Deskripsi Tanaman Pinus Karbon Tersimpan.

tumbuh-tumbuhan yang mengandung klorofil yang dikenai cahaya matahari Soetrisno, 1998. Fotosintesis membutuhkan sejumlah besar karbon dioksida yang ada di atmosfer bumi yang harus diambil oleh tanaman. Hutan mengabsorbsi CO 2 Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90 biomassa yang terdapat dalam hutan berbentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan sampah hutan serasah, hewan dan jasad renik. Biomassa ini merupakan hasil fotosintesis berupa sellulosa, lignin, gula, lemak, pati, protein, damar, fenol dan senyawa lainnya. Begitu pula unsur hara, nitrogen, fosfor, kalium dan berbagai unsur lain yang dibutuhkan tumbuhan melalui perakaran. Biomassa inilah merupakan kebutuhan makhluk di atas bumi melalui mata rantai antara binatang dan manusia dalam proses kebutuhan CO selama proses fotosintesis dan menyimpan sebagai materi organik dalam bentuk biomassa tumbuhan Heriansyah, 2005. 2 yang diikat dan O 2 Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam bentuk biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan Heriansyah, 2005. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO yang dilepas Arief, 1994. 2 di atmosfer melalui aktivitas fisiologinya. Pengukuran produktivitas hutan relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan gas CO 2 dan biomassa yang terkandung pada jenis pohon pada umur tertentu dapat digunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan. Pendugaan besarnya biomassa dapat digunakan sebagai dasar perhitungan bagi kegiataan pengelolaan hutan, karena hutan dapat dianggap sebagai sumber source dan rosot sink dari karbon. Heriansyah, 2005.

2.3. Deskripsi Tanaman Pinus

Pinus merkusii merupakan satu-satunya pinus yang sebaran alaminya sampai di selatan khatulistiwa. Di Asia Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia Sumatera dan Filipina P. Luzon dan Mindoro. Di Universitas Sumatera Utara Jawa dan Sulawesi Selatan Indonesia merupakan hasil penanaman. Tumbuh pada ketinggian 30-1800 m dpl, pada berbagai tipe tanah dan iklim. Deskripsi botani pinus pada umumnya pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan muda dapat mencapai tinggi 30 m, diameter 60-80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid, setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan, panjang 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili dengan panjang 2-4 cm Hidayat dan Hansen, 2001. Pada mulanya penanaman pinus di lahan-lahan hutan khususnya jenis pinus merkusii, bertujuan untuk mempercepat reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kosong dalam kawasan hutan. Pinus merkusii merupakan jenis pionir yang mampu bertahan hidup dan pertumbuhannya sangat cepat serta mampu tumbuh pada kondisi yang sangat sulit. Hutan pinus terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah terjadi dan hanya pinus jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan daun jarum ini umumnya terdapat di daerah beriklim dingin. Pinus merkusii dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, tanah berpasir, dan tanah berbatu dengan curah hujan tipe A-C Lembaga Biologi Nasional LIPI, 1981.

2.4. Karbon Tersimpan.

Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam ekosistem. Mulai dari karbon yang ada di atmosfir berpindah melalui tumbuhan hijau produsen, konsumen dan organisme pengurai kemudian kembali ke atmosfir dan di atmosfir karbon terikat dalam bentuk senyawa karbon dioksida Indriyanto, 2006. Tumbuhan memerlukan sinar matahari, air H 2 O dan gas asam arang CO 2 , melalui proses fotosintasis, CO 2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah. Proses Universitas Sumatera Utara penimbunan C dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi C sequestration. Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup biomasa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO 2 Lebih lanjut Hairiah dan Rahayu 2007 mengatakan, tanaman atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun campuran agroforestry merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan C rosot C = C sink yang jauh lebih besar daripada tanaman semusim. Oleh karena itu , hutan alami dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang merupakan gudang penyimpanan C tertinggi. Hutan juga melepaskan CO di atmosfir yang diserap oleh tanaman Hairiah dan Rahayu, 2007. 2 ke udara lewat respirasi dan dekomposisi serasah, namun pelepasannya terjadi secara bertahap, tidak sebesar bila ada pembakaran yang melepaskan CO 2 sekaligus dalam jumlah yang besar. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau ladang pengembalaan maka C tersimpan akan merosot. Perbedaan peambahan carbon tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan kandungan CO 2 di udara. Kandungan karbon di jalur hijau jalan lebih tinggi dibandingkan dengan jalur hijau sungai dan pantai diduga karena tingginya emisi CO 2 Hutan berperan dalam upaya penyerapan CO dari kenderaan bermotor dan aktifitas manusia lainnya Channel, 1996. 2 di mana dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, vegetasi yang berklofil mampu menyerap CO 2 Penebangan hutan akan menyebabkan terbukanya permukaan tanah terhadap radiasi dan cahaya matahari. Dampak langsungnya adalah meningkatnya suhu tanah dan turunnya kadar air tanah. Dampak langsung lainnya dari kegiatan penebangan hutan adalah menurunnya cadangan karbon atas-permukaan above-ground carbon stocks dan selanjutnya akan mempengaruhi penyusutan cadangan karbon bawah- permukaan below-ground carbon stocks Murdiyarso et al., 2004. dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Hasil fotosisntasis ini antara lain disimpan dalam bentuk biomasa yang menjadikan vegetasi tumbuhan menjadi besar dan tinggi Adinugroho et al., 2009. Universitas Sumatera Utara Dampak konversi hutan menjadi lahan pertanian baru terasa apabila diikuti dengan degradasi tanah dan hilangnya vegetasi, serta berkurangnya proses fotosintesis akibat munculnya gedung-gedung bertingkat serta bangunan-bangunan dari aspal sebagai pengganti tanah atau rumput. Masalah utama yang terkait dengan alih guna lahan adalah perubahan jumlah cadangan karbon. Pelepasan karbon ke atmosfir akibat konversi hutan berjumlah sekitar 250 Mg ha -1 C Mg = mega gram = 10 6 g = ton yang terjadi selama penebangan dan pembakaran, sedangkan penyerapan kembali karbon menjadi vegetasi pohon relatif lambat, hanya sekitar 5 Mg ha -1 a mempertahankan cadangan karbon yang telah ada dengan: cara mengelola hutan lindung, mengendalikan deforestasi, menerapkan praktek silvikultur yang baik, mencegah degradasi lahan gambut dan memperbaiki pengelolaan cadangan bahan organik tanah, b meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman tanaman berkayu dan c mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat diperbaharui secara langsung maupun tidak langsung angin, biomasa, aliran air, radiasi matahari, atau aktivitas panas bumi Rahayu et al., 2007. C. Penurunan emisi karbon dapat dilakukan dengan: Polunin 1997 mengatakan bahwa hutan hujan tropis mempunyai biomasa lazimnya 450 dengan kisaran 60-800 ton per hektar, tergantung pada tipe vegetasi dan tipe tanah. Kebanyaan biomassa ini terdapat dalam batang – batang pohon. Cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis tegakannya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Biomasa pohon dalam berat kering dihitung menggunakan allometric equation berdasarkan pada diameter batang setinggi 1,3 m di atas permukaan tanah Rahayu et al., 2007. Universitas Sumatera Utara

2.5. Kondisi Umum Lokasi Penelitian