B. Pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan IHSG
Perumusan hipotesis uji untuk pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI adalah
sebagai berikut: H
: β
2
≥ 0, Tidak terdapat pengaruh negatif tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia
BEI. H
1
: β
2
0, Terdapat pengaruh negatif tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa SBI menghasilkan nilai t hitung sebesar -2.047 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,045.
Keputusan penolakanpenerimaan hipotesis hasil perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
pada pengujian parsial dapat digambarkan dalam diagram daerah penerimaan dan penolakan H
sebagai berikut :
Gambar 4.17 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Parsial X
2
terhadap Y
Hasil penghitungan nilai statistik uji t yang diperoleh menunjukkan t- hitung lebih kecil dari nilai negatif t
tabel
t = -2,047 -2,004, maka diperoleh hasil pengujian Ho ditolak .
Apabila tingkat signifikansi hasil uji sebesar 0,045 dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05, variabel ini termasuk
signifikan. Nilai signifikansi variabel tingkat suku bunga SBI lebih kecil dari derajat kesalahan artinya bahwa hipotesis nol ditolak dan H1 dapat diterima. Dari
hasil uji t disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia
BEI. Ditemukan adanya pengaruh SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG menandakan bahwa meningkatnya suku bunga yang diberlakukan oleh Bank Indonesia berdampak bagi pemegang saham secara keseluruhan. Adanya
suku bunga yang meningkat berpengaruh pada tinggi rendahnya minat investor
untuk menanamkan modalnya. Suku bunga yang rendah dapat menarik minat investor menentukan tingkat saham.
Hal itu terjadi karena bila suku bunga SBI mengalami peningkatan, maka para investor lebih memilih berinvestasi pada Sertifikat Bank Indonesia dari pada
berinvestasi kepada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal ini menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan mengalami
penurunan.
C. Pengaruh tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG
Perumusan hipotesis uji untuk pengaruh tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI adalah sebagai
berikut: H
: β
3
≥ 0, Tidak terdapat pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI.
H
1
: β
3
0, Terdapat pengaruh negatif antara tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Inflasi menghasilkan nilai t hitung sebesar -0,370 dengan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,713.
Keputusan penolakanpenerimaan hipotesis hasil perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
pada pengujian parsial dapat digambarkan dalam diagram daerah penerimaan dan penolakan H
sebagai berikut :
Gambar 4.18 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Parsial X
3
terhadap Y
Hasil penghitungan nilai statistik uji t yang diperoleh menunjukkan t- hitung lebih besar dari nilai negatif t
tabel
t = -0,370 -2,004, maka diperoleh hasil pengujian Ho tidak ditolak .
Apabila tingkat signifikansi hasil ujisebesar 0,713 dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05, variabel ini termasuk
tidak signifikan. Nilai signifikansi variabel tingkat inflasi lebih besar dari derajat kesalahan artinya bahwa hipotesis nol tidak ditolak dan H1 tidak dapat diterima.
Dari hasil uji t disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia
BEI. Tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan tingkat inflasi terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan IHSG, menunjukan bahwa tingkat inflasi yang mengalami peningkatan tidak berpengaruh bagi pemegang saham secara
keseluruhan.
Daerah Tidak tolak Ho
Daerah Penolakan Ho
-t
0,95; 55
= -2,004 -0,370
D. Pengaruh IHSG periode sebelumnya terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan IHSG
Perumusan hipotesis uji untuk pengaruh IHSG periode sebelumnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia
BEI adalah sebagai berikut: H
: β
4
= 0, Terdapat pengaruh IHSG periode sebelumnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI.
H
1
: β
4
≠ 0, Tidak terdapat pengaruh IHSG periode sebelumnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa IHSG periode sebelumnya menghasilkan nilai t hitung sebesar 12.671 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,003. Keputusan penolakanpenerimaan hipotesis hasil perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
pada pengujian parsial dapat digambarkan dalam diagram daerah penerimaan dan penolakan H
sebagai berikut :
Gambar 4.19 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Parsial X
4
terhadap Y
Daerah Penolakan Ho
Daerah Tidak tolak Ho
t
0,95; 55
= 2,004 Daerah
Penolakan Ho
-t
0,95; 55
= -2,004 12,671
Hasil penghitungan nilai statistik uji t yang diperoleh menunjukkan t- hitung lebih besar dari nilai positif t
tabel
t = 12,671 2,004, maka diperoleh hasil pengujian Ho ditolak .
Apabila tingkat signifikansi hasil uji sebesar 0,003 dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05, variabel ini termasuk
signifikan. Nilai signifikansi variabel IHSG periode sebelumnya lebih kecil dari derajat kesalahan artinya bahwa hipotesis nol ditolak dan H1 dapat diterima.Dari
hasil uji t disimpulkan bahwa terdapat pengaruh IHSG periode sebelumnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia
BEI.
117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis pengaruh kurs rupiah, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI dan tingkat inflasi
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia menggunakan data priode tahun 2007 sampai dengan 2011 dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut : 1. Perkembangan kurs mata uang rupiah atas dollar AS menunjukkan fluktuasi
dari Januai 2007 hingga Desember 2011. Pada tahun 2011 kurs rupiah relatif stabil dengan mengarah penguatan. Tetapi pada Oktober 2008 hingga tahun
2009 akhir, kurs rupiah terlihat melemah terhadap dollar Amerika. Hal ini disebabkan karena faktor negatif dari krisis global dunia pada saat itu.
2. Perkembangan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI selama periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2011 mengalami fluktuasi.
Dimana terlihat ada kecenderungan yang turun pada akhir periode penelitian. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI yang tertinggi terjadi pada bulan
Januari 2007, Oktober dan November 2008 dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI terendah terjadi pada bulan November dan Desember 2011.
Akibatnya para investor mengalihkan dananya untuk berivestasi dalam bentuk saham.
3. Tingkat inflasi selama periode penelitian secara keseluruhan turun. Kecenderungan inflasi periode tahun 2007 stabil, di tahun 2008 terlihat
kecenderungan inflasi meningkat, di tahun 2009 terlihat kecenderungan inflasi menurun, pada tahun 2010 terlihat kecenderungan inflasi meningkat dan pada
tahun 2011 terlihat kecenderungan inflasi menurun. 4. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG periode Januari 2007
sampai dengan Desember 2011 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan secara keseluruhan meningkat, meskipun di tahun 2008 terjadi penurunan
IHSG yang tajam. Hal ini disebabkan dampak dari krisis global yang terjadi di pada saat itu.
5. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh kurs mata uang rupiah atas dollar AS, tingkat suku bunga SBI dan tingkat inflasi serta IHSG periode sebelumnya
berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Nilai koefisien determinasi menghasilkan 0,960 yang berarti dampak kurs mata uang rupiah
atas dollar AS, tingkat suku bunga SBI dan tingkat inflasi serta IHSG periode sebelumnya terhadap IHSG sebesar 96,0. Dari hasil uji F dapat disimpulkan
secara bersama-sama kurs mata uang rupiah atas dollar AS, tingkat suku bunga SBI dan tingkat inflasi serta IHSG periode sebelumnya berpengaruh terhadap
indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Diperoleh F
hitung
lebih besar dari F
tabel
dan juga ditunjukkan oleh nilai signifikansi uji statistik lebih kecil dari tingkat kesalahan yang dapat diterima. Secara parsial kurs mata uang rupiah atas
dollar AS tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI, tingkat suku bunga SBI
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI. Ditemukan adanya pengaruh SBI
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG menandakan bahwa meningkatnya suku bunga yang diberlakukan oleh Bank Indonesia berdampak
bagi pemegang saham secara keseluruhan. Suku bunga yang rendah dapat menarik minat investor menentukan tingkat saham. Terdapat pengaruh
negative tidak signifikan tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI. Ini menunjukkan bahwa
meningkatnya tingkat inflasi tidak berdampak bagi pemegang saham secara keseluruhan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti ingin memberikan saran yang dapat dijadikan masukan kepada PT. Bursa Efek
Indonesia BEI yaitu: 1. Sebaiknya PT. Bursa Efek Indonesia BEI memperhatikan para investor
lokal maupun asing supaya berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga akan mempengaruhi pada pergerakan harga saham perusahaan. Kurs rupiah
terhadap dollar AS secara tidak langsung akan menunjukan apresiasi. 2. Sebaiknya PT. Bursa Efek Indonesia BEI memperhatikan para pemegang
saham pelaku pasar modal untuk tetap berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga dalam menghadapi kenaikan suku bunga SBI, para pemegang saham