Diameter dan Tinggi Pohon Tanaman Pinus

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Diameter dan Tinggi Pohon Tanaman Pinus

Pada 20 plot berukuran 20m x 20m di hutan Aek Nauli diperoleh pohon sebanyak 311 pohon. Rata-rata kelas tanaman pinus Pinus merkusii di hutan Aek Nauli dapat dilihat pada Tabel 4.1.1 Tabel 4.1.1 Rata-rata Kelas Tanaman Pinus Pinus merkusii di hutan Aek Nauli berdasarkan diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon. No Plot Diameter Batang cm Tinggi Bebas Cabang m Tinggi Total Pohon m 1 9 68,72 15,06 22,65 2 7 62,50 16,31 22,25 3 6 59,67 15,90 21,17 4 5 56,81 13,88 21,00 5 18 54,25 14,16 19,00 6 11 54,04 16,33 21,06 7 17 53,57 13,00 18,00 8 19 53,03 13,30 19,53 9 12 51,75 12,90 22,25 10 16 51,29 14,25 20,58 11 1 50,65 13,42 19,68 12 14 49,32 15,15 21,40 13 20 49,29 14,31 20,35 14 13 46,68 15,62 21,18 15 15 43,58 12,11 18,80 16 4 40,94 13,82 19,88 17 10 39,15 10,18 18,16 18 2 36,92 6,72 18,50 19 3 36,90 8,69 16,09 20 8 36,71 9,60 14,30 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata diameter batang pohon pinus Pinus merkusii di hutan Aek Nauli yang terbesar adalah 68,72 cm dengan rata-rata tinggi bebas cabang 15,06 cm, rata-rata tinggi total pohon 22,65 cm dan diameter batang yang terkecil adalah 36,71 cm dengan rata-rata tinggi bebas cabang pohon pinus 9,60 cm, rata-rata tinggi total pohon 14,3 cm. Diameter batang yang terbesar terdapat pada kondisi tanah yang di duga subur. Ini menunjukkan bahwa kesuburan tanah sangat mempengaruhi diameter batang dan tinggi pohon sebagaimana dikemukakan oleh Baker 1950 dalam Kapisa 1984 bahwa pertumbuhan tinggi pohon dan diameter batang pohon bergantung pada unsur hara tanah, kelembaban tanah, cahaya dan sifat dari pohon itu sendiri serta fotosintesis tanaman. Dari Tabel 4.1.1 dapat dilihat bahwa antara diameter batang, tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon memiliki hubungan yaitu semakin tinggi pohon maka diameter batang akan semakin besar dan batang bebas cabang juga akan semakin tinggi, seperti dalam penelitian Heriansyah, 2005 ditemukan tanaman pinus umur 5 tahun memiliki diameter 8,26 cm dan tinggi 5,97 m, kemudian pada umur 11 tahun memiliki diameter 18,34 cm dan tinggi 12,42 m, kemudian umur 24 tahun memiliki diameter 32,10 cm dan tinggi 22,04 m. Penelitian Heriyanto dan Siregar 2007 ditemukan tanaman pinus umur lima tahun yang terkecil memiliki diameter 1,9 cm, tinggi bebas cabang 2,35 m dan tinggi total 3,9 m. Terbesar memiliki diameter 11,0, tinggi bebas cabang 6,38 m dan tinggi total 10,5 m. Sebagaimana dikemukakan Baker 1950 dalam Kapisa 1984 bahwa jika suatu pohon bertambah tingginya maka akan menambah atau memperbesar diameter batang pohonnya. Selanjutnya Prodon 1968 dalam Kapisa 1984 berpendapat bahwa antara tinggi bebas cabang dan diameter batang pohon ada hubungan, dimana makin besar diameter batang makin tinggi pula batang bebas cabang atau sebaliknya. Selain faktor-faktor diatas, umur pohon turut pula menentukan perkembangan tumbuh diameter batang dan tinggi pohon Baker, 1950 dalam Kapisa, 1984. Hal ini Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa semakin tua pohon maka diameter batang dan tinggi pohon akan semakin bertambah besar. Haygren dan Bowyer 1996 menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi melalui proses fotosintesis, yang terjadi didalam daun yang menghasilkan gula sebagai energi untuk proses pertumbuhan pohon. Seiring bertambahnya umur melalui pembentukan dan pembesaran sel-sel yang membelah berulang-ulang membentuk sel-sel baru pada daerah meristematik. Berdasarkan hasil analisis laboratorium tanah Fakultas Pertanian di Universitas Sumatera Utara, dengan menggunakan segitiga tekstur tanah ditemukan bahwa lokasi penelitian di hutan pinus Aek Nauli memiliki tekstur tanah lempung berpasir pada lokasi dengan kondisi tanah yang diduga subur dan tekstur tanah liat berpasir pada lokasi dengan kondisi tanah yang diduga sedang dan kurang subur. Segi tiga tekstur tanah dapat dilihat pada Lampiran A. Foth 1988 mengatakan tersedianya unsur hara dan air dalam tanah salah satunya ditentukan oleh tekstur tanah. Data hasil analisis tanah dapat dilihat pada Tabel 4.1.2 Tabel 4.1.2 Data Hasil Analisis Tanah di hutan pinus Aek Nauli Tekstur Subur A Sedang B Kurang C Pasir 57,56 52,56 47,56 Debu 16,00 a 11,00 b 12,00 b Liat 9,44 36,44 40,44 pH 5,04 4,74 4,45 C-organik 2,91 S 2,47 S 2,39 S N-total 0,19 S 0,16S 0,19S CN 15,32 S 15,44S 18,32 T P-Bray II ppm 15,00 R 12,20 R 11,25 R K-exch me100 0,40 S 0,31 S 0,20 S Ca-exch me100 1,25 SR 1,00 SR 1,05 SR Mg-exch me100 0,60 R 0,55 R 0,50 R Na-exch me100 0,30 R 0,25 R 0,20 R KTK-exch me100 6,88 R 6,38 R 5,75 R Keterangan: a Lempung berpasir b Liat berpasir SR sangat rendah R rendah S sedang T tinggi A plot 17,11,18,5,6,7,9 B plot 20,14,1,16,12,19 C plot 8,3,2,10,4,15,13 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah yang diperoleh ternyata tanah di hutan pinus Aek Nauli memiliki kandungan sifat tanah yang rata-rata rendah dan hal ini tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan Pinus merkusii, karena Pinus merkusii merupakan jenis pioneer yang mampu hidup dan tumbuh pada kondisi yang sangat sulit sesuai dengan pernyataan LIPI 1981 Pinus merkusii dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, tanah berpasir dan tanah berbatu. Kriteria penilaian sifat kimia tanah dapat dilihat pada Lampiran B. Perbedaan kesuburan ada kaitannya dengan perbedaan pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perbedaan tinggi dan diameter batang. Walau demikian kesuburan tanah tetap berpengaruh pada potensi pinus yang mana pada tanah yang diduga subur potensinya lebih tinggi terlihat dari perbedaan diameter batang Tabel 4.1.1 Dari Tabel 4.1.2 dapat memperkuat pendugaan bahwa ada hubungan antara kesuburan tanah dengan pertumbuhan tanaman. Dari Tabel 4.1.2 dapat jelas terlihat bahwa kandungan unsur hara pada lokasi yang diduga subur cukup tinggi dibandingkan dengan lokasi yang diduga sedang maupun kurang subur. Keasaman pH tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar di dalam tanah serta terhadap sifat tanah yang lain. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman. Dari hasil analisis tanah dapat terlihat bahwa tanah yang diduga subur merupakan tanah yang memang benar tanah yang terbaik karena memiliki pH 5,04 sesuai dengan pernyataan Foth 1988 kondisi tanah terbaik tidak mengandung bahan beracun terjadi pada kondisi agak asam sampai netral pH 5,0-7,5 akan tetapi jenis tanaman terkadang menghendaki kondisi tertentu. Pada lokasi penelitian didapat perubahan faktor fisiksuhu harian yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sehingga mampu beradaptasi dengan keadaan lingkungan tersebut dan dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan, didapat suhu udara rata-rata 21,9 o C. Kelembaban udara rata-rata berkisar 91.05, Intensitas cahaya berkisar 305,15 Lux. Sama halnya juga dengan keadaan tanah, di mana pada lokasi penelitian pH tanah berkisar 6.5. Suhu Universitas Sumatera Utara tanah pada setiap lokasi berkisar 17,6 o Tabel 4.1.3 Data Faktor Fisik Rata-rata Pada Lokasi Penelitian C. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.3 dan Lampiran C. Suhu Udara o Suhu Tanah C o Intensitas Cahaya C lux pH Tanah Kelembaban Udara Ketinggian mdpl 21,9 17,6 305,1 6,5 91,05 1199 Pada lokasi penelitian didapat faktor fisik yang berpengaruh terhadap vegetasi, sehingga mampu beradaptasi dengan keadaan lingkungan tersebut dan dapat tumbuh dengan baik. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat hidupnya seperti suhu, cahaya, pH dan kelembaban. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis begitu juga dengan suhu, kelembaban dan pH mempengaruhi kemampuan fotosintesis. Daniel et al. 1995, menyatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi oleh faktor tanah, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lainnya dan juga dipengaruhi oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban, sinar matahari dan iklim. Biomassa pohon pinus Pinus merkusii pada umur 41 tahun di Aek Nauli lebih tinggi dibandingkan dengan biomassa pohon Pinus syvestris di Finlandia yang berumur 100 tahun sebesar 121,30 tonHa dari hasil penelitian Helmisari et al., 2002. Hal ini disebabkan perbedaan iklim tempat tumbuh, dimana Pinus merkusii tumbuh di daerah tropis sedangkan Pinus syvestris tumbuh di daerah sub tropis. Golley, 1983 menyatakan bahwa meskipun tumbuh pada lahan yang kurang subur, namun pohon-pohon di daerah tropis memiliki biomassa yang besar dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pohon-pohon sub tropis yang tumbuh pada lahan yang subur. Hal ini terjadi karena adanya mekanisme konservasi hara dari pohon-pohon tropis. Universitas Sumatera Utara

4.2 Potensi Karbon Tersimpan