Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Analisa Metode Penelitian

alasan tersebutlah penulis memilih judul “Neoliberalisme dan Ekonomi Politik Indonesia. Studi kasus: Penerapan Kebijakan Privatisasi Pendidikan di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka penulis membuat suatu perumusan masalah: 1. Bagaimana implementasi kebijakan privatisasi pendidikan dijalankan di Indonesia? 2. Apakah dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan privatisasi pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji paham Neoliberalisme lewat penerapan kebijakan privatisasi pendidikan di Indonesia. 2. Untuk mengkaji dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan privatisasi pendidikan di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah pemahaman mahasiswa tentang kebijakan privatisasi, terutama kebijakan privatisasi pendidikan di Indonesia 2. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan privatisasi pendidikan di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 1.5 Kerangka Dasar Pemikiran 1.5.1. Pandangan Dasar Neoliberalisme Terdapat dua pandangan dasar Neoliberalisme: 3 1. Penolakan teoritis terhadap negara Menurut pemahaman neoliberalisme, segala campur tangan negara ditolak oleh para ekonom beraliran Neoliberalisme. Mekanisme pasar pada dasarnya sudah cukup untuk menggerakkan roda ekonomi, atau bahwa invisible hand cukup membuat lancar produksi, distribusi maupun konsumsi. Setiap campur tangan negara hanya akan menimbulkan distorsi. Perencanaan ekonomi sentralistik, proteksionisme, regulasi ekonomi yang berlebihan, dominasi pemerintah dalam berbagai sektor ekonomi, berkembangnya badan usaha milik negara, subsidi terus- menerus, serta strategi industri subsitusi impor, menjadi sasaran kritik komunitas Neoliberal. Sebagai alternatif mereka menganjurkan kepada pemerintah untuk melakukan reformasi dalam bentuk deregulasi, liberalisasi ekonomi, dan privatisasi badan usaha milik negara untuk mengatasi memburuknya situasi ekonomi. Negara harus keluar dari ekonomi, termasuk keluar dari kegiatan program kesejahteraan karena program ini menimbulkan defisit. Dengan mengurangi program kesejahteraan, kas pemerintah akan diringankan. Situasi ini akan memungkinkan pemerintah untuk menurunkan pajak pada para pelaku bisnis, yang pada gilirannya, akan mendapatkan gairah baru untuk berproduksi. Inflasi 3 Wibowo dan Francis Wahono ed, Neoliberalisme, Yogyakarta: Cinderalas Pustaka Cerdas, 2003, Hal.275-277. Universitas Sumatera Utara dengan sendirinya turun dengan meningkatnya output. Konsumen akan juga meningkatkan spending, dan bergulirlah roda ekonomi. Satu kelebihan neoliberalisme adalah menawarkan pemikiran politik yang sederhana, menawarkan penyederhanaan politik sehingga pada titik tertentu politik tidak lagi mempunyai makna selain apa yang ditentukan oleh pasar dan pengusaha. Dalam pemikiran neoliberalisme, politik adalah keputusan-keputusan yang menawarkan nilai-nilai, sedangkan secara bersamaan neoliberalisme menganggap hanya satu cara rasional untuk mengukur nilai, yaitu pasar. Semua pemikiran diluar rel pasar dianggap salah. Kapitalisme neoliberal menganggap wilayah politik adalah tempat dimana pasar berkuasa, ditambah dengan konsep globalisasi dengan perdagangan bebas sebagai cara untuk perluasan pasar melalui WTO World Trade Organization, akhirnya kerap dianggap sebagai Neoimperialisme. Gagasan diatas didukung dengan beberapa teori: a. Teori Absolute Advantage 4 Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nation dalam rangka melawan Merkantilisme pada abad ke-18. merkantilisme percaya bahwa sebuah bangsa hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan bangsa lain, dan mengajarkan agar pemerintah menjalankan kontrol ketat pada semua kegiatan ekonomi maupun perdagangan. Smith, sebaliknya, mengajarkan bahwa semua bangsa akan mendapat untung jika mengadakan perdagangan dan mendukung kebijakan laissez faire. Katanya, 4 Ibid, Hal.279 Universitas Sumatera Utara perdagangan bebas akan membuat sumber daya dunia dipakai secara amat efisien dan dengan demikian akan menghasilkan kesejahteraan dunia secara maksimal. b. Teori Comparative Advantage 5 Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya yang berjudul Principal of Political Economy and Taxation 1817. Contoh yang diambil adalah Inggris dan Portugal. Inggris yang menjadi penghasil wool ulung lebih baik tidak mencoba untuk memproduksi anggur yang menjadi keunggulan Portugal. Inggris tetap menjadi penghasil wool dan Portugal penghasil anggur. Keduanya akan menikmati wool dengan kualitas unggul dan demikian juga anggur, kalau keduanya mengadakan perdagangan. Kalau masing-masing ingin menghasilkan keduanya sendiri, maka yang akan diperoleh adalah wool dan anggur dengan kualitas rendah. Maka lebih menguntungkan kalau Inggris dan Portugal masing- masing mengadakan spesialisasi, lalu keduanya membuka pasar mereka dan mengadakan perdagangan. Dengan kata lain, prinsip perdagangan bebas ini menuntut agar negara- negara membuka pasar mereka sebesar-besarnya untuk terjadinya perdagangan. Semakin negara-negara tidak menghalangi arus ekspor-impor, semakin konsumen dalam masing-masing negara akan menikmati keuntungan. c. Teori Competitive Advantage 6 Teori ini dituangkan oleh Michael Porter dalam bukunya the Competitive Advantage of Nations 1990. Dalam teori ini, negara tidak hanya berdagang, tetapi juga bersaing. Kalau sebuah negara ingin memperoleh kemakmuran diukur 5 Michel Porter, The Competitive Advantage of Nation, London: Macmilan, 1990, Hal.19. 6 Robert O.Keohane dan Helen V. Milner ed, Internationalization and Domestic Politics, Cambridge: cambridge University Press, 1996. Universitas Sumatera Utara dengan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ia harus bersaing dengan negara-negara lain untuk merayu modal yang dimiliki oleh perusahaan- perusahaan multinasional yang jumlahnya terbatas itu. Dalam rangka persaingan itulah negara berlomba mengurangi hambatan untuk terjadinya perdagangan bebas maupun masuknya investor, dan sekaligus juga mengembangkan kekayaan yang dimilikinya seperti struktur ekonomi nasional, nilai-nilai, kultur, sejarah bangsa. Negara juga harus menyediakan fasilitas-fasilitas untuk menarik modal yang dimiliki oleh para investor, terutama investor global. Implikasi dari teori ini adalah bahwa negara harus semakin mundur dari kegiatan intervensinya dalam ekonomi, terutama di bidang regulasi dan redistribusi kekayaan. 2. Homo Economicus dan Pasar Sebagai Model Sosial dan Politik 7 Dengan menganut teori pilihan rasional yang ontologinya juga individual, Neoliberalisme percaya bahwa berdasarkan informasi yang sama, setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di dalam pasar. Pasar Peradaban pasar secara implisit menganjurkan dan mengutamakan konsep manusia tertentu yaitu manusia sebagai homo economicus. Kapitalisme dan konsep manusia sebagai homo economicus dipandang sebagai sesuatu yang natural, yaitu sebagai sesuatu yang transhistoris, yang mengangkangi sejarah. Dengan kata lain, homo economicus dipandang sebagai kodrat manusia. Masyarakat dipandang sebagai agregat dari individu-individu ini. Manusia pertama-tama dan terutama beroperasi atas motif-motif ekonomi, atau lebih tepat lagi menurut prinsip ekonomi kapitalis. Individu adalah titik awal dan titik akhir neoliberalisme. 7 Wibowo dan Francis Wahono ed, Op.Cit, Hal 302-303. Universitas Sumatera Utara dipandang sebagai cara hidup paling efisien dalam alokasi sumber, perluasan lingkup preferensi individu dan menjamin kebebasan politik. Pasarlah yang memberikan kemungkinan optimal bagi individu-individu. Model ini juga diterapkan pada bidang sosial dan politik. Dalam kehidupan sosial, misalnya, persoalan keadilan harus ditempatkan dalam konteks pasar. Pasar yang sempurna menjamin keadilan komunitatif, meskipun tidak menjamin keadilan distributif. Distribusi ekonomi selalu berdasarkan pada kemampuan individu, modal, dan bakat yang ditopang mekanisme pasar yang sempurna. Dalam kerangka pikir ini, politikpun dipandang sebagai transaksi ekonomis. Bahasa politik yang tadinya memang khas, diubah menjadi bahasa ekonomis. Unsur kekuasaan dan konflik dikeluarkan dari khasanah bahasa dan analisa politik. Politik menjadi serupa dengan ekonomi. Analisa politik menjadi analisa tentang biaya dan manfaat dari suatu transaksi. Unsur politik dan pertarungan kekuasaan dikaburkan dan disamarkan dalam bahasa yang sepenuhnya berbau konsensual. Penyamaran dan pengaburan ini mengakibatkan perubahan arti politik secara mendalam. Politik lalu disamakan dengan proses tawar menawar dan dengan manajemen. Dalam konteks pikiran Fukuyama, hal ini menjadi kelas. Ketika debat ideologi tidak lagi perlu, maka yang diperlukan adalah diskusi dan konsensus tentang program dan proyek. Ketika ideologi sudah berakhir, perdebatan tentang hal-hal mendasar tidak mendapat tempat lagi dalam diskursus politik yang didominasi terutama oleh pembicaraan tentang teknologi atau tentang bagaimana yang tentu bersifat pragmatis. Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Definisi Privatisasi

8 Menurut Peacock Privatisasi pada umumnya di definisikan sebagai pemindahan industri dari milik pemerintah ke sektor swasta yang berimplikasikan bahwa saham dominan dalam pemilikan aktiva akan berpindah kepemegang saham. Beesley dan Littlechild mengartikan Privatisasi sebagai pembentukan perusahaan. Dan menurut Company act, bahwa penjualan yang berkelanjutan sekurang-kurangnya sebesar 50 persen dari saham milik pemerintah ke pemegang saham swasta. Tetapi, yang menggarisbawahi ide ini adalah membuat konsep pengembangan industri dengan cara meningkatkan peranan pada kekuatan pasar. Menurut Clementi terdapat empat batasan dalam kebijakan pemerintahan Thatcer tentang institusi pada perusahaan sektor publik secara keseluruhan, antara lain: a. Memungkinkan pemindahan terhadap kepemilikan swasta b. Membuka aktivitas terhadap kompetisi yang dikenal sebagai liberalisasi c. Menghapus fungsi tertentu yang dilakukan oleh sektor publik secara bersamaan atau melakukan subkontrak kepada sektor swasta sehingga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih rendah. d. Membebani masyarakat pada jasa di sektor publik yang disediakan secara percuma. Pirie mendefinisikan privagtisasi sebagai ide yang melibatkan pemindahan produksi barang dan jasa dari sektor publik ke sektor swasta. Sebagai pembagi terendah, mengerjakan secara swasta yang telah dikerjakan secara publik. Ini 8 Indra Bastian, Ph.D, Model Pengelolaan Privatisasi, Yogyakarta: BPFE, 2000, hal 27-29. Universitas Sumatera Utara bukan kebijakan, tetapi sebuah pendekatan. Sebuah pendekatan yang mengakui bahwa peraturan dimana pasar mengatur aktivitas ekonomi adalah lebih dari peraturan yang dilakukan oleh manusia dan hukum. Kay dan Thompson mendefinisikan privatisasi adalah terminologi yang digunakan untuk mencakup beberapa perbedaan secara alternatif, yang berarti mencakup perubahan hubungan antara pemerintah dengan sektor swasta. Di antara yang paling penting adalah adanya disnasionalisasi penjualan kepemilikan publik, deregulasi terhadap pengenalan kompetisi ke status monopoli dan kontrak melalui francise ke perusahaan swasta terhadap produksi barang dan jasa yang dibiayai oleh negara.

1.5.3 Teorema Pendukung Gagasan Privatisasi

9 Privatisasi tidak selalu baik atau buruk dalam dirinya sendiri. Ia bisa baik jika semakin menjamin terselenggaranya kepentingan umum, dan ia buruk bila justru makin menghapus pertimbangan umum. Pada masa-masa awal, biasanya privatisasi bisa menjadi cara yang efektif untuk menyuntikkan etos kewirausahaan Salah satu kebijakan pokok Neoliberalisme adalah privatisasi, seperti privatisasi perusahaan milik negara, pendidikan dan kesehatan. Perdebatan disini adalah mencakup pilihan antara pro-swasta atau pro-negara. Mereka yang mendukung privatisasi biasanya mengajukan alasan efisiensi sebagai alasan utama. Sedang mereka yang menolak biasanya mengajukan alasan nasionalisme sebagai dasarnya. 9 Fabby Tumiwa dan Hamong Santono, Sebuah Dogma Ekonomi Bernama Swastanisasi: Melacak Tata Kelola Lembaga Keuangan Internasional dari Gagasan dan Aktor Swastanisasi Listrik dan Air di Indonesia , dalam Sugeng Bahagijo ed, Globalisasi Menghempas Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006, hal.133-136. Universitas Sumatera Utara ke dalam berbagai perusahaan milik negara yang sudah lesu. Namun, dalam proses selanjutnya, dengan mudah privatisasi membawa petaka, sebab kinerja badan-badan usaha itu dengan cepat meninggalkan pertimbangan-pertimbangan umum, dan semakin digerakkan pertama-tama oleh perhitungan akumulasi laba semata. Privatisasi memiliki definisi berpindahnya sumber daya dan badan usaha dari tangan publik ke tangan swasta. Dalam konteks ilmu politik, privatisasi adalah sebuah cara untuk memperbaiki pengelolaan dan kinerja badan usaha serta sektor publik lainnya, termasuk mengurangi beban negara. Privatisasi bertujuan untuk mencapai efisiensi mikro ekonomi lebih tinggi, mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi kebutuhan pinjaman publik akibat defisit anggaran belanja dengan cara mengurangi subsidi Negara yang diberikan kepada BUMN. Ekonom seperti Armen Alchian, mengembangkan teorema Property Right yang menjelaskan perbedaan dalam perilaku organisasi berdasarkan insentif individu yang diciptakan oleh struktur hak milik Property Right. Dalam pandangan mereka, Property Rights menentukan hubungan sosial ekonomi yang harus ditaati oleh setiap orang dalam pemanfaatan sumber daya langka. Semakin individu berusaha mendapatkan keuntunganmanfaat dari kepemilikannya, semakin baik kepemilikan itu dipelihara. Sebaliknya, semakin lemah dan terabaikannya Property Rights mereka, semakin rendah pula motivasi individu untuk menggunakan milik mereka secara efisien. Dalam konteks privatisasi, menurut teorema Property Rights, masyarakat akan menjadi lebih baik jika perusahaan publik atau aset perusahaan publik dimiliki oleh sektor swasta dan harus menghadapi ujian untuk mendapatkan Universitas Sumatera Utara keuntungan. Pemindahan hak atas aset-aset sektor publik kepada sektor swasta akan menigkatkan efisiensi dalam hal pengawasan badan usaha yang bersangkutan. Ada beberapa catatan berkaitan dengan dasar pemikiran dan implikasi dari teori tersebut. Pertama, teori itu berpegang pada bentuk kepemilikan sebagai penjelasan utama atas kinerja dari berbagai organisasi. Kedua, teori itu mengambil pasar sebagai acuan utama untuk menetapkan nilai, dan menganggap sektor publik kurang baik karena tidak dapat diukur dengan acuan tersebut, misalnya pemilik saham negara yang dipresentasikan oleh pemerintah tidak dapat menjual saham mereka. Kemampuan bertahan di pasar tergantung pada kemampuan suatu organisasi untuk menghasilkan penghargaan atau keuntungan bagi para pemiliknya. Badan usaha yang dikuasai publik tidak menerima sanksi dari pasar misalnya, nilai saham perusahaan menurun apabila kinerjanya buruk, sehingga tidak ada insentif bagi para pengelola untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Setelah teorema itu berkembang pula teori Pricipal Agent. Teori ini menyatakan bahwa prinsipal pemegang saham sebagai pemilik dari badan usaha akan berusaha memastikan bahwa agen para pengelola dan manajer badan usaha bertindak berdasarkan kepentingan para pemilik. Dalam konteks badan usaha milik negara, pemilik adalah pemerintah yang juga berlaku sekaligus sebagai agen yang mengelola perusahaan. Kedua fungsi tersebut menimbulkan sejumlah komplikasi dalam hal penentuan tujuan utama badan usaha dan pengelolaan perusahaan. Dalam hal itu, kepemilikan menjadi tercerai berai karena terdiri dari warga negara yang dipresentasikan oleh kekuatan atau blok politik dan tujuannya pun Universitas Sumatera Utara beragam, yang cendrung populis dan mengabaikan prinsip ekonomi. Untuk badan usaha swasta, pemiliknya adalah para pemilik modal atau saham yang memiliki tujuan tunggal, yaitu memakasimalkan keuntungan. Dengan adanya tujuan tunggal yang melibatkan kepentingan pribadi di sektor swasta, principals akan memberi perhatian serius dalam mengawasi kinerja keuangan dan produktivitas serta akuntabilitas dari para agen. Wai Hong Ho, dalam Disertasi Doktoralnya, menyatakan bahwa perusahaan milik negara tidak efisien karena mereka beroperasi dengan menjalankan sejumlah tujuan, misalnya, penyerapan tenaga kerja atau pemuasan kepentingan partai-partai politik. Teorema lain yang mendukung privatisasi adalah pengembangan konsep ekonomi Neoliberal tentang individualisme metodologis methodological individualism yang mempertanyakan motivasi para pekerja di sektor publik atau badan usaha milik negara. Menurut teori Public Choice, birokrat pemerintah dipandang sebagai individu-individu yang cendrung mementingkan diri sendiri, merancang kemakmuran dan bukan untuk kepentingan seluruh masyarakat. Penggambaran mengenai sektor publik seperti itu sangat berbeda dengan pandangan awal yang mengatakan bahwa pemerintah dipercaya dapat memaksimalkan keadilan sosial. Semakin besar kontrol yang dimiliki pemerintah, semakin besar pula kecendrungan untuk melakukan pengeluaran secara berlebihan, inefisiensi dalam alokasi sumber daya serta inefisiensi produksi pada badan-badan pemerintah. Universitas Sumatera Utara

1.5.4 Definisi Pendidikan

M.J. Langeveld mendefinisikan pendidikan sebagai upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada ke dewasaan, dan usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, mencapai penentuan diri-susila agar dia bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggungjawab secara susila. Kemudian Stella Van Petten Henderson mendefinisikan pendidikan sebagai kombinasi dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial. Sedangkan menurut Encyclopedia Americana mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan.

1.5.5 Hakekat Pembelajaran

Di dunia pendidikan istilah pembelajaran sering digunakan. Menurut pendapat Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun 10 10 Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 57. meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi merupakan unsur penting dalam pembelajaran yang terdiri dari peserta didik, guru, tenaga laboratorium, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan. Dalam pembelajaran tidak bisa dipisahkan dari unsur material yang meliputi buku-buku, kurikulum, koran, majalah, papan tulis, kapur, brosur, buletin, OHP, peta, globe dan sebagainya. Fasilitas dan perlengkapan meliputi ruangan kelas, tempat duduk dan meja siswa, ruangan laboratorium, perpustakaan, komputer. Sedangkan yang Universitas Sumatera Utara termasuk prosedur adalah jadwal pelajaran, metode mengajar, belajar, praktik, ujian.

1.5.6 Pendidikan Nasional

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran danatau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. 11

1.5.7 Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Pendidikan Nasional

12 Pendidikan Nasional memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga 11 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 12 Ibid Universitas Sumatera Utara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut: 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. 3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. 4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global 5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan visi dan misi pendikan nasional tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Universitas Sumatera Utara Pembaharuan sistem pendidikan memerlukan strategi tertentu. Strategi pembangunan pendidikan nasional meliputi: 1. Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia; 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi; 3. Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 4. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan; 5. Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan; 6. Penyediaan sarana belajar yang mendidik; 7. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan; 8. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata; 9. Pelaksanaan wajib belajar; 10. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan; 11. Pemberdayaan peran masyarakat; 12. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat;dan 13. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

1.5.8 Jalur Pendidikan

13 1. Pendidikan Formal, Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Diperoleh di Jalur Pendidikan di Indonesia, menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikelompokkan menjadi tiga macam, masing-masing adalah: 13 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Universitas Sumatera Utara lembaga-lembaga pendidikan seperti Sekolah Dasar SD, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA, Diploma, Strata 1 S1, Strata 2 S2, Spesialis, dan Strata 3 S3. 2. Pendidikan Nonformal, Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. 3. Pendidikan Informal, Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

1.5.9 Privatisasi Pendidikan

Sebenarnya tidak ada definisi yang jelas mengenai privatisasi pendidikan. Tetapi disini penulis akan mendefinisikan privatisasi pendidikan sebagai bentuk penyerahan kewajiban pemerintah negara dalam hal pengelola dan pembiaya sektor pendidikan —lewat pencabutan subsidi —kepada masyarakat pihak swasta. Dengan begitu, lembaga pendidikan sekolah dan perguruan tinggi memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Universitas Sumatera Utara

1.6 Kerangka Analisa

Dalam menganalisis masalah penulis menggunakan kerangka analisa yang terdiri dari variabel-variabel. Berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti dalam menganalisis skripsi ini. Variabel Independent variabel bebas dan Variabel Dependent variabel terikat. Variabel bebas adalah konsep yang dipakai sebagai dasar untuk menjelaskan atau meramalkan konsep lain. Variabel terikat adalah suatu akibat dari kekuatan variabel bebas. Variabel Bebas Variabel Terikat Ekonomi Politik Indonesia Indikator: Privatisasi dan pemotongan subsidi Privatisasi BUMN Badan Usaha Milik Negara Privatisasi pendidikan Di legalkan melalui UU Nomor 20 tahun 2003 Otonomi pendidikan tinggi dan manajemen basis sekolah Rancangan Undang- Undang Badan Hukum Pendidikan Intervensi dan Program Neoliberalisme Melalui Lembaga- Lembaga Internasional Universitas Sumatera Utara

1.7 Metode Penelitian

Dalam rangka penyusunan skripsi ini perlu digunakan suatu metode penelitian yang memiliki ikatan dengan masalah yang akan dibahas agar inti dari masalah ini dapat ditarik sebuah kesimpulan pada akhirnya. Untuk itu diperlukan data yang ada hubungannya dengan masalah tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan: Metode penulisan yang dipakai melalui metode deskriptif analisis dimana penulis menjabarkan dan mencoba menggambarkan masalah yang akan diangkat kedalam pembahasan skripsi ini.

1.8. Teknik Pengumpulan Data