Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Desentralisasi Fiskal

pemerintah tanpa diimbangi dengan peningkatan PAD. Menurut Khusaini 2006 seharusnya dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan untuk digunakan secara efektif dan efisien oleh pemda untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, selain itu kebijakan penggunaan dana tersebut harus transparan dan akuntabel.

2.1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah menurut UU 32 2004 pasal 164 ayat 1 tentang pemerintah daerah adalah seluruh pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan Pemerintah. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, lain-lain pendapatan yang sah dikelompokan beberapa jenis pendapatan yang mencakup: 1. Hibah berasal dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, badan lembaga organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; 2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penagggulangan korban kerusakan akibat bencana alam; 3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten kota; 4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan Universitas Sumatera Utara 5. Batuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lain. UU No. 18 2001 secara resmi mencantumkan zakat sebagai sumber PAD bagi pemerintah provinsi dan daerah. Menurut Word Bank 2006: 33, pada prakteknya zakat belum sebagai PAD dalam anggaran mereka karena 4 alasan : 1. Banyak pemerintah daerah masih belum membentuk badan penyelenggara zakat Baitul Mal. 2. Masyarakat tidak yakin apakah pajak yang mereka bayar itu disalurkan dengan semestinya kapada Ke-8 Asnaf penerimaan zakat menurut hukum islam. 3. Badan penyelenggaraan zakat tidak memiliki sumber daya, informasi dan teknologi. 4. Apakah zakat seharusnya dicatat oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari pendapatan pemerintah masih belum jelas. Menurut syariah islam, zakat seharusnya tidak menjadi pendapatan pemerintah.

2.1.4. Desentralisasi Fiskal

Bentuk desentralisasi fiskal sangat bervariasi tergantung tujuan dari perubahan sistem, Bahl dan Wallace 2001 menyebutkan bahwa desentralisasi fiskal berarti desentralisasi dari pemerintahan, alokasi pengeluaran dan mobilisasi penerimaan daerah. Bahl juga menyebutkan bahwa pemerintahan ini, pada satu titik ekstrim tertentu negara cenderung membatasi desentralisasi pada operasi pemerintahan sehingga pemerintah daerah tidak melakukan pembiayaan dan pengadaan pelayanan publik. Sedangkan di titik ekstrim lainnya, pemerintah lokal diberikan kekuasaan penuh. Banyak ahli ekonom yang beranggapan bahwa desentralisasi fiskal merupakan kebijakan yang tepat bagi pertumbuhan regional karena desentralisasi Universitas Sumatera Utara fiskal cenderung memperpendek jarak antara pemerintah sebagai pengambil keputusan dengan stakeholdenya. Ekonom juga menyebutkan bahwa pelayanan publik yang paling efisien seharusnya diselenggarakan oleh wilayah yang memiliki kontrol geografis paling minimum, karena: 1. Pemerintah lokal lebih mengerti kebutuhan masyarakat. 2. Keputusan pemerintah lokal sangat responsif terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga mendorong pemerintah lokal untuk melakukan efisiensi dalam penggunaan dana yang berasal dari masyarakat. 3. Persaingan antara daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya akan mendorong pemerintah lokal untuk meningkatkan inovasinya. Ahli ekonomi juga berpendapat desentralisasi fiskal dapat membawa dampak positif terhadap pertumbuhan regional jika desentralisasi fiskal juga dibarengi dengan terpenuhinya prasyarat tertentu. Bahl 2000 menyebutkan 12 aturan agar desentralisasi fiskal dapat memberikan efek positif terhadap masyarakat lokal, yaitu: 1 Desentralisasi fiskal harus dipandang sebagai sebuah sistem yang komprehensif ; 2 Money follows function fungsi pelayanan publik didaerahkan ; 3 Pemerintah pusat mempunyai kemampuan kuat dalam mengawasi dan mengevaluasi desentralisasi ; 4 Satu sistem antar pemerintah tidak memaksakan hubungan yang sama dan sesuai antar desa dengan kota ; 5 Desentalisasi fiskal membutuhakan kekuatan yang besar bagi pemerintah lokal untuk mengambil pajak ; 6 Pemerintah pusat harus konsisten dengan desentralisasi fiskal yang telah diterapkannya ; 7 Tetap menjadikan desentralisasi sebagai sesuatu yang dapat dijelaskan dengan relatif mudah ; 8 Universitas Sumatera Utara Penyusunan sistem transfer antar pemerintah harus sesuai dengan tujuan desentralisasi fiskal ; 9 Desentralisasi fiskal seharusnya tetap mempertimbangkan ketiga level pemerintahan ; 10 Menetapkan anggaran yang ketat dan berimbang ; 11 Pemerintah harus selalu merencanakan sistem antar pemerintahan karena hal tersebut akan selalu berubah ; 12 Harus ada pihak pengambil keputusan di level lokal maupun nasional yang menyetujui kebijakan desentralisasi fiskal dan menyetujui kebijakan desentralisasi fiskal dan mengerti keuntungan dari kebijakan yang diambil serta implikasi logis dari kebijakan tersebut. Menurut Pusporini 2006 pada hakekatnya terdapat tiga prinsip dalam implementasi otonomi daerah di indonesia, yaitu : 1. Desentralisasi, adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kabupatenkota sehingga otonomi lebih dititikberatkan pada daerah tersebut. 2. Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada gubenur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. 3. Tugas Pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau desa dan pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Seiring dengan pembagian kewenangan tersebut diikuti pula dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam otonomi daerah, pemerintah pusat berwenang dalam bidang pertahanankeamanan, politik luar negeri, peradilan, fiskalmoneter, agama serta kewenangan bidang pemerintahan lainnya dan kebijakan strategis yang ditetapkan Universitas Sumatera Utara dengan peraturan pemerintah. Adapun Pemerintah propinsi berwenang dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota yang menjadi tanggung jawab propinsi, misalnya kewenangan di bidang pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan dan perkebunan disamping kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya, seperti i Perencanaan Pembangunan regional secara makro ; ii Pelatihan kejuruan dan alokasi sumber daya manusia potensial; iii Pelabuhan regional; iv Lingkungan hidup; v Promosi dagang dan budayapariwisata; vi Penanganan penyakit menular dan hama tanaman; vii Perencanaan tata ruang provinsi. Sedangkan kewenangan pemerintah kabupatenkota mencakup semua kewenangan pemerintahan selain kewenangan pemerintah pusat dan propinsi. Secara eksplisit dinyatakan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan daerah kabupaten dan daerah kota meliputi: pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, pertanian, perhubungan, perdagangan dan industri, penanaman modal, lingkungan hidup dan pertanahan. Mardiasmo 2002 mengharapkan desentralisasi menghasilkan dua manfaat nyata yakni pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan serta mendorong hasil pembangunan diseluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masing-masing daerah dan kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergesaran peran pengambilan keputusan publik ketingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi paling lengkap. Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Pertumbuhan Ekonomi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 91 90

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai Variabel Moderating pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

7 83 104

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 14 103

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Alokasi Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan Dana Alokasi Khusus sebagai Variabel Moderating

0 4 98

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori - Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Lain – Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Desentralisasi Fiskal Sebagai Variabel Moderating di Kabupaten dan Kota Provinsi Suma

0 0 16

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, LAIN - LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN DESENTRALISASI FISKAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS

0 0 15