bukan kebijakan, tetapi sebuah pendekatan. Sebuah pendekatan yang mengakui bahwa peraturan dimana pasar mengatur aktivitas ekonomi adalah lebih dari
peraturan yang dilakukan oleh manusia dan hukum. Kay dan Thompson mendefinisikan privatisasi adalah terminologi yang
digunakan untuk mencakup beberapa perbedaan secara alternatif, yang berarti mencakup perubahan hubungan antara pemerintah dengan sektor swasta. Di
antara yang paling penting adalah adanya disnasionalisasi penjualan kepemilikan publik, deregulasi terhadap pengenalan kompetisi ke status monopoli dan kontrak
melalui francise ke perusahaan swasta terhadap produksi barang dan jasa yang dibiayai oleh negara.
1.5.3 Teorema Pendukung Gagasan Privatisasi
9
Privatisasi tidak selalu baik atau buruk dalam dirinya sendiri. Ia bisa baik jika semakin menjamin terselenggaranya kepentingan umum, dan ia buruk bila
justru makin menghapus pertimbangan umum. Pada masa-masa awal, biasanya privatisasi bisa menjadi cara yang efektif untuk menyuntikkan etos kewirausahaan
Salah satu kebijakan pokok Neoliberalisme adalah privatisasi, seperti privatisasi perusahaan milik negara, pendidikan dan kesehatan. Perdebatan disini
adalah mencakup pilihan antara pro-swasta atau pro-negara. Mereka yang mendukung privatisasi biasanya mengajukan alasan efisiensi sebagai alasan
utama. Sedang mereka yang menolak biasanya mengajukan alasan nasionalisme sebagai dasarnya.
9
Fabby Tumiwa dan Hamong Santono, Sebuah Dogma Ekonomi Bernama Swastanisasi: Melacak Tata Kelola Lembaga Keuangan Internasional dari Gagasan dan Aktor Swastanisasi Listrik dan
Air di Indonesia , dalam Sugeng Bahagijo ed, Globalisasi Menghempas Indonesia, Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia, 2006, hal.133-136.
Universitas Sumatera Utara
ke dalam berbagai perusahaan milik negara yang sudah lesu. Namun, dalam proses selanjutnya, dengan mudah privatisasi membawa petaka, sebab kinerja
badan-badan usaha itu dengan cepat meninggalkan pertimbangan-pertimbangan umum, dan semakin digerakkan pertama-tama oleh perhitungan akumulasi laba
semata. Privatisasi memiliki definisi berpindahnya sumber daya dan badan usaha
dari tangan publik ke tangan swasta. Dalam konteks ilmu politik, privatisasi adalah sebuah cara untuk memperbaiki pengelolaan dan kinerja badan usaha serta
sektor publik lainnya, termasuk mengurangi beban negara. Privatisasi bertujuan untuk mencapai efisiensi mikro ekonomi lebih tinggi, mendorong pertumbuhan
ekonomi sekaligus mengurangi kebutuhan pinjaman publik akibat defisit anggaran belanja dengan cara mengurangi subsidi Negara yang diberikan kepada BUMN.
Ekonom seperti Armen Alchian, mengembangkan teorema Property Right yang menjelaskan perbedaan dalam perilaku organisasi berdasarkan insentif
individu yang diciptakan oleh struktur hak milik Property Right. Dalam pandangan mereka, Property Rights menentukan hubungan sosial ekonomi yang
harus ditaati oleh setiap orang dalam pemanfaatan sumber daya langka. Semakin individu berusaha mendapatkan keuntunganmanfaat dari kepemilikannya,
semakin baik kepemilikan itu dipelihara. Sebaliknya, semakin lemah dan terabaikannya Property Rights mereka, semakin rendah pula motivasi individu
untuk menggunakan milik mereka secara efisien. Dalam konteks privatisasi, menurut teorema Property Rights, masyarakat
akan menjadi lebih baik jika perusahaan publik atau aset perusahaan publik dimiliki oleh sektor swasta dan harus menghadapi ujian untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan. Pemindahan hak atas aset-aset sektor publik kepada sektor swasta akan menigkatkan efisiensi dalam hal pengawasan badan usaha yang
bersangkutan. Ada beberapa catatan berkaitan dengan dasar pemikiran dan implikasi dari
teori tersebut. Pertama, teori itu berpegang pada bentuk kepemilikan sebagai penjelasan utama atas kinerja dari berbagai organisasi. Kedua, teori itu mengambil
pasar sebagai acuan utama untuk menetapkan nilai, dan menganggap sektor publik kurang baik karena tidak dapat diukur dengan acuan tersebut, misalnya pemilik
saham negara yang dipresentasikan oleh pemerintah tidak dapat menjual saham mereka. Kemampuan bertahan di pasar tergantung pada kemampuan suatu
organisasi untuk menghasilkan penghargaan atau keuntungan bagi para pemiliknya. Badan usaha yang dikuasai publik tidak menerima sanksi dari pasar
misalnya, nilai saham perusahaan menurun apabila kinerjanya buruk, sehingga tidak ada insentif bagi para pengelola untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Setelah teorema itu berkembang pula teori Pricipal Agent. Teori ini menyatakan bahwa prinsipal pemegang saham sebagai pemilik dari badan usaha
akan berusaha memastikan bahwa agen para pengelola dan manajer badan usaha bertindak berdasarkan kepentingan para pemilik. Dalam konteks badan usaha
milik negara, pemilik adalah pemerintah yang juga berlaku sekaligus sebagai agen yang mengelola perusahaan. Kedua fungsi tersebut menimbulkan sejumlah
komplikasi dalam hal penentuan tujuan utama badan usaha dan pengelolaan perusahaan.
Dalam hal itu, kepemilikan menjadi tercerai berai karena terdiri dari warga negara yang dipresentasikan oleh kekuatan atau blok politik dan tujuannya pun
Universitas Sumatera Utara
beragam, yang cendrung populis dan mengabaikan prinsip ekonomi. Untuk badan usaha swasta, pemiliknya adalah para pemilik modal atau saham yang memiliki
tujuan tunggal, yaitu memakasimalkan keuntungan. Dengan adanya tujuan tunggal yang melibatkan kepentingan pribadi di sektor swasta, principals akan
memberi perhatian serius dalam mengawasi kinerja keuangan dan produktivitas serta akuntabilitas dari para agen. Wai Hong Ho, dalam Disertasi Doktoralnya,
menyatakan bahwa perusahaan milik negara tidak efisien karena mereka beroperasi dengan menjalankan sejumlah tujuan, misalnya, penyerapan tenaga
kerja atau pemuasan kepentingan partai-partai politik. Teorema lain yang mendukung privatisasi adalah pengembangan konsep
ekonomi Neoliberal tentang individualisme metodologis methodological individualism
yang mempertanyakan motivasi para pekerja di sektor publik atau badan usaha milik negara. Menurut teori Public Choice, birokrat pemerintah
dipandang sebagai individu-individu yang cendrung mementingkan diri sendiri, merancang kemakmuran dan bukan untuk kepentingan seluruh masyarakat.
Penggambaran mengenai sektor publik seperti itu sangat berbeda dengan pandangan awal yang mengatakan bahwa pemerintah dipercaya dapat
memaksimalkan keadilan sosial. Semakin besar kontrol yang dimiliki pemerintah, semakin besar pula kecendrungan untuk melakukan pengeluaran secara
berlebihan, inefisiensi dalam alokasi sumber daya serta inefisiensi produksi pada badan-badan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
1.5.4 Definisi Pendidikan