Analisis Teks Narasi dan Surat Dalam Per

Untuk Papa & Mama, Rina dan Filipe, dan para mahasiswa di STT Soteria Purwokerto

Kata Pe ga tar

Buku ini merupakan hasil pergumulan penulis dalam penafsiran teks kitab suci selama 6 tahun mengajar di Sekolah Tinggi Teologi Soteria Purwokerto (STTSP). Selama menulis dan mengajar mahasiswa, penulis terus mencari berbagai teori atau metode penafsiran teks yang lebih teliti, detil, dan akurat dibandingkan teori penafsiran teks yang ada selama ini. Selain belajar dari berbagai buku penafsiran, hermeneutik, linguistik, dan sastra, penulis juga diajar dan dimentor secara langsung oleh seorang pakar Perjanjian Baru (PB) di Indonesia ketika penulis sedang menempuh program studi S-2 dalam bidang PB (2008-211). Penulis sangat bersyukur bisa ketemu dan dibimbing oleh Pdt. Ir. Armand Barus, Ph.D. Selain itu, berbagai tulisan beliau menjadi panduan dan rekan bacaan di dalam tulisan ini. Tidak lupa juga, penulis mengucap terima kasih kepada para mahasiswa yang ikut berdiskusi dan menajamkan pemikiran penulis dan tulisan di dalam buku ini.

Berbagai teori atau metode penafsiran teks yang penulis ajarkan tersaji di dalam buku ini. Teori ini dapat diterapkan sesuai dengan genre atau jenis teks di dalam PB. Setiap teori yang diuraikan disertai dengan beberapa contoh penafsiran sehingga memudahkan pembaca untuk memahami teori tersebut dan dapat menerapkannya sendiri ketika menganalisis teks. Ada bagian analisis teks yang teknis sehingga memerlukan pengetahuan bahasa Yunani yang cukup.

Buku ini memang dikhususkan terutama kepada pembaca yang ingin mempelajari analisis atau penafsiran teks PB lebih dalam. Buku ini dapat menjadi pengantar atau perbandingan untuk mempelajari teks jenis perumpamaan atau narasi, surat-surat, dan Injil. Selain itu, kepada pembaca yang haus menggali kebenaran Firman Tuhan dan mengetahui aplikasinya dapat membaca dan menerapkan teori dalam buku ini seperti analisis tokoh dan peristiwa, dan analisis kalimat inti dalam teks Injil Yohanes. Kedua teori ini dapat dengan mudah diterapkan.

Penulis mengharapkan buku ini dapat menstimulir para pembaca untuk mengembangkan teologi biblika di Indonesia dengan terus menggali dan menulis serta mengajarkan firman Tuhan kepada umat sehingga umat mendapatkan pengajaran firman Tuhan yang tepat dan dapat semakin menumbuhkan iman, kasih, dan pengharapan mereka.

Akhir kata, penulis menyadari buku ini jauh dari sempurna sehingga penulis terbuka menerima saran atau masukan yang berarti dari para pembaca untuk perbaikan bagian-bagian yang tidak tepat.

Selamat membaca dan menggumuli teks firman Tuhan. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan. Amin.

Baturaden, Januari 2014 Hendi

BAB Pe dahulua

Perkembangan ilmu linguistik dan sastra begitu cepat sementara para pakar atau ahli PB terutama di Indonesia kurang menangkap dan memanfaatkan perkembangan kedua disiplin ilmu ini untuk studi biblika. Studi biblika masih terpisah dengan kedua disiplin ilmu ini. 1 Buku ini merupakan salah satu upaya kecil untuk memanfaatkan ilmu linguistik dan sastra dalam analisis atau eksegesis teks PB. Memanfaatkan ilmu linguistik seperti semantik untuk penafsiran teks PB

baru saja muncul beberapa dekade belakangan ini. 2

Buku ini adalah sebuah upaya penulis untuk memperkenalkan beberapa teori atau metode analisis teks Perjanjian Baru (PB). Teori itu mencakup analisis teks jenis narasi, surat, dan Injil. Untuk teks narasi, penulis mengambil sampel teks perumpamaan Tuhan Yesus dan pelayanan- Nya di dalam Injil Matius. Teks ini akan dianalisis memakai metode analisis peristiwa dan tokoh. Untuk teks surat, penulis mengambil surat-surat yang ada di dalam PB dengan memakai teks analisis kalimat inti atau kernel analysis dan analisis semantis. Untuk teks Injil, penulis mengambil sampel teks Injil Yohanes dengan memakai metode analisis kalimat inti.

Uraian atau analisis teks dalam buku ini lebih bersifat akademis sehingga pembaca perlu mengetahui beberapa hal teknis seperti istilah-istilah linguistik dan sastra, bahasa Yunani, struktur teks, dan alur berpikir yang sistematis.

Teori pertama, analisis tokoh dan peristiwa yaitu suatu analisis teks narasi dengan tesis: tema merupakan gabungan karakter dan peristiwa di dalam cerita. Tema merupakan pokok cerita dan dibangun dari analisis tokoh untuk mendapatkan karakter dan analisis peristiwa dari awal hingga akhir cerita. Penggabungan ini penting karena bukan hanya menekankan karakter. Penulis akan menganalisis 10 sampel teks dengan metode ini.

Teori kedua dan ketiga, analisis kalimat inti dan analisis semantis yaitu suatu analisis dengan tesis: arti atau meaning dari sebuah teks terdapat pada deep structure sehingga perlu dilakukan transformasi dari surface structure ke deep structure dan mempelajari meaning berarti melakukan suatu studi konsep bukan studi kata. Meaning tidak bergantung pada satu kata melainkan kata-kata lain yang saling berelasi arti di dalam suatu teks atau wacana yang dalam buku ini tertuang dalam bentuk studi konsep atau konsep teologis. Misalnya, meaning “firman hidup ”idi dalam 1 Yohanes 1:1-4 tidak hanya studi kata “firman”idan “hidup”isehingga kita mencari arti katanya berdasarkan etimologinya (sejarah katanya) atau penggunaan kata ( usage) di dalam kamus teologi melainkan meaning tersebut menjadi sebuah konsep “firman hidup”i yang dibangun dari kata-kata lain yang saling berelasi arti di dalam wacana tersebut yaitu 1 Yohanes 1: 1-4. Konsep “firman hidup”isekaligus menjadi sebuah konsep wacana bukan lagi konsep leksikal.

1 Hal ini juga diakui oleh Peter Cotterell dan Max Turner, Linguistics & Biblical Interpretation (Downers Grove: InterVarsity Press, 1989), 9.

2 Lihat juga Johanes P. Louw, Semantics of New Testament Greek (Georgia: Scholar Press, 1981), viii.

Perbedaan teori kedua dan ketiga terdapat pada aturan atau langkah dan penekanan analisisnya. Pada analisis kalimat inti menerapkan sejumlah langkah yang sistematis dan menekankan kernel dan hubungan antar kernel sehingga menghasilkan terjemahan dinamis dan konsep wacana. Pada analisis semantis menekankan transformasi untuk mendapatkan terjemahan dinamis dan menemukan meaning dalam bentuk konsep wacana.

Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memperkaya penggalian firman Tuhan yang begitu kaya akan makna untuk menuntun kehidupan manusia sesuai dengan kebenaran Tuhan. Selain itu, buku ini diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi dalam studi biblika ke depannya khususnya untuk sekolah-sekolah teologi di Indonesia.

BAB

A alisis Tokoh da Perisiwa Di dala

Teks Narasi

Ada 3 landasan teori yang dipakai dalam buku ini. Analisis tokoh dan peristiwa merupakan teori yang digunakan untuk menafsirkan teks narasi. Analisis kalimat inti atau kernel analysis dan analisis semantis merupakan landasan teori berikut yang akan digunakan untuk menafsirkan berbagai jenis teks dalam Perjanjian Baru (PB).

Di dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori terlebih dahulu sebelum menganalisis beberapa teks di dalam kitab Matius sebagai sampel atau contoh sehingga pembaca dapat memahami dan menganalisis sendiri dengan langkah-langkah yang akan diuraikan di bawah ini.

Landasan Teori: Analisis Tokoh Dan Peristiwa Ada beberapa alat pedoman untuk menganalisis struktur sebuah cerita. Salah satu alat

yang utama adalah premis. Premis adalah sebuah usul yang dinyatakan sebagai pembawa kepada suatu kesimpulan. Orang-orang teater menggunakan kata-kata lain untuk hal yang sama yaitu tema, tesis, gagasan akar, gagasan sentral, tujuan, tenaga pendorong rencana, plot, emosi dasar. Ferdinand Brunetiere menghendaki supaya dalam cerita/lakon ada “tujuan”iatau goal. Ini adalah premis. John Howard Lawson mengatakan, “Gagasan akar adalah awal proses.”iIa maksudkan premis. Brander Matthew mengatakan, “Sebuah cerita/lakon harus mempunyai tema.”iItu mestilah premis. George Pierce Baker mengutip ucapan Dumas Jr berkata, “Bagaimana Anda dapat mengatakan jalan apa yang Anda ambil, kecuali Anda tahu ke mana Anda menuju? ”i Premis akan menunjukkan kepada pembaca jalan tersebut.

Penulis skenario harus paham dan menguasai prinsip-prinsip dramaturgi. Tanpa pemahaman itu, ceritanya pasti akan kedodoran, tidak ketahuan ujung pangkalnya. Dengan pemahaman, maka ceritanya jelas mengutarakan gagasan pokok atau ide sentralnya, pencirian pelaku-pelaku yang terlibat konflik, kesatuan protagonis dan antagonis yang tidak boleh melemah sampai tercapainya klimaks atau puncak cerita, orkestrasi atau penyusunan watak- watak secara meyakinkan dan masuk akal.

Lakon Shakespeare, Romeo and Juliet, adalah mengenai cinta dan kasih sayang dua remaja. Tetapi, ini adalah cinta yang besar sekali karena kedua orang itu, yakni Romeo dan Juliet, tidak hanya menentang tradisi keluarga dan kebencian, tetapi mereka bersedia untuk bersatu dalam mati. Maka premis cerita Romeo dan Juliet adalah: cinta besar menaklukkan bahkan maut. Lakon Shakespeare lain, Macbeth, mempunyai premis: Ambisi yang keterlaluan membawa kepada kehancurannya sendiri. Lakon Shakespeare, Othello, mempunyai premis: Kecemburuan menghancurkan diri sendiri dan objek cintannya. Gubahan Usmar Ismail lakon sandiwara Api tentang apoteker Hendrapati yang berambisi besar, tetapi tenggelam sendiri dengan keluarganya menjadi berantakan, mempunyai premis: Ambisi besar menghancurkan diri sendiri. Maka setiap lakon/cerita yang baik haruslah mempunyai premis yang dirumuskan dengan baik. Tiada gagasan dan tiada situasi adalah cukup kuat untuk membawa pembaca Lakon Shakespeare, Romeo and Juliet, adalah mengenai cinta dan kasih sayang dua remaja. Tetapi, ini adalah cinta yang besar sekali karena kedua orang itu, yakni Romeo dan Juliet, tidak hanya menentang tradisi keluarga dan kebencian, tetapi mereka bersedia untuk bersatu dalam mati. Maka premis cerita Romeo dan Juliet adalah: cinta besar menaklukkan bahkan maut. Lakon Shakespeare lain, Macbeth, mempunyai premis: Ambisi yang keterlaluan membawa kepada kehancurannya sendiri. Lakon Shakespeare, Othello, mempunyai premis: Kecemburuan menghancurkan diri sendiri dan objek cintannya. Gubahan Usmar Ismail lakon sandiwara Api tentang apoteker Hendrapati yang berambisi besar, tetapi tenggelam sendiri dengan keluarganya menjadi berantakan, mempunyai premis: Ambisi besar menghancurkan diri sendiri. Maka setiap lakon/cerita yang baik haruslah mempunyai premis yang dirumuskan dengan baik. Tiada gagasan dan tiada situasi adalah cukup kuat untuk membawa pembaca

Premis/tesis dalam tulisan ini adalah gabungan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) menghasilkan tema atau pokok cerita. 3 Sebagai contoh sebuah lakon yang premisnya adalah: “Egoisme membawa kepada kehilangan kawan-kawan. Karakternya adalah “egoisme;”i“Membawa kepada”i merupakan peristiwa dari awal sampai konflik; “kehilangan kawan-kawan”imerupakan peristiwa akhir/kesimpulan cerita. Jadi, Premis/Tesisnya adalah karakter dan peristiwa menghasilkan tema atau pokok cerita. Alat pedoman kita untuk menganalisis cerita sehingga mendapatkan tema cerita berdasarkan premis di atas adalah karakter dan peristiwa.

Kisah atau narasi adalah sebuah pokok dalam sebuah cerita, lakon dan kadang-kadang sebuah sajak, berkembang dalam kurun waktu tertentu dari awal sampai suatu akhir. Tiga ciri khas kisah: Rentetan kejadian mendugakan urutan waktu; kisah bukan hanya penyebutan sejumlah gejala lepas, dalam kisah kejadian-kejadian saling berkaitan; kejadian dalam kisah disebabkan atau dialami oleh tokoh yang mempunyai tujuan. Secara sadar atau tidak sadar, eksplisit atau implisit kisah memperoleh dinamikanya karena tokoh pelakunya mempunyai suatu tujuan. Ketiga ciri khas yang dimiliki kisah menjadi dasar bagi tiga cara analisis kisah.

Berikut tiga cara yang harus diperhatikan dalam menganalisis sebuah cerita. 4

1. Analisis Peristiwa 5 Peristiwa dalam cerita dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu permulaan cerita yang disebut

prolog, puncak cerita atau pertentangan atau perumitan yang disebut konflik, dan keadaan akhir atau kesimpulan cerita yang disebut epilog.

Peristiwa digambarkan sebagai peralihan dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Ada banyak peristiwa di dalam cerita tentunya. Namun, penulis hanya akan mencari peristiwa- peristiwa yang mempunyai akibat. Pengamatan apakah suatu peristiwa mempunyai akibat, menuntut pembaca membaca terus dan mengaitkan kelanjutannya. Hal ini merupakan ciri kisah karena peristiwa memang tidak berdiri lepas. Ini juga menggiring pembaca agar dia membaca terus. Kategori peristiwa-berakibat atau peristiwa fungsional bukanlah satu-satunya kategori. Ada pula kejadian yang dimaksudkan untuk menghubungkan peristiwa fungsional. Apabila pembaca ingin menyusun lebih lanjut peristiwa fungsional yang sudah dikumpulkan, terbuka beberapa kemungkinan: salah satu cara ialah mengelompokkannya dalam kumpulan yang lebih besar yang disebut episode.

Peristiwa merupakan peralihan dari satu keadaan kepada keadaan yang lain, demikian pula episode adalah serentetan peristiwa yang mengandung suatu keadaan awal, suatu perubahan, seringkali suatu perumitan dan suatu keadaan akhir.

Perumitan yang terkandung dalam proses perubahan dapat merupakan proses perbaikan atau sebaliknya proses kemunduran. Apakah keadaan pelaku membaik atau mundur dengan perubahan itu? Perumitan atau konflik dapat bersifat statis, meloncat dan meningkat perlahan-

lahan. 6

3 Bandingkan dengan premis yang diusulkan oleh Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Jilid 2 (Jakarta: Buku Kompas, 2009), 45-47.

4 Jan van Luxemburg, Mieke Bal dan Willem G. Weststeijen, Tentang Sastra (Jakarta: Intermasa, 1991), 136-37.

5 Lihat juga Jan van Luxemburg, Mieke Bal dan Willem G. Weststeijen, Tentang Sastra , 138-40. 6 Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Jilid 2, 49.

2. Analisis Tokoh Tujuan analisis tokoh adalah mendapatkan karakter atau watak. Tokoh adalah pelaku atau

subjek yang mengalami peristiwa. Dia adalah subjek yang mengalami peralihan keadaan. Citra tokoh yaitu mendeskripsikan tokoh sebagai satu kesatuan, dengan menderetkan ciri-ciri mereka; mengamati mereka dalam hubungannya satu sama lain; dan melihat mereka dalam kaitannya

dengan peristiwa. 7 Ada tokoh tersendiri, tapi juga bisa dibandingkan dengan tokoh lain (persamaan dan perbedaan antar tokoh). Jadi ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam analisis tokoh:

1. Tokoh tersendiri sebagai satu kesatuan

2. Tokoh dengan tokoh lain sebagai perbandingan (persamaan dan perbedaan)

3. Tokoh dengan peristiwa. 8 Penentuan seorang tokoh yang kita anggap sebagai pelaku bertujuan dalam kisah. Tokoh membawakan karakter berdasarkan tindakan-tindakan yang mereka lakukan. Hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana pertumbuhan karakter. 9 Karakter kelihatan oleh konflik. Konflik dimulai dengan keputusan. Dan keputusan dibuat oleh karena ada premis. Contoh-contoh pertumbuhan watak:

1. Macbeth mulai dengan ambisi, berakhir dengan pembunuhan.

2. Othello mulai dengan cinta, berakhir dengan pembunuhan dan bunuh diri.

3. Hamlet mulai dengan curiga, berakhir dengan pembunuhan.

4. Nora dalam lakon Hendrik Ibsen mulai sebagai “burung nuri,”iberakhir sebagai wanita dewasa.

Demikianlah pertumbuhan adalah reaksi watak terhadap suatu konflik di mana dia terlibat. Hal lain yang harus diperhatikan ialah watak poros atau pivotal character, yaitu watak pusat yang kekuatannya, tekadnya, dan kepemimpinannya bertanggung jawab terhadap konflik. Watak poros selalu memaksakan konflik. Hal yang juga penting ialah orkestrasi atau orchestration. Ini menghendaki pelaku-pelaku yang jelas dilukiskan, yang tidak mengenal kompromi satu sama lain, yang berada dalam oposisi, bergerak dari satu kutub ke kutub lain. Hamlet adalah contoh watak, pelaku yang tidak kenal kompromi, yang mencari pembunuh-pembunuh ayahnya. Seterusnya yang harus diperhatikan ialah persatuan lawan atau unity of opposites. Taruhlah sebuah lakon diorkestrasikan dengan bagus, lalu apakah jaminan bahwa antagonis-antagonis tidak mengadakan gencatan senjata (perdamaian) di tengah-tengah cerita, kemudian berhenti saja bertarung? Jawabannya ialah dalam unity of opposites. Adapun unity of opposites adalah suatu keadaan di mana kompromi tidaklah mungkin.

3. Analisis Peristiwa & Tokoh Analisis ini menggabungkan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) –

konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) sehingga menghasilkan tema atau pokok cerita.

7 Jan van Luxemburg, Mieke Bal dan Willem G. Weststeijen, Tentang Sastra , 131. 8 Lihat dalam analisis perisitiwa dan tokoh. 9 Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Jilid 2, 47-48.

Struktur Perumpamaan

Sebuah teks perumpamaan terdiri atas:

1. Pengajaran Pembuka = rumus/formula perumpamaan Tema/Pokok Ajaran Perumpamaan

Penjelasan = di akhir perumpamaan

sama seperti

2. Narasi Kisah/Cerita Analisis Kisah Tema/Pokok Cerita

Tesis = Alegoris; fokus pada bagian tertentu dalam perumpamaan; Analisis karakter; dan karakter dan peristiwa.

Tema perumpamaan adalah tema pengajaran perumpamaan. Tema pengajaran perumpamaan adalah tema narasi perumpamaan yang ditambah dengan penjelasan perumpamaan (jikalau penjelasan perumpamaan ada di dalam perumpamaan).

Konsep Teologis & Aplikasi

Tema perumpamaan akan dijelaskan dalam konsep teologis. Aplikasi bagi pembaca kontemporer akan dibuat berdasarkan penjelasan di dalam konsep teologis. Selanjutnya, penulis akan menganalisis beberapa teks perumpamaan di dalam Matius 13 dan 18 sebagai sampel teks dengan landasan teori analisis tokoh dan peristiwa.

Sa pel Teks

Maius : - ; -

Kese pata Sa a Na u Hasil Akhir Berbeda

Pendahuluan

Kondisi gereja pada zaman sekarang begitu rentan terhadap konflik seperti perselisihan, perpecahan sampai pada berbagai kasus kejahatan moral. Namun harus disadari bahwa gereja bukanlah perkumpulan orang-orang kudus tanpa celah dosa. Gereja merupakan perkumpulan orang-orang yang mengaku percaya kepada Kristus. Realitanya, gereja terdiri atas orang-orang yang hidup secara benar maupun jahat. Keduanya saling hidup bersama. Gereja sekarang belum mengalami pemurnian secara mutlak. Namun bukan berarti, gereja membiarkan umatnya hidup secara sembarangan dan melakukan dosa atau kejahatan. Berbagai nasihat dan peringatan dari kitab suci terus menerus diajarkan kepada umatnya sehingga setiap umat dapat hidup secara benar. Bahkan disiplin dan hukum gereja harus jelas dan semakin ditegakkan pada zaman sekarang. Pengajaran perumpamaan Matius 13:24-30, 36-43 memberikan gambaran jelas tentang kondisi tersebut. Umat disadari bahwa Kerajaan Sorga sedang memasuki tahap pertumbuhan di mana orang benar dan jahat hidup secara bersama termasuk di dalam gereja. Perumpamaan ini menjadi semakin penting diajarkan di tengah realitas gereja yang terpuruk. Umat menyadari bahwa hidup sebagai orang benar merupakan urgensi memasuki tahap penuaian.

Beberapa penafsiran perumpamaan ini menekankan tahap atau aspek penuaian atau penghakiman eskatalogis. Menurut penulis, perumpamaan ini harus dilihat secara utuh. Tulisan ini hendak membuktikan bahwa aspek penuaian bukan satu-satunya aspek yang harus ditonjolkan. Sebetulnya, perumpamaan ini mengajarkan perjalanan Kerajaan Sorga dari awal hingga akhir. Kerajaan Sorga memiliki tiga aspek penting yaitu penaburan, pertumbuhan, dan penuaian. Uraian berikut akan mencoba menjelaskan ketiga aspek ini secara terperinci.

Teks 10

24 Ἄλληνiπαραβολbνiπαρέθηκενiαὐτοῖςiλέγων,iὩμοιώθηiἡ βασιλείαiτῶνiοὐρανῶνiἀνθρώπῳ σπείραντιi

καλὸνiσπέρμαiἐνiτῷ ἀγρῷ αὐτοῦ.

25 ἐνiδὲ τῷ καθεύδεινiτοὺςiἀνθρώπουςiἦλθενiαὐτοῦ ὁ ἐχθρὸςiκαὶ ἐπέσπειρενiζιζάνιαiἀνὰ μέσονiτοῦ σίτουi καὶ ἀπcλθεν.

26 ὅτεiδὲ ἐβλάστησενiὁ χόρτοςiκαὶ καρπὸνiἐποίησεν,iτότεiἐφάνηiκαὶ τὰ ζιζάνια.

27 προσελθόντεςiδὲ οἱ δοῦλοιiτοῦ οἰκοδεσπότουiεἶπονiαὐτῷ,isύριε,iοὐχὶ καλὸνiσπέρμαiLσπειραςiἐνiτῷ σῷ ἀγρῷ;iπόθενiοὖνiLχειiζιζάνια;

28 ὁ δὲ Lφηiαὐτοῖς,iἘχθρὸςiἄνθρωποςiτοῦτοiἐποίησεν.iοἱ δὲ δοῦλοιiλέγουσινiαὐτῷ,iΘέλειςiοὖνiἀπελθόντεςi συλλέξωμενiαὐτά;

29 ὁ δέ φησιν,iΟὔ,iμaποτεiσυλλέγοντεςiτὰ ζιζάνιαiἐκριζώσητεiἅμαiαὐτοῖςiτὸνiσῖτον.

30 ἄφετεiσυναυξάνεσθαιiἀμφότεραiἕωςiτοῦ θερισμοῦ,iκαὶ ἐνiκαιρῷ τοῦ θερισμοῦ ἐρῶ τοῖςiθερισταῖς,i Συλλέξατεiπρῶτονiτὰ ζιζάνιαiκαὶ δaσατεiαὐτὰ εἰςiδέσμαςiπρὸςiτὸ κατακαῦσαιiαὐτά,iτὸνiδὲ σῖτονi

συναγάγετεiεἰςiτbνiἀποθaκηνiμου.

10 Teks versi Greek New Testament (GNT) atau United Bible Society edisi ke-4 (UBS4).

36 Τότεiἀφεὶςiτοὺςiὄχλουςiἦλθενiεἰςiτbνiοἰκίαν.iκαὶ προσcλθονiαὐτῷ οἱ μαθηταὶ αὐτοῦ λέγοντες,i mιασάφησονiἡμῖνiτbνiπαραβολbνiτῶνiζιζανίωνiτοῦ ἀγροῦ.

37 ὁ δὲ ἀποκριθεὶςiεἶπεν,iὉ σπείρωνiτὸ καλὸνiσπέρμαiἐστὶνiὁ υἱὸςiτοῦ ἀνθρώπου,

38 ὁ δὲ ἀγρόςiἐστινiὁ κόσμος,iτὸ δὲ καλὸνiσπέρμαiοὗτοί εἰσινiοἱ υἱοὶ τcςiβασιλείας·iτὰ δὲ ζιζάνιά εἰσινiοἱ

39 ὁ δὲ ἐχθρὸςiὁ σπείραςiαὐτά ἐστινiὁ διάβολος,iὁ δὲ θερισμὸςiσυντέλειαiαἰῶνόςiἐστιν,iοἱ δὲ θερισταὶ ἄγγελοί εἰσιν.

40 ὥσπερiοὖνiσυλλέγεταιiτὰ ζιζάνιαiκαὶ πυρὶ [κατα] καίεται,iοὕτωςiLσταιiἐνiτῇ συντελείᾳ τοῦ αἰῶνος·

41 ἀποστελεῖ ὁ υἱὸςiτοῦ ἀνθρώπουiτοὺςiἀγγέλουςiαὐτοῦ,iκαὶ συλλέξουσινiἐκiτcςiβασιλείαςiαὐτοῦ πάνταi τὰ σκάνδαλαiκαὶ τοὺς ποιοῦνταςiτbνiἀνομίαν

42 καὶ βαλοῦσινiαὐτοὺςiεἰςiτbνiκάμινονiτοῦ πυρός·iἐκεῖ Lσταιiὁ κλαυθμὸςiκαὶ ὁ βρυγμὸςiτῶνiὀδόντων.

43 Τότεiοἱ δίκαιοιiἐκλάμψουσινiὡςiὁ ἥλιοςiἐνiτῇ βασιλείᾳ τοῦ πατρὸςiαὐτῶν.iὁ Lχωνiὦταiἀκουέτω.

Penelitian Naskah

Teks Matius 13:24-30, 36-42 adalah teks Yunani yang stabil menurut UBS4 dan NA 27 11 karena tidak memperlihatkan adanya masalah tekstual yang memerlukan penelitian naskah. Ayat 43. Teks ὦτα oleh UBS4 dikategorikan {B} yang menunjukkan sedikit keragu-raguan. Teks ini lebih pendek dibandingkan dengan varian lain seperti ὦτα avkou,ein yang ditambahkan oleh penyalin. Menurut Bruce M. Metzger,

In view of the frequent occurrence elsewhere of the fuller expression w=ta avkou,ein (Mk 4.9, 23; 7.16; Lk 8.8; 14.35), it was to be expected that copyists would add the infinitive here (and in

13.9 and 43). If the word had been present in the original text, there is no reason why it should

have been deleted in such important witnesses as B D 700 al . 12 Terjemahan 13

24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan

Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 27 Maka datanglah hamba-hamba pemilik ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke

dalam lumbungku." 36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid- murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan

11 Teks versi United Bible Society edisi ke-4 dan Nestle-Aland edisi ke-27. 12 Bruce M. Metzger, Textual Commentary on the Greek New Testament (New York: American

Bible Society, 1994), 24. 13 Versi Lembaga Alkitab Indonesia – Terjemahan Baru (LAI-TB).

para penuai itu malaikat. 40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Struktur Perumpamaan

Perumpamaan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:

A. Pengajaran Perumpamaan

1. Pembukaan perumpamaan:

a. Yesus menyampaikan perumpamaan lain kepada mereka

b. Kerajaan Surga sama seperti narasi perumpamaan

2. Penjelasan Perumpamaan:

a. Pertanyaan para murid tentang narasi perumpamaan kepada Yesus

b. Jawaban Yesus adalah:

i. Orang yang menaburkan benih baik adalah Anak Manusia.

ii. Ladang adalah dunia.

iii. Benih baik adalah anak-anak Kerajaan. iv. Lalang adalah anak-anak si jahat. v. Musuh yang menaburkan benih lalang adalah Iblis. vi. Waktu menuai adalah akhir zaman. vii. Para penuai adalah malaikat. viii. Pada akhir zaman lalang dikumpulkan dan dibakar dalam api. ix. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya. x. Para malaikat akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan

semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. xi. Mereka semua akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. xii. Pada akhir zaman orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. xiii. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.

B. Narasi Perumpamaan: cerita yang dibangun dari berbagai peristiwa seperti berikut.

1. Ada seorang menabur benih baik di ladangnya.

2. Pada saat semua orang sedang tidur, seorang musuh datang menabur benih lalang di antara gandum.

3. Musuh tersebut pergi.

4. Gandum itu tumbuh dan berbulir.

5. Lalang juga bertumbuh bersama gandum.

6. Hamba-hamba pemilik ladang datang dan berdialog dengan si pemilik ladang sebagai berikut.

a. Pertanyaan hamba-hamba tersebut kepada si pemilik tentang sumber lalang.

b. Pemilik ladang menjawab sumber lalang adalah dari seorang musuh.

c. Hamba-hamba tersebut menawarkan diri untuk mencabut lalang tersebut.

d. Pemilik ladang menolak tawaran hamba-hamba itu sebab kedua tanaman itu bisa tercabut bersamaan.

e. Pemilik ladang menjelaskan lebih lanjut bahwa biarkan kedua tanaman tumbuh bersama sampai waktu menuai.

f. Pada waktu menuai para penuai akan mengumpulkan lalang itu dan mengikat berberkas-berkas untuk dibakar.

g. Para penuai akan mengumpulkan gandum itu ke dalam lumbung si pemilik ladang.

Survei Pustaka Sebagai rekan pembacaan, penulis memilih beberapa pakar seperti Margaret Davies,

Donald A. Hagner, Leon Morris yang menekankan aspek berbeda dari penulis. Berikut inti tafsiran mereka dan ringkasannya di bawah ini.

Margaret Davies

Menurut Davies perumpamaan ini mengajarkan tentang misi (pemberitaan Yesus tentang kedatangan Kerajaan Surga) akan menghasilkan pengikut (orang percaya). Namun, tidak setiap orang akan menjadi pengikut. Misi pasti akan berbuah (pengikut), namun tidak boleh dipisahkan dari dunia. Davies menuliskan,

“The parable offers further encouragement to disciples, crowdsand readers. In spite of the activity of an enemy, the mission would be fruitful, but they are warned not to separate followers from other people, not to form a separate clique and harm those followers. Rather they

should leave that separation to other agents at the time when the kingdom was established. ” 14 Davies juga menjelaskan pada bagian penjelasan perumpamaan menekankan aspek peristiwa eskatologis. Davies menuliskan, “The explanation serves to confirm or correct the readers’i understanding of the original parable, but it also highlights aspects of the eschatological events which had received no attention in the original parable: the son of man would send his angels and gather from his kingdom all offensive things and those who did lawlessness, and they would

throw them into the furnace of fire. ” 15 Selain itu, penjelasan perumpamaan ini mengajarkan pendirian satu Kerajaan eskatologis. Davies menuliskan, “It is more likely therefore that the explanation refers throughout to the establishment of the one eschatological kingdom through the son of man ’s command to the angels that they remove offensive things and those who did

lawlessness. ” 16

Donald A. Hagner Menurut Hagner, bagian narasi perumpamaan mengajarkan ladang yang ditabur oleh

penabur adalah ladang yang belum ideal artinya ada gandum dan lalang tumbuh bersama. Ini menggambarkan Kerajaan Allah telah datang, namun belum sampai pada waktu penghakiman eskatologis. Hagner menuliskan,

If we restrict ourselves here to the self-contained world of the parable, suspending its application until the discussion of vv 36 –43, we may at least conclude that the field sown by the man did not turn out as he desired. He had sown good seed, but an enemy had sown weeds in the same field. The result was a mixture of wheat and weeds. The solution, however, was not to

be in an immediate separating of the two. Instead, for the time being the two were to be allowed to grow together, so that the field was not an ideal field but one manifesting the contradiction of

14 Margaret Davies, Matthew (Sheffield: Sheffield Phoenix Press, 2009), 112. 15 Davies, Matthew , 112. 16 Davies, Matthew , 113.

good and bad. This state of affairs, moreover, was to remain so until the full maturity of the wheat and the time of harvest, when finally the wheat would be separated from the weeds. Then the evil would be brought to its end, and the good alone would remain. The kingdom of God

has indeed come, but it has not yet brought the eschatological judgment. 17 Selanjutnya, Hagner menyatakan bahwa zaman sekarang adalah sementara yang terdiri

atas campuran orang baik dan jahat. Pada waktunya, Kerajaan eskatologis yang sudah dimulai akan mencapai puncak pada saat penuaian atau pemisahan antara orang baik dan jahat. 18

Leon Morris

Menurut Morris pada bagian 13:24-30 menekankan tentang eskatologis. Morris menyatakan, “I i ii

ii about the admixture of those who belong to the kingdom and those who do not in the time

,i

iiyi

i i .” 19 Pada bagian 13:36-43 juga memperjelas kembali tentang eskatologis. Morris menyatakan, His reply has a marked eschatological emphasis and makes it clear that he is i

Ringkasan Davies dan Hagner menekankan pada peristiwa dalam narasi. Ada peristiwa penaburan

dan penuaian. Penaburan mengajarkan pemberitaan (Davies) dan Kerajaan Allah telah datang, namun belum sampai pada waktu penghakiman eskatologis (Hagner). Penuaian mengajarkan pemisahan orang baik dan orang jahat pada zaman eskatologis (Davies dan Hagner). Sedangkan Morris yang menekankan peristiwa eskatologis sebagai pengajaran perumpamaan lebih melihat pada sisi penuaian.

Baik Davies, Hagner dan Morris melihat perumpamaan ini pada sisi peristiwa dalam narasi yaitu penaburan dan penuaian. Sepertinya peristiwa penuaian mendapat sorotan penting. Sisi lain mereka mengabaikan peristiwa lain dalam narasi yaitu pertumbuhan. Selain itu, sisi karakter atau tokoh dalam narasi diabaikan. Penafsiran atau pembacaan yang demikian tidak utuh atau komprehensif dalam memahami perumpamaan. Analisis berikut akan mencoba membaca perumpamaan jauh lebih komprehensif dengan pendekatan bukan hanya pada sisi peristiwa tetapi juga tokoh dalam narasi perumpamaan.

Analisis Narasi Perumpamaan

Tujuan menganalisis narasi perumpamaan adalah mendapatkan tema atau pokok cerita perumpamaan. Premis/tesis dalam studi perumpamaan ini adalah gabungan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) menghasilkan tema atau pokok cerita. Analisis narasi ini akan dibagi dalam tiga tahap yaitu analisis peristiwa, tokoh dan peristiwa dan tokoh.

17 Donald A Hagner, Word Biblical Commentary: Matthew 1-13 (Dallas: Word, Incorporated, 2002), 384.

18 Lihat Hagner, Word Biblical Commentary: Matthew 1-13 , 394. 19 Leon Morris, The Gospel According to Matthew (Grand Rapids: W.B. Eerdmans, 1992), 348.

20 Morris, The Gospel According to Matthew , 355.

Analisis Peristiwa

Di dalam narasi perumpamaan, peristiwa berlangsung dari awal hingga akhir. Peristiwa awalnya adalah penaburan benih baik yaitu gandum di ladang oleh si penabur. Selain itu, di awal cerita juga ada peristiwa penaburan benih lalang di antara gandum oleh seorang musuh pada saat semua orang tidur. Peristiwa awal meliputi peristiwa nomor 1-3. Peristiwa puncak adalah pertumbuhan gandum dan lalang secara bersamaan. Peristiwa puncak meliputi peristiwa nomor 4-5. Peristiwa akhir adalah penuaian yaitu lalang dan gandum dipisahkan. Lalang dikumpulkan, diikat, dan dibakar. Gandum disimpan di dalam lumbung pemilik ladang. Peristiwa akhir dibungkus dalam dialog antara hamba-hamba pemilik ladang dengan si pemilik ladang. Perisitiwa akhir meliputi peristiwa nomor 6.

Analisis Tokoh

Tujuan analisis tokoh adalah mendapatkan karakter atau watak. Di dalam peristiwa awal terdapat tokoh utama yaitu seorang penabur dan musuh. Peristiwa puncak tidak terdapat tokoh. Peristiwa akhir terdapat beberapa tokoh yaitu hamba-hamba pemilik ladang, pemilik ladang, dan penuai. Tokoh utamanya adalah penuai. Penabur merupakan tokoh yang memberikan kesempatan sama kepada semua benih baik untuk tumbuh. Penabur membawakan karakter permulaan pertumbuhan gandum. Musuh adalah tokoh antagonis terhadap tokoh penabur. Musuh memberikan kesempatan kepada benih lalang untuk tumbuh. Musuh membawakan karakter permulaan pertumbuhan lalang. Penuai merupakan tokoh yang memisahkan tanaman gandum dan lalang dan menjalankan hasil akhir dari gandum dan lalang. Penuai membawakan karakter akhir pertumbuhan gandum dan lalang atau kondisi akhir gandum dan lalang.

Analisis Peristiwa dan Tokoh

Analisis ini menggabungkan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) sehingga menghasilkan tema atau pokok cerita. Tema ceritanya adalah kesempatan sama bertumbuh membawakan kondisi akhir yang berbeda/kontras .i“Kesempatan sama bertumbuh”imerupakan karakter yang ditonjolkan di dalam narasi. “Membawakan kondisi akhir yang kontras”imengandung unsur peristiwa awal hingga akhir di dalam narasi.

Konsep Teologis

Berdasarkan struktur perumpamaan di atas, pengajaran perumpamaan terdiri atas pembukaan dan penjelasan perumpamaan. Tema pengajaran perumpamaan adalah gabungan dari pembukaan dan penjelasan perumpamaan. Pembukaan perumpamaan menunjukkan tema pengajaran perumpamaan sama dengan tema narasi perumpamaan. Penjelasan perumpamaan memberikan penjelasan tambahan terhadap tema pengajaran perumpamaan. Jadi, tema pengajaran perumpamaan sama dengan tema narasi perumpamaan ditambah dengan penjelasan perumpamaan. Tema pengajaran ini sekaligus menjadi tema perumpamaan. Tema pengajaran perumpamaan adalah kesempatan sama bertumbuh membawakan kondisi akhir yang berbeda/kontras. Kerajaan Sorga mengajarkan tentang kesempatan sama bertumbuh namun membawakan kondisi akhir yang berbeda/kontras. Selanjutnya, apa kaitan antara tema ini dengan penjelasan perumpamaan? Penjelasan perumpamaan memberikan penjelasan tambahan terhadap tema pengajaran perumpamaan untuk menghindari pembacaan secara alegoris. Anak

manusia dan musuh adalah tokoh yang memberikan kesempatan sama kepada anak-anak Kerajaan dan si jahat untuk bertumbuh bersama di dunia. Namun, dengan jelas digambarkan bagaimana kondisi akhir mereka pada akhir zaman nanti. Perumpamaan ini mengajarkan kepada umat bahwa ada perbedaan yang sangat kontras antara anak-anak Kerajaan dan anak-anak si jahat. Perbedaan tersebut baru akan kelihatan pada akhir zaman. Anak-anak si jahat akan dicampakkan oleh para malaikat ke dalam dapur api sedangkan anak-anak Kerajaan akan bercahaya di dalam Kerajaan Sorga. Pada masa pertumbuhan tidak ada perbedaan diantara keduanya karena mendapat kesempatan sama namun pada masa penuaian hasil akhir menunjukkan perbedaan kontras. Pada masa pertumbuhan Kerajaan Sorga, baik orang jahat maupun orang benar hidup berdampingan atau bersama di dunia. Pada masa akhir zaman atau akhir dunia ini, terjadi pemisahan oleh para malaikat. Kerajaan Sorga hanya akan berisi orang benar. Jadi, perumpamaan ini menjelaskan tentang perjalanan Kerajaan Sorga mulai dari penaburan, pertumbuhan, sampai akhir pertumbuhan. Proses penaburan menjelaskan bahwa baik orang benar dan jahat diberi kesempatan untuk bertumbuh. Proses pertumbuhan menjelaskan bahwa keduanya hidup bersama di dunia. Proses akhir pertumbuhan atau penuaian menjelaskan kondisi akhir keduanya yang sangat kontras. Perumpamaan ini bukan hanya mengajarkan pemisahan antara orang benar dan jahat atau penghakiman eskatologis saja, tetapi juga bagaimana awal sampai akhir Kerajaan Sorga.

Ringkasan

Beberapa tafsiran melihat perumpamaan ini mengajarkan tentang penghakiman eskatologis. Pendekatan mereka terfokus pada masa penuaian atau akhir pertumbuhan gandum dan lalang. Menurut penulis, perumpamaan ini menekankan tiga aspek Kerajaan Sorga yaitu aspek penaburan, pertumbuhan, dan penuaian. Aspek penaburan memberikan dampak awal pertumbuhan Kerajaan Sorga. Aspek penaburan bukan hanya melibatkan gandum saja tetapi juga lalang. Hal ini menandakan kesempatan sama untuk bertumbuh. Aspek pertumbuhan menjelaskan pertumbuhan Kerajaan Sorga. Di dalam pertumbuhan Kerajaan Sorga, orang benar dan jahat hidup bersama/berdampingan di dunia. Aspek penuaian menjelaskan puncak Kerajaan Sorga. Aspek penuaian menekankan kondisi akhir yang kontras antara orang benar dan jahat. Orang jahat di dalam Kerajaan Sorga akan dipisahkan dari orang benar oleh para malaikat untuk dibuang dan dibakar di dalam dapur api sedangkan orang benar akan bercahaya di dalam Kerajaan Sorga. Aspek penuaian merupakan penghakiman eskatologis.

Aplikasi

Perumpamaan ini dengan jelas membawa pesan kepada jemaat untuk hidup sebagai orang benar. Orang benar dan jahat pada saat sekarang hidup bersama di dunia dalam suatu wadah Kerajaan Sorga. Artinya keduanya dapat hadir di mana saja termasuk di dalam gereja. Di dalam gereja belum ada pemisahan antara orang benar dan jahat. Pemisahan baru akan terjadi di saat gereja memasuki akhir zaman yaitu kedatangan Anak Manusia yang kedua kali. Perumpamaan ini memberikan peringatan kepada semua anggota gereja untuk hidup sebagai orang benar karena pada saatnya nanti akan ada penghakiman. Penghakiman menjadi semacam pemurnian gereja.

Sa pel Teks

Maius : -

Pe abura Ya g Me ghasilka

Pendahuluan Perumpamaan biji sesawi mengajarkan lebih lanjut tentang rahasia Kerajaan Surga.

Tafsiran perumpamaan ini umumnya melihat ke arah kontras yakni yang terkecil menjadi terbesar. Kerajaan Surga yang kecil akan menjadi besar dan mulia kelak. Tafsiran ini hanya fokus pada biji sesawi yang paling kecil dari semua jenis biji. Tafsiran ini mengabaikan unsur lain di dalam cerita seperti peristiwa penaburan dan pertumbuhan. Selain itu, perumpamaan ini difokuskan pada pertumbuhan. Kerajaan surga yang kecil akan bertumbuh menjadi besar. Tafsiran ini sepertinya halnya dengan Armand Barus hanya menekankan karakter penabur yang menabur dengan harapan pertumbuhan namun mengabaikan unsur lain seperti biji sesawi. Tulisan berikut mencoba melihat perumpamaan ini secara utuh atau komprehensif yakni dengan tesis karakter dan peristiwa membawakan tema perumpamaan. Tulisan ini mencoba untuk meresponi dan memberikan satu tafsiran baru yang berbeda dengan Barus. Berikut analisis perumpamaan ini dengan tesis karakter dan peristiwa sebagai pembawa tema perumpamaan.

Teks 21

31 Ἄλληνiπαραβολbνiπαρέθηκενiαὐτοῖςiλέγων,iὉμοίαiἐστὶνiἡ βασιλείαiτῶνiοὐρανῶνiκόκκῳ σινάπεως,iὃνi λαβὼνiἄνθρωποςiLσπειρενiἐνiτῷ ἀγρῷ αὐτοῦ·

32 ὃ μικρότερονiμένiἐστινiπάντωνiτῶνiσπερμάτων,iὅτανiδὲ αὐξηθῇ μεῖζονiτῶνiλαχάνωνiἐστὶνiκαὶ γίνεταιi δένδρον,iὥστεiἐλθεῖνiτὰ πετεινὰ τοῦ οὐρανοῦ καὶ κατασκηνοῦνiἐνiτοῖςiκλάδοιςiαὐτοῦ.

Penelitian Naskah

Teks Matius 13:31-32 adalah teks Yunani yang stabil menurut UBS4 dan NA 27 karena tidak memperlihatkan adanya masalah tekstual yang memerlukan penelitian naskah.

Terjemahan Literal

31 Dia menceritakan sebuah perumpamaan lain kepada mereka dengan berkata, “Kerajaan Surga adalah seperti sebuah biji sesawi yang seseorang mengambilnya dan menaburkannya di ladangnya; 32

yang paling kecil dari semua biji, tetapi ketika biji itu ditumbuhkan, dia adalah tanaman sayuran terbesar dan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang dan membuat sarang di cabang-cabangnya. ”i

Terjemahan Dinamis

31 Yesus menceritakan sebuah perumpamaan lain kepada murid-murid-Nya. Yesus berkata, “Hal Kerajaan Surga diumpamakan cerita berikut. Ada seorang petani mengambil dan menabur

sebuah biji sesawi di ladangnya. 32 Biji itu adalah paling kecil dari semua biji. Namun, ketika biji

21 Teks versi GNT atau UBS4.

itu sudah tumbuh, dia bisa menjadi sebuah tanaman sayuran terbesar dari semua tanaman sayuran yang ada. Bahkan, dia menjadi sebuah pohon sehingga banyak burung di udara datang dan membuat sarang di cabang-cabang pohon tersebut. ”

Struktur Perumpamaan

Perumpamaan di atas dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:

A. Pengajaran Perumpamaan: - Pembukaan perumpamaan: Kerajaan Surga sama seperti narasi perumpamaan.

B. Narasi Perumpamaan: - Cerita yang dibangun dari peristiwa-peristiwa berikut ini:

1. Ada seorang petani mengambil sebuah biji sesawi yang paling kecil dari semua biji.

2. Petani itu menaburkan biji tersebut di ladangnya.

3. Biji itu bertumbuh menjadi tanaman sayuran terbesar di antara tanaman sayuran yang lain.

4. Tanaman itu menjadi sebuah pohon.

5. Banyak burung-burung di udara datang dan membuat sarang di cabang-cabang pohon tersebut.

Survei Pustaka 22 Sejarah penafsiran perumpamaan ini umumnya dibagi atas 2 tafsiran utama. Pertama,

beberapa penafsir seperti Joachim Jeremias, Hagner, Craig Blomberg, Gundry, dan Davies- Allison menafsirkan perumpamaan ini sebagai perumpamaan kontras. Hal ini disebabkan fokus perumpamaan diarahkan pada perubahan yang terjadi pada benih sesawi. Suatu kontras benih terkecil menjadi tanaman pohon tempat burung-burung bersarang. Penafsiran alegoris masih terus dijumpai. Gundry mengikui Jeremias, menafsirkan burung-burung pada bangsa-bangsa di dunia bahkan penabur biji sesawi dipahami sebagai Yesus. Hagner menolak penafsiran burung- burung menunjuk pada orang-orang bukan Yahudi karena burung-burung disebutkan untuk memperlihatkan kekuatan tanaman sesawi tersebut. Kedua, Armand Barus menghindari pembacara alegoris dan melihat perumpamaan penabur biji sesawi bukan sebagai perumpamaan kontras karena fokus perumpamaan diarahkan pada karakter sebagai dramatis personae. Di dalam perumpamaan penabur biji sesawi terdapat satu karakter yakni penabur biji sesawi (ayat 31). Dengan demikian pokok ajaran yang termuat dalam perumpamaan dibawa oleh penabur biji sesawi. Pokok ajaran tersebut adalah penaburan benih yang kecil. Penabur menabur benih yang dianggap paling kecil (ayat 32). Tetapi ternyata benih kecil tersebut bertumbuh menjadi besar. Pokok ajaran perumpamaan adalah penaburan benih terkecil. Benih terkecil yang ditabur pasti bertumbuh. Pertumbuhan benih jelas di luar jangkauan penabur. Benih bertumbuh secara luar biasa dari biji kecil hingga tanaman besar dan kuat. Penabur tidak perlu kuatir meski benih yang ditaburnya sangat kecil. Benih sesawi yang kecil dalam proses pertumbuhan sesawi. Penabur tahu bahwa pertumbuhan benih tidak dapat dikendalikannya. Tetapi penabur sadar dan berharap bahwa benih yang ditabur sekecil apapun akan bertumbuh. Penabur tidak melihat

22 Armand Barus telah melakukan sejumlah tinjauan pustaka yang komprehensif di sini. Lihat Armand Barus, “Kontras atau Pertumbuhan?: Matius 13:31- ,”i Diktat Kuliah Eksposisi Perumpamaan

(STTRII: 2007): 1-8.

kenyataan biji sesawi sekarang namun melihat masa depan biji sesawi yang ditaburnya. Penabur membawa tema pengharapan. Penabur menabur biji sesawi karena yakin bahwa pada diri biji sesawi memuat kuasa untuk bertumbuh menjadi besar dan kuat. Demikian juga halnya dengan Kerajaan Allah. Pada diri Kerajaan Allah tersimpan kuasa dalam dirinya sendiri untuk menjadi besar meski awalnya kecil dan tidak berarti. Tanpa perlu campur tangan manusia, Kerajaan Allah akan bertumbuh besar. Inilah rencana Allah sejak dunia dijadikan (13:35). Perumpamaan ini bukan perumpamaan kontras tetapi perumpamaan pengharapan akan pertumbuhan. Perumpamaan sedang menyingkapkan pengharapan Kerajaan Allah menjadi besar. Permulaan yang kecil namun akhir yang besar dan kuat tidak menyatakan kontras melainkan adanya pengharapan. Gagasan kontras melemahkan konsep kekinian dan keakanan Kerajaan Allah. Sementara gagasan pengharapan menjaga ketegangan keduanya ( already- not yet).

Analisis Perumpamaan Tujuan menganalisis narasi perumpamaan adalah mendapatkan tema atau pokok cerita

perumpamaan. Premis/tesis dalam studi perumpamaan ini adalah gabungan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) menghasilkan tema atau pokok cerita. Analisis narasi ini akan dibagi dalam tiga tahap yaitu analisis peristiwa, tokoh dan peristiwa dan tokoh.

Analisis Peristiwa

Di dalam narasi perumpamaan, peristiwa berlangsung dari awal sampai akhir. Peristiwa awal adalah penaburan biji sesawi yang paling kecil. Selanjutnya, peristiwa awal bergerak ke perumitan atau puncak cerita yaitu biji sesawi tumbuh menjadi tanaman sayuran dan bahkan menjadi pohon. Dan peristiwa akhir adalah banyak burung di udara datang dan membuat sarangnya di pohon tersebut. Peristiwa awal sampai akhir adalah peristiwa penaburan, pertumbuhan, dan hasil atau dampak.

Analisis Tokoh Di dalam narasi perumpamaan hanya ada satu tokoh yaitu seorang petani sesawi. Yang

dilakukan petani itu adalah mengambil biji sesawi yang paling kecil dan menaburkannya di ladang. Petani merupakan tokoh sentral di dalam peristiwa awal cerita. Selanjutnya, di dalam peristiwa pertumbuhan dan hasil atau dampak, petani tidak melakukan peranan apapun. Biji sesawi yang paling kecil memiliki potensi di dalam dirinya untuk bertumbuh menjadi tanaman sayur yang besar atau bahkan menjadi pohon. Ini adalah gambaran pertumbuhan berdasarkan potensi yang dimiliki. Tidak adanya peranan petani di dalam peristiwa pertumbuhan menunjukkan petani tahu bahwa biji itu memiliki kemampuan bertumbuh berdasarkan potensi

yang dimiliki. Petani hanya cukup berusaha menabur biji itu di ladang dengan benar. 23 Biji

23 Bandingkan dengan Barus yang menyatakan bahwa petani memiliki pengharapan akan pertumbuhan. Menurut penulis, pertumbuhan di sini adalah suatu proses yang pasti bukan lagi suatu

pengharapan oleh karena potensi biji yang dimiliki untuk bertumbuh menjadi besar. Biji sesawi yang terkecil dari semua biji menjadi tanaman sayuran terbesar dari semua tanaman sayuran yang ada menunjukkan potensi besar di dalam biji tersebut bukan pengharapan atau kontras. Kecil menjadi besar memang adalah suatu gambaran kekontrasan, namun penekanannya bukan pada kekontrasannya melainkan pada potensi besar yang dimiliki. Potensi yang dimiliki akan menjadi sia-sia, jika kita pengharapan oleh karena potensi biji yang dimiliki untuk bertumbuh menjadi besar. Biji sesawi yang terkecil dari semua biji menjadi tanaman sayuran terbesar dari semua tanaman sayuran yang ada menunjukkan potensi besar di dalam biji tersebut bukan pengharapan atau kontras. Kecil menjadi besar memang adalah suatu gambaran kekontrasan, namun penekanannya bukan pada kekontrasannya melainkan pada potensi besar yang dimiliki. Potensi yang dimiliki akan menjadi sia-sia, jika kita

Analisis Peristiwa dan Tokoh

Dalam analisis ini kita akan mendapatkan tema narasi perumpamaan. Tema dibangun dari peristiwa dan karakter. Peristiwa di dalam narasi di atas adalah peristiwa penaburan, pertumbuhan, dan hasil atau dampak. Karakter yang menonjol adalah karakter petani yang menabur. Jadi, tema narasi perumpamaan ini adalah penaburan yang pasti memberikan hasil atau dampak. Kata “penaburan”imenjadi karakter utama, “yang pasti memberikan”imenunjukkan peristiwa pertumbuhan yang pasti oleh karena potensi biji sesawi itu, dan “hasil atau dampak”i menunjukkan peristiwa akhir cerita.

Konsep Teologis Berdasarkan struktur perumpamaan di atas, bagian pengajaran perumpamaan hanya

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Siapakah "Fulanan" Dalam Surah Al-Furqan Ayat 28?

5 75 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65