Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron-Klien

D. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron-Klien

Seperti relasi atau hubungan lainnya yang memiliki alasan untuk selalu berkembang dan tumbuh, begitu juga dengan hubungan patronklien yang mempunyai beberapa fakor yang menyebabkan hubungan ini selalu berkembang dalam masyarakat.

Berdasar dari hasil pengamatan guna menyelesaikan studi penelitian ini, peneliti menjabarkan tentang factor-faktor penentu yang menyebabkan hubungan ini masih berlangsung sampai sekarang. Antara lain seperti :

Sebagai sentra industri kecil, tentunya dalam pemenuhan kebutuhannya akan tenaga kerja guna keberlangsungan industri ini bisa dibilang relatif cukup besar. Sehingga peluang ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat sekitar untuk bekerja dalam sektor industri kecil ini. Sehingga mayoritas tenaga yang bekerja dalam industri ini merupakan masyarakat lokal.

Dari data yang diperoleh dari Kalurahan, menyebutkan bahwa

70 orang yang berprofesi sebagai buruh ( Klien ) ini berasal dari dalam daerah, dan sisanya berasal dari luar wilayah desa Kedunggudel meskipun dengan prosentase yang sangat kecil, yakni sekitar 20 % atau

14 dari total pekerja industri di Desa Kedunggudel. Hal ini dikarenakan para pemilik industri kecil di Desa Kedunggudel lebih mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari dalam daerahnya sendiri, guna membantu mengangkat kondisi perekonomiannya dan mengurangi angka pengangguran di desa Kedunggudel ini.

Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring dengan berkembangnya industri di desa ini, selain itu pekerjaan dalam bidang ini juga diyakini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp 40.000 per hari belum ditambah dengan uang tambahan apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan untuk Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring dengan berkembangnya industri di desa ini, selain itu pekerjaan dalam bidang ini juga diyakini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp 40.000 per hari belum ditambah dengan uang tambahan apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan untuk

dapatkan saat bekerja disini pun hampir sama dengan apa yang saya dapatkan kalo bekerja diluar, bahkan lebih besar dari pekerjaan yang lain,mas” wawancara

11 Agustus 2012. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa besarnya upah yang mereka terima ini membuat para tenaga kerja ini enggan untuk mencari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang dialami oleh klien, juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar industri sekarang memberikan syarat minimal untuk melamar pekerjaan, sedangkan untuk bekerja di industri kecil ini seorang klien hanya berdasarkan kemauan dan kepercayaan antara kedua belah pihak.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa keengganan masyarakat desa Kedunggudel ini untuk mencari alternatif pekerjaan lain dikarenakan upah yang diterima dalam sektor industri kecil ini, hampir sama dengan pekerjaan lain atau bahkan lebih besar dari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang pernah dialami seorang klien juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain.

2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel

Masih rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Desa Kedunggudel, mengakibatkan rendahnya mobilitas seorang tenaga

berani dalam melakukan inovasi dan terobosan. Bahkan hampir tidak akan terjadi secara signifikan meskipun dari hasil bekerja mereka yang selama hampir delapanbelastahunan mampu untuk membuka usaha industri ini mulai dari nol / mulai awal, meskipun mereka juga sudah mendapatkan ilmu untuk mendirikan industri kecil. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan seorang klien di tempatnya Bp. Teguh Miyatno, yakni Ibu Warsiyem. Beliau sudah bekerja di industri jenang ini lebih dari 18 tahunan. Meskipun sudah lama bergelut dalam industri ini, beliau tidak mampu berinovasi untuk mencoba mendirikan usaha jenang ini.

Selain itu, faktor ekonomi juga mampu menjadi tembok penghalang bagi seseorang. Ketiadaan sumber ekonomi yang memadai ini mampu memicu rendahnya tingkat mobilitas seseorang untuk mencukupi segala bentuk kebutuhannya.

3. Adanya Politik Balas Budi

Selain itu faktor merasa hutang budi kepada pemilik industri atas apa yang telah diberikan juga dapat mengakibatkan rendahnya tingkat mobilitas mereka untuk mencari lapangan kerjaan yang mungkin dapat lebih meningkatkan taraf hidup mereka, mereka beranggapan merasa sungkan untuk pindah ke tempat lain. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Warsiyem sebagai berikut :

“saya merasa hutang budi kepada juragan saya,mas. Jadi saya enggan untuk mencari pekerjaan lain, mas. Wawancara tanggal 12 Agustus 2012

Matriks 1.3

Faktor yang mempengaruhi keberlangsungan Hubungan Patron-klien

dalam industri masyarakat pedesaan

No.

Aspek

Hasil Temuan

Alternatif Rendahnya

Mobilitas

Masyarakat Adanya Politik Balas Budi

Keengganan untuk mencari pekerjaan lain. Kurangnya inovasi, kretifitas warga masyarakat. Adanya keinginan untuk membalas jasa patron.

Sumber : Data Primer yang diolah (2013) Dari uraian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, faktor ingin membalas budi atas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri

terhadap tenaga kerjanya, juga mengakibatkan keengganan untuk mencari pekerjaan lain. Adanya politik balas budi yang berkembang dalam masyarakat industri pedesaan, khususnya di Desa Kedunggudel ini mampu menjadi faktor pengikat antara tenaga kerja dengan pemilik industri, sehingga mereka berusaha bertahan dengan apa yang telah dimilikinya dalam industri ini, yakni rasa kekerabatan dan rasa saling percaya antara kedua belah pihak, pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Selain itu, dengan adanya rasa ingin membalas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri ini mampu menjalin hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang sangat lama.

Desa Kedunggudel merupakan salah satu desa yang masyarakatnya bergerak dalam bidang perindustrian dan perdagangan. Maka tak ayal, jika di desa Kedunggudel ini banyak sekali di jumpai industri kecil atau industri rumah tangga. Industri yang ada di Desa Kedunggudel ini, secara historis perkembangannya dapat dibedakan menjadi 2 yakni, industri yang berkembang secara turun menurun ( warisan ) ataupun industri yang berkembang dengan sendirinya, didirikan oleh pemilik industri bukan warisan turun menurun. Meskipun begitu, untuk perkembangannya di desa Kedunggudel ini mayoritas industrinya bersifat turun menurun. Para pelaku industi ini merupakan generasi penerus dari pendiri industri ini.

Dalam pola pengelolaannya hampir kesemua industri yang ada di Desa Kedunggudel ini menggunakan hubungan patron klien. Hal ini dapat dilihat dari poal pengelolaan industri ini hanya di dasari oleh rasa saling tolong menolong, kekerabatan, kekeluargaan dan persahabatan antara masing-masing pihak yang saling membutuhkan. Adanya perbedaan mengenai penguasaan sumber daya menempatkan salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih superior ( tinggi ) yakni pemilik industri, dan pihak yang lain menempati kedudukan yang lebih inferior ( rendah ) yakni tenaga kerja. Meskipun ada perbedaan yang sangat mencolok antara kedua belah pihak, mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal ini dikarenakan adanya rasa saling membutuhkan dan pada hakekatnya manusia itu mempunyai kedudukan yang sama.

unequal (but theoretically nonbinding) relationship between a superior (a patron or leader) and a number of inferiors (clients, retainers, or followers), based on an asymmetrie exchange of services, where the de facto dependence on the patron of the clients, whose unpaid services may include economie obligations, paid or unpaid work, armed service, political support and other services, is counterbalanced by the role the patron plays as a leading figure for all the clients and by the assistance, including monetary loans and protection, he or she provides when necessary. (CHRISTIAN PELRAS Patron-client ties among the Bugis and Makassarese of South Sulawesi)

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan patron klien ini terjadi karena adanya perbedaan status kedudukan yakni salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi ( superior ) dan salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih rendah ( inferior ). Adanya perbedaan status ini menjadikan suatu bentuk pertukaran antara kedua belah pihak, baik secara ekonomi ataupun sosial termasuk perlindungan yang diberikan antara kedua belah pihak yang bersangkutan.

Mengenai yang lebih lanjut mengenai hubungan patron-klien dalam industri rumah tangga atau industri kecil di desa Kedunggudel ini, peneliti mencoba menguraikannya menggunakan Teori Patron-klien yang dikemukakan oleh James Scott. Adapun beberapa kriteria tersebut antara lain sebagai berikut :

A. Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi Dasar Pemenuhan akan kebutuhan susistensi dasar merupakan salah satu faktor yang mendasari terjalinnya hubungan patron-klien ini. Pemenuhan akan kebutuhan subsistensi dasar ini merupakan

Pemenuhan ini menjadi penting dalam hubungan patron-klien ini dikarenakan apabila pihak tenaga kerja ini tidak mendapatkan jaminan akan pemenuhan kebutuhannya, maka tidak akan menjamin terjalinnya hubungan ini dalam waktu yang lama. Untuk menanggulangi masalah tentang pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar ini, peneliti menemukan beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemilik industri untuk menjamin kebutuhan subsistensi tenaga kerjanya antara lain dengan memberikan jaminan sebagai berikut :

1. Pemberian Jaminan Pekerjaan Tetap

Dalam menjalankan proses produksinya, pemilik industri sangatlah membutuhkan bantuan tenaga kerjanya agar proses produksinya berjalan dengan lancar. Adanya ketergantungan terhadap tenaga kerjanya ini menjadi perhatian sendiri bagi pemilik industri untuk memberikan jaminan pekerjaan yang tetap bagi tenaga kerjanya. Pemberian akan jaminan pekerjaan tetap ini juga diharapkan mampu menjadikan hubungan patron- klien ini dalam jangka waktu yang lama. Pemberian akan jaminan pekerjaan tetap ini semata-mata untuk memberikan bantuan perekonomian bagi tenaga kerjanya sebagai imbalan atas apa yang dikerjakan untuk kepentingan industri ini. Pemberian akan jaminan pekerjaan yang tetap ini secara nyata juga sangat membantu bagi tenaga kerja untuk mencukupi Dalam menjalankan proses produksinya, pemilik industri sangatlah membutuhkan bantuan tenaga kerjanya agar proses produksinya berjalan dengan lancar. Adanya ketergantungan terhadap tenaga kerjanya ini menjadi perhatian sendiri bagi pemilik industri untuk memberikan jaminan pekerjaan yang tetap bagi tenaga kerjanya. Pemberian akan jaminan pekerjaan tetap ini juga diharapkan mampu menjadikan hubungan patron- klien ini dalam jangka waktu yang lama. Pemberian akan jaminan pekerjaan tetap ini semata-mata untuk memberikan bantuan perekonomian bagi tenaga kerjanya sebagai imbalan atas apa yang dikerjakan untuk kepentingan industri ini. Pemberian akan jaminan pekerjaan yang tetap ini secara nyata juga sangat membantu bagi tenaga kerja untuk mencukupi

Dalam proses perekrutan tenaga kerjanya para pemilik industri ini mengajak warga sekitar untuk bekerja pada industrinya. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya tanggungjawab pemilik industri di desa Kedunggudel ini terhadap kehidupan perekonomian warga sekitar. Mayoritas pekerja dalam industri rumah tangga ini berasal dari wilayah desa kedunggudel meskipun ada beberapa yang berasal dari luar wilayah desa kedunggudel. Dalam perekrutannya pun, selain pemilik industri ini mengajak warga sekitar untuk bekerja pada industrinya, ada juga beberapa yang melamar pekerjaan kepada pemilik industri untuk bekerja pada industrinya. Dalam perekrutannya ini, tidaklah didasari oleh perjanjian tertulis, melainkan hanya kesepakan lisan yang didasarkan atas kemauan dan kepercayaan antara kedua belah pihak yang saling membutuhkan.

Dalam perekrutan tenaga kerjanya, pemilik industri rumah tangga di desa Kedunggudel ini tidak memberikan kriteria atau spesialisasi keahlian bagi calon tenaga kerjanya, melainkan hanya didasari oleh kemauan dan kepercayaan antara kedua Dalam perekrutan tenaga kerjanya, pemilik industri rumah tangga di desa Kedunggudel ini tidak memberikan kriteria atau spesialisasi keahlian bagi calon tenaga kerjanya, melainkan hanya didasari oleh kemauan dan kepercayaan antara kedua

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perekrutan dan pemberian jaminan pekerjaan yang tetap ini diharapkan mampu membawa hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang cukup lama.

2. Pemberian Jaminan Upah

Pembayaran upah atau pengupahan merupakan suatu bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses produksi. Hal ini dikarenakan dengan adanya pengupahan ini berfungsi untuk memperlancar jalannya proses produksi dan merupakan pra syarat fungsional bagi eksistensi industri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pembayaran upah atau pengupahan yang biasa dilakukan oleh pemilik industri adalah sistem pengupahan harian. Sistem pengupahan harian ini dimaksudkan agar tenaga kerjanya dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, dalam pemberian upah ini masing-masing industri ini memberikan upah kepada tenaga kerjanya ini berbeda-beda tergantung dengan kemampuan ekonomi masing-masing industri. Hal ini Pembayaran upah atau pengupahan yang biasa dilakukan oleh pemilik industri adalah sistem pengupahan harian. Sistem pengupahan harian ini dimaksudkan agar tenaga kerjanya dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, dalam pemberian upah ini masing-masing industri ini memberikan upah kepada tenaga kerjanya ini berbeda-beda tergantung dengan kemampuan ekonomi masing-masing industri. Hal ini

Selain itu, dalam pemberian upahnya masing-masing industri ini juga membedakan besaran upah yang diterima berdasarkan jenis kelamin tenaga kerjanya. Besaran upah yang akan diterima oleh tenaga kerja laki-laki akan sangat berbeda dengan jumlah upah yang akan diterima oleh tenaga kerja perempuan. Hal ini dikarenakan dalam industri rumah tangga di desa Kedunggudel ini, tenaga kerja laki-laki menjalankan proses produksi yang lebih berat dibandingkan dengan proses produksi yang dijalankan oleh tenaga kerja perempuan.

Besaran upah yang diterima oleh tenaga kerja ini juga sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi, apabila jumlah produksi sedang mengalami peningkatan maka pemilik industri memberlakukan jam kerja tambahan atau yang lazim disebut dengan istilah lembur. Adanya jam kerja tambahan atau lembur ini juga akan sangat mempengaruhi jumlah upah yang akan diterima oleh tenaga kerjanya.

pemilik industri ini sangatlah membantu kehidupan perekonomian tenaga kerjanya dalam mencukupi segala kebutuhannya.

B. Jaminan Krisis Subsistensi Selain pemberian jaminan akan pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar, pemilik industri juga memberikan jaminan sosial terhadap kliennya. Pemberian jaminan sosial ini dilakukan dengan lesan dan kekeluargaan. Adapun bentuk jaminan yang diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya antara lain seperti : pemberian jaminan pendidikan, pemberian jaminan kesehatan bagi klien dan keluarganya, pemberian Tunjangan Hari Raya ( THR ) dan jaminan lainnya. Pemberian jaminan krisis subsistensi ini diharapkan untuk meringankan beban atau meminimalisir kerugian yang akan ditanggung oleh tenaga kerjanya dalam mencukupi segala bentuk kebutuhannya.

Adanya pemberian jaminan atas krisis subsistensi ini juga menjadi

industri terhadap keberlangsungan hidup tenaga kerjanya. Adanya pemberian jaminan atas krisis subsistensi ini juga menjadikan hubungan patron-klien ini bukan hanya semata-mata proses ekploitasi yang dilakukan oleh pemiliik industri terhadap tenaga kerjanya, melainkan sudah mencakup masalah kekeluargaan.

merupakan suatu bentuk timbal balik atas apa yang telah diberikan oleh tenaga kerja terhadap keberlangsungan usaha patron. Mengenai pengembalian atas pemberian jaminan krisis subsitensi ini pemilik industri tidak terlalu menuntut atau mempersulit, melainkan hanya dengan kesetiaan dalam membantu proses produksi. Dengan adanya kemudahan dalam proses pengembalian atas jaminan krisis subsistensi ini, maka tenaga kerja akan merasa berhutang budi terhadap kebaikan pemilik industri. Maka dengan begituu, tenaga kerja akan mengerahkan segala usaha dan upaya untuk membantu segala bentuk kepentingan patron baik itu kepentingan produksi maupun kepentingan yang diluar dari kepentingan industri. Pemberian akan jaminan atas krisis subsitensi ini merupakan salah satu wujud dari saling ketergantungan antara kedua belah pihak, sehingga menjadikan kedua belah pihak saling mempunyai tanggungjawab satu sama lain untuk saling membantu. Adanya pemberian jaminan krisis subsistensi ini juga diharapkan mampu membawa hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang cukup lama.

C. Perlindungan Dalam kehidupannya sehari-hari, baik pemilik industri dan juga tenaga kerja selalu dihadapkan dengan berbagai macam bentuk permasalahan, baik tekanan dari dalam maupun tekana dari luar. Dalam hubungan patron klien ini, masing-masing pihak mempunyai tanggungjawab

merupakan salah satu bentuk yang dipertukarkan dalam hubungan patron-klien ini. Perlindungan ini dimaksudkan agar salah satu pihak merasa terlindungi baik dari segala macam bentuk ancaman, gangguan, masalah, fitnah dan lain-lain. Dengan adanya pemberian perlindungan oleh masing-masing pihak ini maka akan merasa saling berbalas budi. Misalnya apabila pemilik industri ini sedang mengalami permasalahan, maka tidak segan tenaga kerja akan merasa membantu, begitu juga dengan sebaliknya. Sebagai contohnya, apabila pemilik industri sedang diterpa isu miring mengenai keberlangsungan usahanya, maka tidak segan tenaga kerja ikut membantu mengklarifikasi mengenai isu miring yang menerpa juragannya.

Adanya bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk terimakasih atas apa yang telah diberikan oleh mmasing-masing pihak dalam pemenuhan segala bentuk kebutuhannya. Bentuk perlindungan ini juga merupakan suatu bentuk nyata dari rasa saling memiliki, rasa kekeluargaan dan rasa kekerabatan antara kedua belah pihak.

D. Jasa Patron Kolektif Secara internal, patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomi secara kolektif, mereka dapat mengelola dan mensubsidi sumbangan dan keringanan, menyumbangkan tanah untuk sarana kolektif, mendukung sarana umum setempat ( seperti sekolaj,

perayaan desa. Untuk bentuk jasa patron kolektif yang diberikan oleh masing- masing pemilik industri ini berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini didasari oleh kekuatan ekonomi masing-masing pemilik industri. Sebagai buktinya, ada pihak patron dalam industri jenang memberikan hak guna atas lahan atau rumahnya untuk dijadikan sebagai gudang untuk menyimpan perkakas desa, dan untuk industri karak dan rambak yang notabene mempunyai kekuatan ekonomi yang tak sekuat kedua industri diatas hanya mampu memberikan bantuan apabila ada kegiatan yang bersangkutan dengan kepentingan masyarakat sesuai dengan kemampuannya.

Dari beberapa uraian diatas, besarnya kekuatan ekonomi masing-masing industri ini sangat mempengaruhi besarnya jasa patroon kolektif yang diberikan untuk kepentingan masyarakat umum. Selain intu, pemberian jasa patron kolektif ini juga sebagai bentuk kepedulian dan tanggungjawab pemilik industri terhadap lingkungan sekitar.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat dilihat bahwa bentuk pertukatan yang terjadi dalam hubungan patron-klien di Desa Kedunggudel meliputi pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar yang meliputi pemberian jaminan pekerjaan tetap dan pemberian upah, pemberian jaminan atas krisis subsistensi, perlindungan dan jasa patron kolektif. Sehingga dapat di simpulkan bahwa hubungan kerja yang Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat dilihat bahwa bentuk pertukatan yang terjadi dalam hubungan patron-klien di Desa Kedunggudel meliputi pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar yang meliputi pemberian jaminan pekerjaan tetap dan pemberian upah, pemberian jaminan atas krisis subsistensi, perlindungan dan jasa patron kolektif. Sehingga dapat di simpulkan bahwa hubungan kerja yang

Selain itu, melihat dari beberapa bentuk pertukaran yang terjadi dalam hubungan patron-klien dalam kedua jenis industri makanan di Desa Kedunggudel, dapat diketahui bahwa hubungan Patron-klien yang terjadi merupakan salah satu bentuk hubungan Patron-klien yang bersifat vertikal. Hal ini dikarenakan dalam hubungan tersebut terjadi ketimpangan pertukaran antara kedua belah pihak yang menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan, dan kedudukan. Dimana pemilik industri dengan segala bentuk kekayaan ( kepemilikan modal dan kepemilikan industri ) yang dimilikinya mempunyai kedudukan, kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang hanya mempunyai modal berupa jasa dan tenaga. Akan tetapi, ini bukanlah suatu polemik yang besar karena pada hakekatnya manusia adalah sama. Perbedaan hanya ada status sebagai tingkat kedudukan yang terbentuk dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam bentuk pertukaran ini, Klien masuk dalam bentuk pertukaran yang tidak seimbang, dimana klien tidak mampu mengembalikan sepenuhnya apa yang telah diberikan oleh patronnya, sehingga hal ini mengakibatkan adanya hutang kewajiban terhadap patron yang secara tidak langsung mengikat dan bergantung kepada

berada dalam posisi pemberi barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh klien dan keluarganya untuk mencukupi segala bentuk kebutuhannya, seperti jaminan pemberian pekerjaan tetap, jaminan pemberian upah, jaminan krisis subsistensi, perlindungan, dan lain-lain. Rasa wajib untuk membalas pada diri si klien ini muncul lewat pemberian yang dilakukan oleh patron, selama pemberian tersebut masih bisa dirasakan mampu untuk memenuhi kebutuhan yang pokok atau masih diperlukan. Adanya rasa saling membutuhkan dan saling menguntungkan ini mengakibatkan kedua belah pihak saling tergantung, pemilik industri membutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan industrinya dan tenaga kerja membutuhkan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron Klien Dalam perkembangannya hubungan patron-klien di dessa Kedunggudel ini mampu berkembang dan bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama,hal ini dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut :

1. Keterbatasan Pekerjaan Alternatif

Sebagai sentra industri kecil, tentunya dalam pemenuhan kebutuhannya akan tenaga kerja guna keberlangsungan industri ini bisa dibilang relatif cukup besar. Sehingga peluang ini Sebagai sentra industri kecil, tentunya dalam pemenuhan kebutuhannya akan tenaga kerja guna keberlangsungan industri ini bisa dibilang relatif cukup besar. Sehingga peluang ini

Dari data yang diperoleh dari Kalurahan, menyebutkan bahwa 70 orang yang berprofesi sebagai buruh ( Klien ) ini berasal dari dalam daerah, dan sisanya berasal dari luar wilayah desa Kedunggudel meskipun dengan prosentase yang sangat kecil, yakni sekitar 20 % atau 14 dari total pekerja industri di Desa Kedunggudel. Hal ini dikarenakan para pemilik industri kecil di Desa Kedunggudel lebih mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari dalam daerahnya sendiri, guna membantu mengangkat kondisi perekonomiannya dan mengurangi angka pengangguran di desa Kedunggudel ini.

Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring dengan berkembangnya industri di desa ini, selain itu pekerjaan dalam bidang ini juga diyakini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp 40.000 per hari belum ditambah dengan uang tambahan apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Besarnya upah yang mereka terima ini membuat para tenaga kerja ini enggan untuk Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring dengan berkembangnya industri di desa ini, selain itu pekerjaan dalam bidang ini juga diyakini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp 40.000 per hari belum ditambah dengan uang tambahan apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Besarnya upah yang mereka terima ini membuat para tenaga kerja ini enggan untuk

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa keengganan masyarakat desa Kedunggudel ini untuk mencari alternatif pekerjaan lain dikarenakan upah yang diterima dalam sektor industri kecil ini, hampir sama dengan pekerjaan lain atau bahkan lebih besar dari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang pernah dialami seorang klien juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain.

2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel Masih rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Desa Kedunggudel, mengakibatkan rendahnya mobilitas seorang tenaga kerja untuk menjadi seorang pemilik industri ini sangatlah kecil, kurang berani dalam melakukan inovasi dan terobosan. Bahkan hampir tidak akan terjadi secara signifikan meskipun dari hasil bekerja mereka yang selama 2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel Masih rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Desa Kedunggudel, mengakibatkan rendahnya mobilitas seorang tenaga kerja untuk menjadi seorang pemilik industri ini sangatlah kecil, kurang berani dalam melakukan inovasi dan terobosan. Bahkan hampir tidak akan terjadi secara signifikan meskipun dari hasil bekerja mereka yang selama

Selain itu, faktor ekonomi juga mampu menjadi tembok penghalang bagi seseorang. Ketiadaan sumber ekonomi yang memadai ini mampu memicu rendahnya tingkat mobilitas seseorang untuk mencukupi segala bentuk kebutuhannya.

3. Adanya Politik Balas Budi

Adanya faktor ingin membalas budi atas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya, juga mengakibatkan keengganan untuk mencari pekerjaan lain. Adanya politik balas budi yang berkembang dalam masyarakat industri pedesaan, khususnya di Desa Kedunggudel ini mampu menjadi faktor pengikat antara tenaga kerja dengan pemilik industri, sehingga mereka berusaha bertahan dengan apa yang telah dimilikinya dalam industri ini, yakni rasa kekerabatan dan rasa saling percaya antara kedua belah pihak, pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Selain itu, dengan adanya rasa Adanya faktor ingin membalas budi atas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya, juga mengakibatkan keengganan untuk mencari pekerjaan lain. Adanya politik balas budi yang berkembang dalam masyarakat industri pedesaan, khususnya di Desa Kedunggudel ini mampu menjadi faktor pengikat antara tenaga kerja dengan pemilik industri, sehingga mereka berusaha bertahan dengan apa yang telah dimilikinya dalam industri ini, yakni rasa kekerabatan dan rasa saling percaya antara kedua belah pihak, pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Selain itu, dengan adanya rasa