tambahan. Bahan tambahan dapat digolongkan sebagai bahan vulkanisasi, penggerak- penggerak vulkanisasi dan accelerators, pengisi-pengisi penguatan, semi reinforcing,
atau pencampur, antidegradants, pelunak-pelunak.
Ban merupakan bahan buangan sisa roda ban modern yang terdiri dari seutas gabungan cordrubber. Ban roda yang dihasilkan dari beberapa komponen-
komponenyang terpisah seperti innerliner, dawai dan kabel, sabuk-sabuk dan lain-lain serta komponen yang berbeda mempunyai komposisi-komposisi karet yang berbeda.
Ban bekas bersifat sangat stabil dan merupakan suatu polimer berantai panjang. Beberapa karakteristik dari ban bekas yaitu stabilitasnya dan sifatnya yang
tahan lama, yang sangat menarik, dan kelayakannya selama pemakaiannya. Faktanya adalah bahwa ban bekas merupakan suatu polimer termoset yang berarti sulit untuk
meleleh atau sulit diuraikan menjadi komponen penyusunnya Liang. L, 2004. Dalam daur ulang ban bekas, banyak sekali metoda yang dicoba baru-baru ini,
terutama terhadap alternatif temuan teknologi yang bersifat lebih ekonomis dan lebih banyak sumber daya konservatif. Metoda hemat untuk memperoleh kembali bahan-
bahan yang berharga dari bermacam-macam bahan yang berbasis polimer. Metoda pendaur-ulangan ini dapat diterapkan tetapi tidak terbatas pada ban roda sisa saja, bisa
juga plastik, dan sejumlah produk-produk polimer yang berbeda atau campuran- campuran kompleks Ediputra, 2010.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan ban bekas yng diperoleh dari tempat vulkanisir ban atau ban truk.
2.4 Aspal
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agakpadat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur
tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat,aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan. Sukirman,S., 2003.
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang
ditemukan bersama sama material lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa komplek
seperti
Asphaltenese
,
Resins
dan
Oils
. Aspal mempunyai sifat
visco-elastis
dan tergantung dari waktu pembebanan. The Blue Book--Building Construction,
2009
Aspal merupakan distilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki banyak sekali manfaat dan kegunaan. Aspal dapat digunakan di dalam bermacam
produk - produk, termasuk: a.
Jalan aspal, b.
Dasar pondasi dan subdasar, c.
Dinding untuk lubang di jalanan, trotoar kakilima, jalan untuk mobil, lereng- lereng, jembatan-jembatan, dan bidang parkir,
d. Tambalan lubang di jalanan,
e. Jalan dan penutup tanah,
f. Atap bangunan, dan
g. Minyak bakar
2.4.1 Sifat
–Sifat Aspal
Aspal dikenal sebagai suatu bahanmaterial yang bersifat viskos atau padat, berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat adhesif, mengandung bagian-bagian
utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau kejadian alami aspal alam dan terlarut dalam karbondisulfida.
Aspal dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu
350
o
C dibawah tekanan atmosfer untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline bensin, kerosene minyak tanah dan gas oil Wignall,A., 2003.
Pada proses pencampuran dan proses pemadatan sifat aspal dapat ditunjukkan dari nilai viscositasnya, sedangkan pada sebagian besar kondisi saat masa pelayanan,
aspal mempunyai sifat viscositas yang diwujudkan dalam suatu nilai modulus kekakuan.
Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada penguranga suhu. Namun
demikian, perilakurespon material aspal tersebut terhadapsuhu dan prinsipnya membentuk suatu spektrumberagam, tergantung dari komposisi unsur-unsur
penyusunnya. Aspal adalah material penting dalam perkerasan lentur karena dapat
merekatkan bersifat sebagai perekat, mengisi rongga sebagai filter dan memiliki sifat kedap air waterproof. Penggunaan aspal sebagai material perkerasan jalan
cukup luas, mulai dari lapis permukaan, lapis pondasi, lapis aus, maupun lapis penutup.Sulaksono, 2001
2.4.2 Jenis Aspal
Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses pembentukannya adalah sebagai berikut :
a. Aspal Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton, dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam terbesar di
dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau.
Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton Aspal Pulau Buton. Penggunaan asbuton sebagai salah satu material
perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan
material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.
b. Aspal Minyak
Aspal minyak bumi adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis
a sphaltic base crude oil
yang mengandung banyak aspal,
pa rafin base crude oil
yang mengandung banyak parafin, atau
mixed base crude oil
yang mengandung campuran aspal dengan parafin. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan
asphaltic ba se crude oil.
Hasil destilasi minyak bumi menghasilkan bensin, minyak tanah, dan solar yang diperoleh pada temperatur berbeda-beda, sedangkan aspal merupakan residunya.
Residu aspal berbentuk padat, tetapi dapat pula berbentuk cair atau emulsi pada temperatur ruang. Jadi, jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal
dibedakan atas beberapa bagian, yaitu :
1. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang
dan mencair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen aspal
asphalt cement
. Oleh karena itu, semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan pengikat agregat.
2. Aspal cair
asphalt cut-back
yaitu aspal yang berbntuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari
hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan pencair membedakan aspal cair menjadi tiga bagian, yaitu
Slow Curing
dengan bahan pencair solar,
Medium Curing
dengan bahan pencair minyak tanah, dan
Rapid Curing
dengan bahan pencair bensin. 3.
Aspal emulsi, yaitu campuran aspal 55-65 dengan air 35-45 dan bahan pengemulsi 1 sampai 2 yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini
lebih cair daripada aspal emulsi. Dimana dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air. Untuk menghindari butiran aspal saling menarik membentuk
butir-butir yang lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik. Aspal emulsi dapat dibedakan berdasarkan muatan listriknya, antara lain yaitu aspal
emulsi anionik atau disebut juga dengan emulsi alkali, aspal emulsi kationik atau
disebut dengan emulsi asam, dan aspal emulsi nonionik tidak mengalami ionisasi. Sedangkan berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat
dibedakan atas tiga bahagian yaitu
Rapid Setting
,
Medium Setting
, dan
Slow Setting
Sukirman, 2003.
Aspal padat iran merupakan salah satu jenis aspal yang diimpor dari Iran- Teheran. Aspal jenis ini sangat sesuai dan direkomendasikan untuk negara beriklim
tropis seperti Indonesia, karena di desain untuk bisa elastis menyesuaikan suhu yang naik dan turun, contohnya aspal yang dipergunakan sebagai bahan utama dalam
penelitian ini yaitu aspal dengan angka penetrasi 6070. Untuk data jenis pengujian dan data persyaratan aspal tersebut tercantum seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Tipe Grade 6070
Sifat Ukuran
SpesifikasiPe nggolongan
Standart Pengujian
Densitas pada T 25
o
C Kgm
3
1010 – 1060
ASTM- D713289
Penetrasi pada T 25
o
C 0,1 mm
6070 ASTM-D5
Titik leleh
o
C 4956
ASTM-D36 Daktilitas pada T 25
o
C Cm
Min. 100 ASTM-D113
Kerugian pemanasan wt
Max. 0,2 ASTM-D6
Penurunan pada
penetrasi setelah pemanasan
Max. 20 ASTM-D6D5
Titik nyala
o
C Min. 250
ASTM-D92 Kelarutan dalam CS
2
wt Min. 99,5
ASTM-D4 Spot Test
Negatif AASHO T102
Berdasarkan ketiga bentuk aspal tersebut, semen aspal atau aspal padat yang
paling banyak digunakan. Aspal yang digunakan untuk perkerasan jalan yang dicampurkan dengan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan disebut dengan aspal
beton. Dan yang paling umum digunakan yaitu aspal beton campuran panas yang
dikenal dengan
Hot Mix
sedangkan jenis lainnya seperti aspal beton campuran hangat, aspal beton campuran dingin, dan aspal mastis Asiyanto, 2008.
2.4.3 Kandungan Dalam Aspal
Secara umum komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan maltenes. Asphaltenes
merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang larut dalam heptane.
Maltenes merupakan cairan kental yang terdiri dari resin dan oils, dan larut dalam
heptanes. Resins adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan
sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan. Oils adalah media dari asphaltenes dan resin, berwarna lebih
muda. Proporsi dari asphaltenes, resin, oils berbeda tergantung dari banyak faktor seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatan dan ketebalan aspal dalam
campuran.
2.4.4 Viskositas Aspal
Sifat kekentalan material aspal merupakan slah satu faktor penting dalam pelaksanaan perencanaan campuran maupun dalam pelaksanaan dilapangan. Disini hubungan
antara kekentalan dan suhu memegang peranan penting. Sebelum dilakukan perencanaan campuran, biasanya kekentalan material aspal harus ditentukan dulu
karena bila tidak akan mempengaruhi sifat campuran aspal itu selanjutnya. Misalnya pada suhu pencampuran tertentu, apabila viskositasnya terlalu tinggi, maka akan
menyulitkan dalam pelaksanaan campuran. Sebaliknya pada suhu tersebut, apabila viskositasnya terlalu rendah, maka aspal tersebut menjadi kurang berperan sebagai
bahan perekat pada campuran dan ini akan mengurangi stabilitas campuran.
Tingkatan material aspal yang digunakan tergantung pada kekentalannya. Kekentalan aspal sangat bervariasi terhadap suhu, dari tingkatan padat, encer sampai
tingkat cair. Hubungan antara kekentalan dan suhu adalah sangat penting dalam perencanaan penggunan material aspal. Kekentalan akan berkurang dalam hal ini
aspal menjadi lebih encer ketika suhu meningkat.
Kekentalan absolut atau kekentalan dinamik dinyatakan dalam satuan Pa detik atau poises 1 poises = 0.1 Pa detik. Viskositas kinematik dinyatakan dalam satuan
cm
2
detik dan stokes atau centi stokes 1 stokes = 100 centistokes = 1 cm
2
detik. Karena kekentalan kinematik sama dengan kekentalan absolut dibagi dengan berat
jenis kira-kira 1 cm
2
detik untuk aspal, kekentalan absolut dan kekentalan kinematik mempunyai harga yang relatif sama apbila kedua-duanya dinyatakan masing-masing
dalam poises dan stokes.
Kekentalan atau viskositas absolut pada alat Sybolt-Furol dinyatakan oleh waktu menetesdalam detik yang diperlukan oleh 120 ml benda uji untuk melalui
suatu lubang yang telah dikalibrasi, diukur dibawah kondisi tertentu. Waktu ini kemudian dikoreksi dengan suatu koefisien tertentudan selanjutnya dilaporkan sebagai
nilai viskositas dari benda uji tersebut pada suhu tertentu. Sedangkan viskositas kinematik dinyatakan oleh waktu yang dibutuhkan oleh aspal cair dengan suhu 60
o
C untuk mengisi penuhnya labu gelas Sulaksono, 2001.
2.5 Styrofoam