DCP juga bereaksi keras dengan senyawa yang bertentangan asam, basa, zat pereduksi dan logam berat.
Sebaiknya DCP disimpan dalam kondisi temperatur kamar 27
o
C atau maksimum 39
o
C dan untuk menjaga dari zat pereduksi dan senyawa –senyawa yang
tidak kompatibel dengannya chemichalland, 2009.
2.7 DIVINIL BENZENE DVB
Divinil benzene berubah – ubah secara ekstrim zat crosslinking ikat silang yang
sangat baik dan juga meningkatkan sifat – sifat polimer. Sebagai contoh, divinil
benzene banyak digunakan pada pabrik adesif, plastic, elastomer, keramik, material biologis, mantel, katalis, membrane, perlatan farmasi, khususnya polimer dan resin
penukar ion Hafizullah, A. 2010. Rumus molekul divinil benzene C
10
H
10
, titik didih 195
o
C, tidak larut dalam air dan larut dalam etanol dan eter dan titik nyala 76
o
C. Ketika beraksi bersama-sama dengan stirena, divinil benzene dapat digunakan sebagai monomer reaktif dalam resin
polyester. Stiren dan divinil benzene bereaksi secara bersam-sama menghasilkan kopolimer stirena dvinil benzene James, 2005.
2.8 PENGUJIAN SAMPEL
Pengujian sampel dilakukan untuk mengetahui keadaan genteng yang dibuat.
Sampel yang diuji akan diketahui kelebihan dan kekurangannya, dan untuk mengetahui kadar kelayakan pemakaian serta kualitasnya.
2.8.1. Pengujian Fisis
2.8.1.1 Pengujian Porositas
Porositas merupakan proporsi volume rongga kosong. Porositas juga berhubungan langsung dengan kerapatan. Porositas dinyatakan dalam yang menghubungkan
antar volume benda keseluruhan. Berdasarkan ASTM C 373 – 88, porositas sampel
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
Porositas = 100
x x
V M
M
a ir K
J
....................................................... 2.1 Dengan :
P
= Porositas,
M
j
= Massa jenuh sampel, g
M
k
= Massa kering sampel di udara, g
V =
volume benda uji mm
3
2.8.1.2 Pengujian Daya Serap Air
Pada saat terbentuk sampel kemungkinan ada terkjadinya udara yang terjebak dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral yang pembentuk akibat
perubahan cuaca, maka terbentuklah lubang atau rongga kecil di dalam butiran agregat pori. Pori dalam sampel bervariasi dan menyebar diseluruh butiran. Pori-pori
mungkin menjadi reservoir air bebas didalam agregat. Presentase berat air yang mampu diserap agregat dan serat didalam air disebut daya serapan air, sedangkan
bnayaknya air yang terkandung dalam agregat dan serat disebut kadar air Saragih, D. Natalia, 2007
Pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 tentang prosedur pengujian , dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air
yang terserap oleh sampel yang direndam dengan perendaman selama 24 jam.
Pengujian daya serap air ini telah dilakukan terhadap semua jenis variasi sampel yang ada, berikut data hasil penimbangan berat sampel kering dan berat
sampel basah.
Pengujian daya serap air
Water absorbtion
dilakukan pada masing – masing
sampel pengeringan.lama perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu kamar . Massa awal sebelum direndam diukur dan massa sesudah perendaman.Untuk
mendapatkan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Daya serap air
Water absorbtion
=
100 x
M M
M
k k
j
.......................................2.2 Dimana :
M
b
= Massa basah ,g M
k
= Massa kering ,g.
2.8.2. Pengujian Mekanis
2.8.2.1 Pengujian Kekuatan Lentur UFSUltimate Flexture Strength
Sampel uji berbentuk persegi panjang dengan ukuran 150 mm disesuaikan dengan standart ASTM D
– 790. Pengujian Kekuatan Lentur UFS dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer terhadap pembebanan. Dalam metode ini metode yang
digunakan adalah metode tiga titik lentur. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan.
Beban digantungkan pada beban dan span diletakkan diatas piringan besi. Jarak span diatur 80 mm satu sama lain dan sampel diletakkan ditengah-tengah span.
Skala pembebanan maksimum diberi sebesar 100 kgf dan kecepatan 20 mmmenit. Display beban dan regangan tepat pada skala nol. Kertas grafik diatur pada chart
recorder sehingga tepat pada posisinya. Kemudian switch dihidupkan bersamaan dengan menekan tombol DOWN. Setelah sampel uji patah, tombol stop ditekan
kemudian tombol RECALL untuk memperoleh beban dan regangan maksimum. Dicatat beban atau Load dan stroke defleksiyang ditunjukkan oleh alat Electronoic
System Universal Testing Machine.
Gambar. 2.1 Bentuk dan ukuran sampel pada pengujian kuat lentur
Pada permukaan bagian atas cupilkan yang dibebani akan terjadi kompresi, sedangkan pada permukaan bawah sampel akan terjadi tarikan. Pada pengujian ini
terhadap sampel uji diberikan pembebanan yang arahnya tegak lurus terhadap sampel. Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan lentur yaitu :
UFS =
2
2 3
bd PL
.........................................................................2.3 Dimana :
P = Load beban, N L = jarak span 1 cm = 0,01m
b = lebar sampel mm d = tebal sampel mm
2.8.2.2 Pengujian Impak Is
Pengujian impak ini dilakukan untuk mengetahui ketangguhan sampel terhadap pembebanan dinamis. Saampel uji berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang
60 mm sesuai dengan standart ASTM D – 256. Kemudian sampel diletakkan pada alat
penumpu dengan jarak span 40 mm. Godam pada posisi awal dengan sudut 160
o
, kemudian godam dilepaskan secara tiba-tiba sehingga menumbuk sampel Sebelum
dilakukan pengujian sampel terlebih dahulu dilakukan percobaan tanpa sampel
penguji.Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya energi yang hilang akibat gesekan pada porosnya dan gesekannya dengan udara. Setelah penumpukan sampel
hingga sampel patahretak maka pengukuran dilakukan dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk skala.
Gambar 2.2 Pengujian Kuat Impak
Cara yang biasa dilakukan utnuk mengukur kekakuan dari bahan-bahan plastik dan komposit ialah dengan pengujian impak. Pengujian yang biasa dilakukan dengan
model Charpy. Dalam urutan utnuk mempunyai sebuah perbedaan energi impak, pendulum dapat dibebaskan dari keadaan yang berbeda.
Kekuatan impak yang dihasilkan Is merupakan perbandingan antara energi
serap Es dengan luas penampang A. Is =
A E
s
………………………………. 2.4 Dimana :
Is = Kekuatan impak kJm
2
Es = Energi serap J A = Luas penampang mm
2
2.8.3. Pengujian Termal
2.8.3.1 Uji Titik Nyala dan Titik Bakar
Pada pengujian ini,suhu dari material ditingkatkan secara gradual pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu,titik api kecil dilewatkan diatas permukaan benda uji
yang dipanaskan tersebut. Titik nyala ditentukan sebagai suhu terendah dimana percikan api pertama kali terjadi sedangkan titik bakar ditentukan sebagai suhu
dimana benda uji terbakar.
Titik nyala dan titik bakar material perlu diketahui sebagai indikasi temperatur pemanasan maksimum dimana masih dalam batas
– batas aman pengerjaan dan agar karakteristik material tidak berubah rusak akibat dipanaskan melebihi
temperatur titik bakar.Sulaksono,2009
2.9 Syarat Mutu Genteng Menurut Standar Nasional Indonesia