Ke a pua Me ilih & Me dapatka
Ke a pua Me ilih & Me dapatka
Pendahuluan
Perumpamaan harta terpendam adalah perumpamaan yang khusus disampaikan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Perumpamaan ini oleh sebagian besar penafsir dipahami sebagai pengajaran tentang pengurbanan besar karena fokus pembacaan diarahkan pada penjualan seluruh harta milik. Namun, Armand Barus melihat perumpamaan ini mengajarkan sukacita dan komitmen total dengan fokus bacaan pada karakter penemu harta terpendam. Permasalahan tafsiran terletak pada arah atau fokus pembacaan. Arah pembacaan yang menonjolkan satu sisi cerita tentu akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dan tidak utuh. Bagaimana seharusnya arah pembacaan perumpamaan ini? Pembacaan berikut ini bukan hanya menonjolkan sisi karakter tapi juga sisi peristiwa awal hingga akhir cerita. Tulisan ini mencoba untuk meresponi dan memberikan satu tafsiran baru yang berbeda dengan Barus. Berikut analisis perumpamaan ini dengan tesis karakter dan peristiwa sebagai pembawa tema perumpamaan.
Teks 29
44 Ὁμοίαiἐστὶνiἡ βασιλείαiτῶνiοὐρανῶνiθησαυρῷ κεκρυμμένῳ ἐνiτῷ ἀγρῷ, ὃνiεὑρὼνiἄνθρωποςiLκρυψεν,i καὶ ἀπὸ τcςiχαρᾶςiαὐτοῦ ὑπάγειiκαὶ πωλεῖ πάνταiὅσαiLχειiκαὶ ἀγοράζειiτὸνiἀγρὸνiἐκεῖνον.
Penelitian Naskah
Teks Matius 13:44 adalah teks Yunani yang stabil menurut UBS4 dan NA 27 karena tidak memperlihatkan adanya masalah tekstual yang memerlukan penelitian naskah.
Terjemahan Literal
44 Kerajaan Surga adalah sama seperti harta yang terpendam di ladang, yang seseorang temukan dan memendamkannya lagi, kemudian karena sukacitanya dia pergi dan menjual semua harta
yang dia miliki dan membeli ladang itu.
Terjemahan Dinamis
44 Hal Kerajaan Surga itu diumpamakan seperti cerita berikut. Ada harta yang terpendam di ladang. Kemudian seseorang menemukan harta tersebut dan memendamkannya lagi. Dia sangat
bersukacita dan pergi menjual semua harta miliknya untuk membeli ladang tersebut.
29 Versi GNT atau UBS4.
Struktur Perumpamaan
Perumpamaan di atas dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:
A. Pengajaran Perumpamaan: - Pembukaan perumpamaan: Kerajaan Surga sama seperti narasi perumpamaan
B. Narasi Perumpamaan: - Cerita yang dibangun dari peristiwa-peristiwa berikut ini:
1. Ada harta terpendam di ladang.
2. Ada orang yang menemukannya.
3. Si penemu harta memendamkan harta tersebut.
4. Si penemu harta bersukacita atas kejadian tersebut.
5. Si penemu harta pergi.
6. Si penemu harta menjual seluruh apa yang dimilikinya.
7. Si penemu harta membeli ladang itu.
Survei Pustaka 30
Perumpamaan mengandung narasi yang sederhana. Namun, ada berbagai macam tafsiran yang muncul di balik cerita ini. Ada yang memfokuskan pada harta terpendam di ladang (Julicher, Blomberg); sukacita sang penemu harta tersebut (Jeremias, Schweizer); karakter si penemu harta (Barus); penjualannya (Gundry, Hultgren, Craig Keener, Hagner, J. Linnemann, Kingsbury); sukacita dan penjualannya (R. Schnackenburg, F. D. Bruner); harta dan penjualannya (David Wenham, Davies-Allison).
Menurut Barus, fokus perumpamaan terletak pada karakter penemu harta. Berdasarkan tesis karakter sebagai pembawa pokok ajaran, maka tema perumpamaan penemu harta tersembunyi melekat pada karakter penemu harta. Karakter penemu harta adalah sukacita dan komitmen atau penyerahan total. Tindakannya untuk memiliki harta yang begitu bernilai terlihat penuh dan tanpa keraguan. Ia menyembunyikan kembali harta tersebut, menjual seluruh harta miliknya dan membeli ladang di mana harta tersembunyi. Semua tindakan tersebut dilakukan dengan sukacita. Pesan perumpamaan adalah penyerahan total dalam sukacita.
Analisis Narasi Perumpamaan Tujuan menganalisis narasi perumpamaan adalah mendapatkan tema atau pokok cerita
perumpamaan. Premis/tesis dalam studi perumpamaan ini adalah gabungan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) menghasilkan tema atau pokok cerita. Analisis narasi ini akan dibagi dalam tiga tahap yaitu analisis peristiwa, tokoh dan peristiwa dan tokoh.
Analisis Peristiwa
Dalam analisis peristiwa dimulai dari peristiwa awal sampai akhir. Peristiwa awal meliputi ada harta terpendam di ladang dan seseorang menemukannya. Peristiwa awal ini terus berlanjut
30 Armand Barus telah melakukan sejumlah tinjauan pustaka yang komprehensif di sini. Lihat artikel Armand Barus, “Sukacita dan Komitmen: Matius : ,”i Diktat Kuliah Eksposisi Perumpamaan
(STTRII: 2007): 4-8.
pada konflik atau puncak cerita yaitu si penemu harta menyimpan kembali harta itu, kemudian dia pergi dan menjual seluruh harta miliknya. Dan peristiwa akhir atau epilognya adalah si penemu harta membeli ladang itu dan mendapatkan harta tersebut.
Analisis Tokoh
Tokoh dalam cerita ini hanya satu yaitu si penemu harta terpendam. Karakter seperti apa yang melekat pada tokoh tersebut? Perhatikan apa yang dilakukan oleh tokoh dalam peristiwa- peristiwa di atas. Sang tokoh menemukan suatu harta terpendam di sebuah ladang. Tidak diceritakan cara dia bisa menemukan harta tersebut. Hal ini tidak menjadi persoalan penting dalam analisis tokoh. Hal yang menarik adalah pada peristiwa puncak. Dia menjual seluruh harta miliknya untuk mendapatkan harta terpendam itu. Ada perbandingan dan pertimbangan antara harta terpendam dan harta seluruh milik tokoh itu. Namun, tokoh ini mampu memilih atau membedakan harta mana yang lebih berharga. Dia memiliki kemampuan untuk membedakan bahwa harta terpendam adalah harta yang lebih berharga daripada seluruh harta miliknya. Bukan hanya kemampuan memilih , dia juga memiliki kemampuan mendapatkan harta terpendam tersebut. Dia memendam harta itu kembali, dia pergi dan menjual seluruh hartanya, dan dia membeli ladang itu untuk mendapatkan harta tersebut.
Analisis Peristiwa dan Tokoh Dalam analisis ini kita akan mendapatkan tema cerita atau narasi perumpamaan. Tema
dibangun dari peristiwa dan karakter. Peristiwa awal sampai akhir adalah ada harta terpendam yang ditemukan dan didapatkan oleh tokoh. Karakter dari tokoh adalah kemampuan memilih sesuatu yang lebih berharga dan mendapatkannya. Jadi, tema cerita ini adalah kemampuan memilih dan mendapatkan harta yang lebih berharga .i“Kemampuan”imencerminkan karakter utama tokoh di dalam cerita. “Memilih dan mendapatkan harta yang lebih berharga”imerupakan peristiwa awal hingga akhir cerita.
Konsep Teologis
Perumpamaan ini mengajarkan bahwa hal Kerajaan Surga diumpamakan seperti kemampuan memilih dan mendapatkan sesuatu yang lebih berharga sehingga mendapatkan yang lebih berharga tersebut. Dalam konteks perumpamaan ini, apa yang lebih berharga? Hal tentang Kerajaan Surga jelas adalah sesuatu yang lebih berharga dibandingkan harta atau hal apapun di dunia. Jemaat dituntut seperti si penemu harta terpendam yaitu memiliki kemampuan untuk memilih hal yang lebih berharga. Namun, bukan hanya kemampuan memilih Kerajaan Surga sebagai harta yang lebih berharga tetapi juga dituntut untuk mendapatkannya. Jika jemaat telah menyadari hal Kerajaan Surga adalah harta yang lebih berharga dibandingkan apapun, maka persoalannnya adalah cara jemaat mendapatkannya. Jemaat dituntut berusaha total seperti tokoh di atas. Usaha total adalah sikap yang layak dikerjakan untuk mendapatkan apa yang jauh lebih berharga atau yang paling berharga. Usaha total bukanlah pengurbanan melainkan sikap yang sudah selayaknya dikerjakan demi yang paling berharga.
Ringkasan
Rahasia Kerajaan Surga bagi jemaat adalah memilih atau memprioritaskan hal Kerajaan Surga sebagai hal yang paling utama dan berharga dan keputusan untuk mendapatkannya dengan usaha total adalah langkah paling penting. Kemampuan memilih yang paling berharga harus disertai kemampuan mendapatkannya dengan usaha total.
Aplikasi
Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya mengenai dua hal yaitu pertama orang percaya harus memiliki kemampuan membedakan hal yang lebih berharga. Kedua, bukan hanya kemampuan memilih atau membedakan mana lebih berharga, tetapi dituntut juga memiliki kemampuan mendapatkan yang lebih berharga tersebut. Kemampuan mendapatkan yang lebih berharga menuntut para murid Tuhan untuk berusaha total. Tanpa itu maka tidak akan ada hal yang akan dicapai. Apa bentuk usaha total yang harus dijalankan? Salah satu bentuknya adalah masalah finansial. Murid yang tidak memprioritaskan finansial membuktikan bahwa Kerajaan Surga tidak hanya merupakan prioritas utama dalam hidupnya, juga menyatakan bahwa Kerajaan Surga lebih bernilai dari segala sesuatu yang dimilikinya (6:24). Pemilikan Kerajaan Surga menyebabkan kekayaan, harta dan properti dan segala sesuatunya menjadi tidak berharga. Untuk Kerajaan Surga tidak ada yang tidak rela dikurbankannya. Peristiwa orang muda kaya dalam 19:16-22 merupakan ilustrasi konkrit tuntutan penyerahan finansial untuk memiliki
Kerajaan Surga. 31
31 Barus, “Sukacita dan Komitmen: Matius : ,”i -10.
Sa pel Teks
Maius : -