Rumus uji F yang digunakan adalah

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji t

Pengujian secara parsial, melakukan uji-t untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut. Rumus uji t yang digunakan adalah : hitung b t Se b  Dimana : b = Koefisien Regresi ganda Se b = Standar eror Hasilnya dibandingakn dengan tabel t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf 5. Perumusan hipotesis penelitian sebagai berikut: H : β1 = 0, Terdapat pengaruh antara kurs mata uang rupiah atas dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI. H1: β1 ≠ 0, Tidak terdapat pengaruh antara kurs mata uang rupiah atas dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI. H : β2 ≥ 0, Terdapat pengaruh negatif antara tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI. H 1 : β2 0, Tidak terdapat pengaruh negatif antara tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI. H : β3 ≥ 0, Terdapat pengaruh negatif antara tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI. H 1 : β3 0, Tidak terdapat pengaruh negatif antara tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia BEI.

a. Menentukan Kriteria Penerimaan Hipotesis

Agar hasil perhitungan koefisien korelasi dapat diketahui tingkat signifikan atau tidak signifikan maka hasil perhitungan dari statistik uji t t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan t tabel. Tingkat signifikannya yaitu 5 α = 0,05, artinya jika hipotesis nol ditolak dengan taraf kepercayaan 95, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95 dan hal ini menunjukan adanya hubungan korelasi yang meyakinkan signifikan antara dua variabel tersebut. Untuk mengetahui ditolak atau tidaknya dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut :  Jika hitung t ≤ tabel t maka H ada di daerah penerimaan, H 1 ditolak, artinya antara variable X 1 dan Y tidak ada hubungannya.  Jika hitung t tabel t maka H 1 ada di daerah penerimaan, H ditolak, artinya antara variable X 1 dan Y ada hubungannya.  Jika hitung t ≥ tabel t maka H ada di daerah penerimaan, H 1 ditolak, artinya antara variable X 2 dan Y tidak ada hubungannya.  Jika hitung t tabel t maka H 1 ada di daerah penerimaan, H ditolak, artinya antara variable X 2 dan Y ada hubungannya.  Jika hitung t ≥ tabel t maka H ada di daerah penerimaan, H 1 ditolak, artinya antara variable X 3 dan Y tidak ada hubungannya.  Jika hitung t tabel t maka H 1 ada di daerah penerimaan, H ditolak, artinya antara variable X 3 dan Y ada hubungannya.  Jika hitung t ≥ tabel t ≤ hitung t maka H ada didaerah peneriman, berarti H 1 ditolak artinya antara variabel X 1 , X 2 dan X 3 secara simultan tidak berpengaruh terhadap Y.  Jika hitung t tabel t hitung t maka H 1 ada didaerah peneriman, berarti H ditolak artinya antara variabel X 1 , X 2 dan X 3 secara simultan berpengaruh terhadap Y.

b. Menggambarkan Daerah Penerimaan dan Penolakan

Untuk menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan terhadap sebuah hipotesis dapat digambarkan dengan uji dua pihak daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut : Hasil F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan kriteria :  Tolak Ho jika Fhitung Ftabel pada alpha 5 untuk koefisien positif.  Tolak Ho jika Fhitung Ftabel pada alpha 5 untuk koefisien negatif.  Tolak Ho jika nilai F-sign ɑ ,05. Berikut merupakan gambar daerah penerimaan dan penolakan H0 secara parsial : a Pengaruh kurs mata uang rupiah atas dollar AS terhadap IHSG Daerah Penerimaan H Daerah Penolakan H Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H Secara Parsial b Pengaruh tingkat suku bunga SBI dan tingkat inflasi terhadap IHSG Daerah Penerimaan H Daerah Penolakan H c Gambar 3.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan H Secara Parsial

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dolar AS Dan SUku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2015

0 12 1

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, LAJU INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2001 - 2010

0 10 206

Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005 2009

1 5 62

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 14

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AMERIKA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA 2003 – 2006.

0 0 8

Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah dan Tingkat SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 0 1

Pengaruh Kurs Rupiah per Dollar AS dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia.

0 0 25

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 85

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8

PENGARUH NILAI TINGKAT SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AS, DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEI PERIODE 2005-2008 SKRIPSI

0 0 13