Privatisasi Sebagai Syarat Pencairan Utang

2.4 Privatisasi Sebagai Syarat Pencairan Utang

IMF International Monetary Funds dan Bank Dunia merupakan lembaga keuangan internasional yang memformulasikan kebijakan ekonomi Indonesia yang ujung-ujungnya membuat kita terus-menerus tergantung kepada mereka. Ketergantungan ini mengakibatkan Indonesia menerima syarat-syarat pemberian pinjaman, dengan melaksanakan Program Neoliberalisme. Dorongan untuk melakukan privatisasi sektor publik atau badan usaha milik negara tidak dapat dilepaskan dari konteks historis lembaga keuangan internasional yang berupaya menerapkan resep-resep ekonomi dan pembangunan Neoliberal di Indonesia. Pada saat Indonesia dilanda krisis keuangan, Presiden Soeharto meminta bantuan IMF International Monetary Funds dan Bank Dunia untuk memenuhi sumber pendanaan dari luar. Merekapun menyodorkan sejumlah persyaratan, dan pemerintah Indonesia pun setuju untuk menjalankan berbagai persyaratan tersebut, yang diantaranya yaitu privatisasi BUMN Badan Usaha Milik Negara. Alasan teoritis pemberlakuan privatisasi selalu didasarkan pada efisiensi dan efektivitas sektor swasta yang kompetitif yang dihadapkan pada birokrasi yang lamban dari model pengelolaan negara yang monopolistik. Padahal tidak selamanya penyerahan kepada sektor swasta menghasilkan penurunan harga, sebagai hasil kompetisi. Beberapa sektor swasta yang menggarap satu sektor komoditi tertentu tidaklah berprilaku sebagai competitor satu terhadap lainnya, melainkan justru membangun kartel atau oligopoly untuk menentukan harga sesuai dengan standar mereka. Universitas Sumatera Utara Proyeksi IMF International Monetary Funds yang dituangkan dalam Letter of Intent LoI dengan pemerintah Indonesia menyebutkan, dalam jangka 10 tahun, proses swastanisasi seluruh BUMN Badan Usaha Milik Negara, kecuali sebagian kecil BUMN harus diselesaikan. Swastanisasi dianggap sebagai cara terbaik yang harus dilakukan pemerintah dalam menutupi defisit anggaran akibat krisis ekonomi. Memang, jika dengan melakukan swastanisasi, pemerintah akan mendapatkan kucuran dana, selain dari penjualan aset juga dari kucuran dana pinjaman dari lembaga keuangan untuk pembangunan dalam negeri. Tetapi disisi lain, tujuan utama resep privatisasi anjuran IMF International Monetary Funds dan lembaga keuangan lainnya yang sebenarnya hanyalah untuk memenuhi kepentingan modal internasional, memperluas modal dan pasar mereka, serta terjaminnya pembayaran hutang luar negeri Indonesia. Namun, ada beberapa hal pokok lainnya antara lain: 1. Modal internasional berkepentingan untuk meluaskan lahan bagi investasi modal mereka. Apalagi, konsumen produk komoditi dan jasa BUMN Badan Usaha Milik Negara tersebut adalah mayoritas rakyat, potensi pasar yang sangat diincar oleh investor swasta. 2. Dalam kondisi terdesak untuk mendapatkan kucuran dana, pemerintah Indonesia tak berdaya atas tekanan IMF International Monetary Funds untuk sesegera dan semurah mungkin menjual BUMN Badan Usaha Milik Negara serta perusahaan-perusahaan swasta yang sudah di tangan negara. Contohnya, kasus penjualan BCA, dalam waktu singkat PT Astra Internasional dan PT Bentoel berpindah milik ke tangan George Soros; PT semen Gresik ke CEMEX, PT Indocement ke Heildelberg, BCA ke Universitas Sumatera Utara Farralon dan lain-lain. Semua ini dapat terjadi karena yang paling siap untuk membeli BUMN Badan Usaha Milik Negara adalah modal internasional. 3. Modal hasil swastanisasi BUMN Badan Usaha Milik Negara digunakan untuk menjamin tersedianya anggaran pemerintah untuk membayar cicilan hutang luar negeri. Bisa kita lihat pengeluaran negara untuk cicilan hutang luar negeri dari tahun ke tahun makin membesar.

2.5 Latar Belakang Kebijakan Privatisasi Pendidikan di Indonesia