2.1.2. Dana Alokasi Khusus DAK
Pada hakikatnya pengertian Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu
membiayai kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK ditentukan dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. DAK disalurkan dengan cara
pemindahbukuan dari rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah. Oleh sebab itu DAK dicantumkan dalam APBD. DAK tidak dapat digunakan
untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas.
Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 1999, yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah i kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan
menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan Daerah lain, misalnya: kebutuhan di kawasan transmigrasi,
kebutuhan beberapa jenis investasiprasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer; dan ii kebutuhan
yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Implementasi konsep DAK di Indonesia mencakup pula alokasi dana
untuk kegiatan penghijauan dan reboisasi, dimana pembiayaannya berasal dari penerimaan Dana Reboisasi DR dalam APBN yang diberikan 40-nya kepada
Daerah penghasil. Pembiayaan dari DAK-DR sejalan dengan keinginan Pemerintah untuk melibatkan Pemerintah Daerah penghasil DR dalam kegiatan
penghijauan dan reboisasi kawasan hutan di Daerahnya, dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan yang menjadi prioritas nasional. Pedoman Umum
Pengelolaan DAK-DR untuk Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2001 diatur dalam Surat Edaran Bersama Departemen Keuangan, Departemen Kehutanan, Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, dan
Bappenas Nomor : SE-59A2001, Nomor: SE-720MENHUT-II2001, Nomor : 2035D.IV052001, dan Nomor : SE-522.49475BANGDA.
Adapun untuk DAK TA 2001 hanya dialokasikan dari Dana Reboisasi yang berasal dari 40 penerimaan Dana Reboisasi dan diberikan kepada Daerah
Penghasil. Berdasarkan penyesuaian APBN TA 2001, alokasi DAK-Dana Reboisasi DAK-DR semula sebesar Rp. 900,6 miliar dan menjadi Rp. 700,6
milyar revisi APBN TA 2001 yang pengalokasiannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.491KMK.022001 tanggal 6 September 2001.
Provinsi yang tidak mendapatkan alokasi DAK-DR TA 2001 adalah Daerah bukan penghasil yang meliputi Provinsi-Provinsi yang ada di Pulau Jawa, Provinsi
Lampung, Provinsi Bali, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Keputusan Menteri Keuangan tersebut, dan penetapan alokasi oleh Gubernur kepada Daerah serta
Rencana Definitif yang disampaikan Gubernur, Dirjen Anggaran telah menerbitkan Daftar Alokasi DAK-DR DA-DAK-DR yang berlaku untuk
KabupatenKota dalam wilayah 21 Provinsi penghasil. Sesuai dengan APBN TA 2002 yang telah disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, DAK TA 2002 masih dialokasikan dari DR yang ditetapkan sebesar Rp817,3 miliar. Untuk itu, akan dilakukan koordinasi dengan pihak
Departemen Kehutanan agar segera menyusun ancar-ancar pengalokasian DAK- DR TA 2002 untuk Daerah penghasil sesuai dengan DAK-DR yang telah
ditetapkan dalam APBN, dan diharapkan secepatnya dapat mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam Daftar Alokasi DAK-DR TA 2002.
Universitas Sumatera Utara
DAK ini akan digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik antara lain seperti pembangunan rumah sakit, jalan, irigasi, dan air bersih. DAK ini bisa
disamakan dengan dengan belanja pembangunan karena digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas pelayanan publik berupa pembangunan sarana dan
prasarana publik Aramana, 2011. DAK digunakan sepenuhnya sebagai belanja modal oleh pemerintah daerah. Belanja modal kemudian digunakan untuk
menyediakan aset tetap. Menurut Halim 2001 aset tetap yang dimiliki dari penggunaan belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan
pelayanan publik oleh pemda. Lebih lanjut Abdullah dan Halim 2006 menjelaskan bahwa biasanya setiap tahun pemda melakukan pengadaan aset tetap
sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial.
Menurut Abimanyu 2005 yang dikutip oleh Harianto dan Adi 2007 infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka masyarakat dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara aman dan nyaman yang
akan berpengaruh pada tingkat produktifitasnya yang semakin meningkat dan dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk
membuka usaha di daerah tersebut. Transfer pemerintah pusat ke pemda diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Meskipun demikian, menurut Handayani 2009 bahwa dapat juga terjadi keganjilan dimana terjadi flypaper effect yaitu saat pemda
mendapat transfer dari pemerintah pusat justru pendapatan masyarakat tidak meningkat karena transfer tersebut digunakan sepenuhnya untuk kegiatan belanja
Universitas Sumatera Utara
pemerintah tanpa diimbangi dengan peningkatan PAD. Menurut Khusaini 2006 seharusnya dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan untuk digunakan
secara efektif dan efisien oleh pemda untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, selain itu kebijakan penggunaan dana tersebut harus transparan dan
akuntabel.
2.1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah