Kerangka Berfikir PEMISAHAN BERKAS PERKARA PIDANA (SPLITSING) OLEH PENUNTUT UMUM DALAM PROSES PEMBUKTIAN SUATU TINDAK PIDANA DENGAN DELIK PENYERTAAN (STUDI PADA KEJAKSAAN NEGERI AMBARAWA)

2.3 Kerangka Berfikir

a Bagan Kerangka Berfikir Penyidikan Miranda Rule Pembuatan berkas perkara Penggabungan berkas perkara voeging Pemisahan berkas perkara splitsing Penuntutan Surat Dakwaan Persidangan Pembuktian Saksi Mahkota UUD Negara Republik Indonesia 1945 UU No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP UU No.1 Tahun 1946 tentang KUHP Undang – Undang No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia Undang Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika Kasus Delik Penyertaan b Penjelasan bagan: Bermula ketika kewajiban aparat penegak hukum dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan hukum dengan keadilan yang ideal. Pada UUD 1945 juga telah memberikan perhatian pada penegakan hukum dikuatkan dengan prinsip Miranda Rule yang menjunjung tinggi dengan hak – hak tersangka dalam proses peradilan. Dalam tahap pembuatan berkas perkara penyidik terkadang kurang tepat dalam memposisikan seseorang atau beberapa orang terdakwa apabila dalam delik penyertaan, yaitu menggabungkan berkas perkara voeging yang semestinya berkas itu dipisah splitsing. Maka dengan adanya hal ini penuntut umum memiliki wewenang untuk mendakwa masing-masing orang dengan perkara yang berbeda agar terpenuhinya unsur delik yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam pembuatan surat dakwaan dan berjalannya proses persidangan khususnya tahap pembuktian. Undang – undang yang digunakan untuk menunjang penelitian ini diantaranya : Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang –Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, Undang Undang No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang Undang Hukum Pidana, Undang – Undang No 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Repbublik Indonesia dan karena dalam penelitian ini mengambil contoh kasus penyertaan yaitu kasus penyalahgunaan narkotika maka digunakan pula Undang – Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika. BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Penelitian

Dokumen yang terkait

Peranan Kejaksaan Tinggi Rendahnya Tuntutan Pidana Penuntut Umum Terhadap Perkara Tindak Pidana...

0 17 3

PEMISAHAN BERKAS PERKARA PIDANA (SPLITSING) OLEH PENUNTUT UMUM DALAM PROSES PEMBUKTIAN SUATU TINDAK PIDANA DENGAN DELIK PENYERTAAN (STUDI PADA KEJAKSAAN NEGERI AMBARAWA

2 7 25

PELAKSANAAN PEMECAHAN PERKARA PIDANA (SPLITSING) SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT PROSES PEMBUKTIAN ( Studi Di Kejaksaan Negeri Semarang )

6 22 75

PROSES PENUNTUTAN PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM (Studi Kasus di Kejaksaan Negeri Pekanbaru ).

0 0 10

ALASAN PENUNTUT UMUM MELAKUKAN PEMISAHAN SURAT DAKWAAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kasus di Kejaksaan Negeri Padang).

0 1 6

TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM KEJAKSAAN NEGERI BUKITTINGGI.

0 1 6

BAB II DASAR KEWENANGAN PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PEMISAHAN BERKAS PERKARA (SPLITSING) MENURUT KUHAP DAN UU NOMOR 16 TAHUN 2004 2.1. Tugas dan Wewenang Jaksa Sebagai Penuntut Umum di Indonesia - PEMISAHAN BERKAS PERKARA (SPLITSING) DALAM PERKARA PIDAN

0 0 40

BAB III KARAKTERISTIK PEMISAHAN BERKAS PERKARA ( SPLITSING ) YANG DILAKUKAN OLEH PENUNTUT UMUM 3.1. Syarat Pemisahan Berkas Perkara - PEMISAHAN BERKAS PERKARA (SPLITSING) DALAM PERKARA PIDANA DITINJAU DARI HUKUM POSITIF Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 41

MEKANISME PEMBUKTIAN OLEH PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus di Kejaksaan Negeri Semarang) - Unissula Repository

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PEMISAHAN BERKAS PERKARA (SPLITSING) OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PENGEROYOKAN (STUDI KASUS PENGEROYOKAN DI JALAN SETIABUDI SEMARANG) - Unika Repository

0 0 13