1 Proses sosialisasi
2 Pendidikan
3 Latar Belakang Perkawinan
4 Kedudukan dalam masyarakat
5 Pengaruh luar lainnya.
Pengaruh ekonomi ini juga akan berpengaruh terhadap kebijakan seorang wanita untuk menunda perkawinan. Pernyataan ini tampak jelas dengan adanya
suatu hipotesis yang menyatakan bahwa kemandirian ekonomi dan pendidikan mempengaruhi wanita untuk menunda pernikahan atau tidak
httpbebas.vlsm.orgkuliahseminar-MIS20059191-b-b-J 11-19.pdf,
1.5.2. Teori Pilihan Rasionalitas
Masuknya wanita ke sektor publik merupakan proses pembebasan wanita dari penindasan dalam keluarga. Partisipasi wanita dalam sektor publik
dapat membuat wanita produktif, sehingga konsep pekerjaan domestik wanita tidak ada lagi, dengan mempunyai uang atau materi maka wanita memasuki dunia
kerja, dan dengan adanya kecenderungan wanita memasuki dunia kerja, R.O. Blood dan D.M. Wolfe 1977:261 menganggap bahwa status pekerjaan dan jam
kerja berpengaruh terhadap kegiatan keluarga, misalnya keinginan wanita tersebut terhadap jumlah anak yang diinginkannya. Status pekerjaan dapat
dibedakan dalam sektor formal maupun informal, yang dalam penelitian ini adalah PNS dan petani
Kedua sektor pekerjaan ini masing-masing mempunyai latar belakang dan pemahaman yang berbeda satu sama lain, seperti latar belakang pendidikan,
Universitas Sumatera Utara
anggapan terhadap nilai anak dan lain-lain. Pendidikan berkaitan dengan pekerjaan dan jumlah anak yang diinginkan dengan asumsi seorang wanita yang
mempunyai pendidikan yang tinggi cenderung memperoleh pekerjaan yang lebih tinggi derajatnya di masyarakat begitu juga dalam jumlah anak, wanita yang
bekerja tersebut tidak akan begitu saja menerima hal-hal yang baru. Wanita tersebut akan mempertimbangkan segi positip dan negative bagi diri maupun
keluarga. Kemampuan menganalisa keadaan maupun permasalahan dengan baik, akan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Begitu juga dalam
menentukan jumlah anak dengan mempertimbangkan segi positif dan negatif maka seorang wanita tersebut dapat menggambarkan keinginan atau jumlah anak
yang sesungguhnya sesuai dengan kondisinya sebagai wanita yang berperan ganda dan berpendidikan tinggi.
Parson mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif, aktif dan evaluatif dalam memilih diantara alternative tindakan dalam mencapai
tujuannya Ritzer, 2004:71. Begitu juga dalam menentukan jumlah anak atau pengambilan keputusan untuk bekerja karena anak, suatu pasangan atau individu
akan berpikiran secara rasional dengan melalui pertimbangan-pertimbangan. Karena pada dasarnya keikutsertaan wanita untuk bekerja menimbulkan peran
ganda wanita tersebut dalam keluarga, dimana satu pihak perannya dituntut dalam pembangunan dan memberikan sumbangan kepada masyarakat, di pihak lain
wanita dituntut untuk menjalankan tugasnya dalam urusan keluarga httpartikel.usagunhharsiwi6-04-2.html
Weber menggunakan konsep rasionalitas dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan rasional menurut Weber menurut
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Weber membagi rasionalitas tindakan ini ke dalam empat macam, yaitu: rasionalitas
instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afektif. Rasionalitas instrumental sangat menekankan tujuan tindakan
dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam melakukan tindakan sosial. Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental,
sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yangs sadar, tujuan-tujuannya sudah
ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau nilai akhir baginya www.geocities.comjurnal
_iiindonesiasosiologi- profetik.htl.Masalah fertilitas ini terkait dengan rasionalitas tindakan berdasarkan
nilai, yaitu nilai anak. Pada masyarkat yang mengalami masa transisi telah mulai terjadi
pergeseran nilai anak dimana dahulu sebagian besar masyarakat, menilai anak sebagai sumber rezeki dengan pameo “ banyak anak banyak rezeki”, pameo ini
sangat melekat pada masyarakat tradisional, akan tetapi untuk masyarakat modern maka pameo berubah menjadi “ banyak anak banyak beban”. Keuntungan
finansial materi dan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang tua apabila mempunyai tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam membesarkan
anak. Jika jumlah anak dalam keluarga itu besar, maka biaya dan waktu alokasi untuk anak akan besar pula dan hal tersebut dapat membebani orang tuanya. Dari
beberapa hasil penelitian tentang fertilitas, dilihat dari segi ekonomi yang menjadi sebab utama tinggi rendahnya fertilitas adalah beban ekonomi keluarga. Dalam
hal ini ada dua pandangan yang saling bertentangan. Pandangan pertama
Universitas Sumatera Utara
beranggapan bahwa dengan mempunyai jumlah anak yang banyak dapat meringankan beban ekonomi yang harus ditanggung orang tua. Di sini anak
dianggap dapat membantu meringankan beban ekonomi orang tua bila mereka sudah bekerja. Pandangan kedua, yang dapat dikatakan pandangan yang agak
maju, beranggapan bahwa anak banyak bila tidak berkualitas justru menambah dan bahkan akan memperberat beban orangtua kelak. Dengan anggapan seperti
ini, mereka menginginkan mengharapkan jumlah anak sedikit, tetapi berkualitas. Persepsi terhadap nilai anak akan mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan
atau dimiliki www.danandiri.or. idfile rahmawatiun hasbab .p df..
1.6. Hipotesis