Terhadap Perkara Tindak Pidana...

0 17 3

PEMISAHAN BERKAS PERKARA PIDANA (SPLITSING) OLEH PENUNTUT UMUM DALAM PROSES PEMBUKTIAN SUATU TINDAK PIDANA DENGAN DELIK PENYERTAAN (STUDI PADA KEJAKSAAN NEGERI AMBARAWA

2 7 25

PELAKSANAAN PEMECAHAN PERKARA PIDANA (SPLITSING) SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT PROSES PEMBUKTIAN ( Studi Di Kejaksaan Negeri Semarang )

6 22 75

PROSES PENUNTUTAN PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM (Studi Kasus di Kejaksaan Negeri Pekanbaru ).

0 0 10

ALASAN PENUNTUT UMUM MELAKUKAN PEMISAHAN SURAT DAKWAAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kasus di Kejaksaan Negeri Padang).

0 1 6

TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM KEJAKSAAN NEGERI BUKITTINGGI.

0 1 6

BAB II DASAR KEWENANGAN PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PEMISAHAN BERKAS PERKARA (SPLITSING) MENURUT KUHAP DAN UU NOMOR 16 TAHUN 2004 2.1. Tugas dan Wewenang Jaksa Sebagai Penuntut Umum di Indonesia - PEMISAHAN BERKAS PERKARA (SPLITSING) DALAM PERKARA PIDAN

0 0 40

BAB III KARAKTERISTIK PEMISAHAN BERKAS PERKARA ( SPLITSING ) YANG DILAKUKAN OLEH PENUNTUT UMUM 3.1. Syarat Pemisahan Berkas Perkara - PEMISAHAN BERKAS PERKARA (SPLITSING) DALAM PERKARA PIDANA DITINJAU DARI HUKUM POSITIF Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 41

MEKANISME PEMBUKTIAN OLEH PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus di Kejaksaan Negeri Semarang) - Unissula Repository

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PEMISAHAN BERKAS PERKARA (SPLITSING) OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PENGEROYOKAN (STUDI KASUS PENGEROYOKAN DI JALAN SETIABUDI SEMARANG) - Unika Repository

0 0 13