Tempat dan Waktu Penelitian Deskripsi Area Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian Pengukuran Faktor Fisik Kimia

BAB III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai April tahun 2011. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.1 Gambar 3.1.1 Lokasi Penelitian di Hutan Aek Nauli Universitas Sumatera Utara

3.2 Deskripsi Area Penelitian

Kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara, terletak pada 02°40’00” – 02°50’00” LU dan 98°50’00” – 99°10’00” BT, meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hataran, dan Girsang Sipangan Bolon. Kawasan hutan Aek Nauli memiliki luasan hutan pinus 372,449 Ha dari seluruh kawasan hutan Aek Nauli yang luasnya ±1900 Ha. Keadaan lahan Sektor Aek Nauli seluruhnya adalah kering dengan ketinggian 1.200-1.700 mdpl. Jenis tanah di daerah penelitian adalah berliat halus, lempung berpasir, lempung berliat, lempung halus dan jenis batuan tapanuli, peusangan, sihapas, vulkan tersier, dan toba. Sektor Aek Nauli beriklim A sangat basah PT TPL. Tbk, 2008.

3.3. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hutan tanaman dengan tegakan Pinus Pinus merkusii sebagai objek pengamatan. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, Phi band, tali, kamera, soil ph tester, lux meter, hygrometer, thermometer, altimeter, alat tulis, tally sheet, parang, spidol, cangkul dan alat-alat lainnya.

3.4. Pelaksanaan Penelitian Pengukuran Faktor Fisik Kimia

Pada lokasi pengamatan, dilakukan pengukuran faktor fisik yang meliputi ketinggian dan koordinat dengan menggunakan GPS, suhu udara dengan thermometer, kelembaban udara dengan menggunakan hygrometer, intensitas cahaya dengan lux meter, pH tanah dengan menggunakan soil pH tester. Data mengenai curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika BMG. Pengukuran faktor kimia dilakukan dengan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan cangkul kedalaman 1-20 cm dengan cara: tanah diambil dari setiap Universitas Sumatera Utara plot, untuk setiap plot dilakukan 3 ulangan dan dihomogenkan kemudian tanah-tanah dari seluruh plot dibagi menjadi tiga kelompok yaitu tanah yang subur, sedang dan kurang subur dengan cara tanah dari plot-plot yang diduga subur, sedang dan kurang subur masing-masing digabung sesuai dengan kelompoknya dan dihomogenkan. Tanah yang diambil dianalisis di Laboratorium Riset Fakultas Pertanian USU, selanjutnya diukur kandungan haranya berupa N, P, K, Ca, Mg dan C organik dan komposisi penyusun tanah yang terkandung di dalamnya. Penelitian Lapangan Penentuan areal lokasi penelitian ditetapkan secara “purposive sampling”. Metode ini merupakan metode penentuan lokasi penelitian secara sengaja yang dianggap representatif dan menurut historisnya, hutan pinus yang ada di Aek Nauli memiliki umur yang homogen. Pengambilan data pada areal penelitian dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak yang disusun memanjang di kaki bukit Aek Nauli dengan jalur yang arahnya memotong garis kontur dan letaknya tersebar merata dengan plot-plot berukuran 20 m x 20 m untuk tingkat pohon dan 10 m X 10 m untuk tingkat tiang sebanyak 20 plot. Jarak antar plot 600 m, sehingga luasan totalnya adalah 20 x 400 m 2 = 8000 m 2 atau sama dengan 0,8 ha. Cara peletakan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.2.1 Universitas Sumatera Utara U S Keterangan : Kawasan hutan pinus Aek Nauli memiliki panjang ± 12.800 m, untuk pengambilan data dibuat plot sebanyak 20 plot dengan ukuran 20x20 m untuk pohon dan 10x10m untuk tiang sehingga jarak antar plot adalah panjang kawasan pinus dibagi jumlah plot yaitu ±600m. Gambar 3.2.1 Plot Pengamatan Dalam setiap plot dibuat catatan pengukuran diameter batang setiap pohon pada ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah, kemudian diukur tinggi pohon. Tehnik Pengukuran diameter pohon : Pengukuran dilakukan pada tingkat tiang dan pohon di mana : a. Tiang, yaitu pemudaan dengan diameter batang 10 cm sampai 20 cm, di identifikasi pada petak ukur 10 m x 10 m. b. Pohon, yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter batang ≥ 2 0 cm , diidentifikasi pada petak ukur 20 m x 20 m Kusmana, 1997. Kawasan Hutan Primer Universitas Sumatera Utara Berat jenis merupakan salah satu sifat fisik kayu yang sangat penting, karena tinggi rendahnya berat jenis akan mempengaruhi sifat-sifat fisik lainnya, sifat mekanik, dan pemanfaatan kayu yang bersangkutan. Berat jenis dari sepotong kayu bervariasi tergantung dari kadar air yang dikandungnya. Untuk mendapat keseragaman, maka dalam penentuan berat jenis kayu, berat ditentukan dalam keadaan kering tanur. Dalam keadaan kering tanur, volume kayu akan mencapai minimum sedangkan air yang dikandungnya sangat kecil, kurang lebih 1 dari berat kayu. Brown et al. 1952 dalam Daniel et al. 1995. Pengukuran berat jenis BJ kayu menurut Hairiah dan Rahayu 2007 adalah dengan cara memotong kayu dari salah satu cabang, lalu diukur panjang, diameter dan ditimbang berat basahnya setelah itu dimasukkan kedalam oven pada suhu 103±5 o Volume cm C selama 48 jam dan ditimbang berat keringnya. Lalu hitung volume dan BJ kayu dengan rumus sebagai berikut: 3 = πR 2 Keterangan : T R= jari-jari potongan kayu=12 x Diameter cm T= panjang kayu cm �� = ����� ������ ������ ���� grcm 3 Penelitian laboratorium Setelah pengamatan di lapangan berakhir, sampel-sampel kayu dari salah satu cabang yang diamati di bawa ke laboratorium untuk dikeringkan dalam oven pengering dengan temperatur 103±5 o C selama 48 jam dan ditimbang berat keringnya. Sebelum dilakukan pengeringan sampel diukur untuk memperoleh jari-jari dan panjang sampel yang diambil untuk digunakan dalam penghitungan volume kayu, sehingga dapat diperoleh berat jenis kayu. Tanah yang diambil dari lokasi penelitian dibawa ke Laboratorium Riset Fakultas Pertanian USU untuk dianalisis kandungan Universitas Sumatera Utara haranya berupa N, P, K, Ca, Mg dan C organik dan komposisi penyusun tanah yang terkandung di dalamnya.

3.5. Analisis Data