Belas Kasiha Ya g Tidak Diterapka Me data gka Huku a

Belas Kasiha Ya g Tidak Diterapka Me data gka Huku a

Pendahuluan

Kehidupan manusia pada zaman sekarang semakin penuh persaingan di dalam berbagai bidang hidup manusia. Dalam situasi yang demikian, timbulnya konflik antar manusia menjadi sangat rentan. Kebutuhan pengampunan menjadi sangat penting di sini demi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Belas kasihan kepada sesama manusia menjadi syarat mutlak di dalam pengampunan. Tanpa belas kasihan, maka hal yang mustahil bagi manusia untuk memberikan pengampunan. Hal ini sangat disadari oleh Matius. Dia menjadi satu-satunya penulis Injil yang menuliskan perumpamaan Tuhan Yesus tentang belas kasihan di dalam teks 18:23-35. Matius ingin mengajarkan kepada jemaatnya bahwa kebutuhan belas kasihan kepada sesama menjadi

sangat penting di tengah situasi konflik. 50 Tulisan ini lahir karena penulis juga melihat kehidupan manusia zaman sekarang membutuhkan belas kasihan.

Selain itu, penulis juga melihat bahwa mayoritas penafsir menafsirkan perumpamaan Matius 18:23-35 adalah pengajaran tentang pengampunan tanpa batas. Berikut, penulis menuliskan secara singkat sejarah penafsiran mereka. 51 Pertama, perumpamaan pengampunan mengajarkan tentang Allah (dimensi teologis) (J. Jeremias, 52 E. Schweizer, 53 R. Schnackenburg 54 ). Kedua, perumpamaan pengampunan mengajarkan tentang moralitas warga Kerajaan Surga (dimensi etis) (E. Linnemann, 55 F. D. Bruner, 56 A. J. Hultgren, 57 C. L. Blomberg 58 ). Ketiga, perumpamaan pengampunan mengajarkan tentang Allah dan moralitas warga Kerajaan Surga (dimensi teologis dan etis) (Armand Barus 59 ). Penafsir yang cukup melihat pengajaran perumpamaan ini secara komprehensif adalah Barus. Berikut, penulis memberikan ringkasan penafsiran Barus.

Menurut Barus dengan tesis karakter sebagai pembawa tema perumpamaan, pesan utama perumpamaan adalah pengampunan tanpa batas. Pesan utama ini dibandingkan dengan karakter Allah. Ayat 35 merupakan penjelasan perumpamaan. Allah mengampuni manusia tanpa batas dan menuntut agar pengampunan menjadi ciri utama umat-Nya. Allah akan menghukum orang Kristen yang sudah diampuni tetapi tidak mau mengampuni orang lain. Istilah saudara

50 Lihat juga S. B. Hakh, Ketegaran Menghadapi Krisis Identitas (Jakarta: STT Jakarta, 2004), 183- 218.

51 Lihat juga artikel Armand Barus, “Bila Pengampunan Tidak Ada: Matius 18:23- ,”i Diktat Kuliah Eksposisi Perumpamaan (Jakarta: STTRII, 2007): 6-10.

52 Lihat Joachim Jeremias, The Parables of Jesus (London: SCM, 1963), 30, 210-13. 53 Lihat E. Schweizer, The Good News according to Matthew (Atlanta: John Knox, 1975), 376. 54 Lihat R. Schnackenburg, The Gospel of Matthew (Grand Rapids: Eerdmans, 2002), 180-81. 55 Lihat E. Linnemann, Parables of Jesus (London: SPCK, 1966), 111-13.

56 Lihat F. D. Wenham, Matthew (Grand Rapids: Eerdmans, 2004), 13-28, 244-46. 57 Lihat A. J. Hultgren, The Parables of Jesus (Grand Rapids: Eerdmans, 2000), 32. 58 Lihat C. L. Blomberg, Interpreting the Parables (Downers Grove: InterVarsity Press, 1990), 242. 59 Lihat Barus, “Bila Pengampunan Tidak Ada: Matius 18:23- ,”i -15.

(adelphos) dalam 18:35 yang menunjuk pada anggota jemaat menegaskan bahwa hukuman diberikan pada orang Kristen bukan pada orang non-Kristen. Pada dasarnya perumpamaan pengampunan mengajarkan bahwa murid Yesus diampuni tanpa batas untuk mengampuni. Bila tidak mau mengampuni Allah akan menghukumnya. Murid Yesus harus terus menerus mengampuni jika tidak ingin dihukum Allah. Hidup dengan pengampunan berarti hidup tanpa

hukuman Allah. 60 Barus menegaskan bahwa pengampunan tanpa batas ini melihat Allah dan warga Kerajaan Surga sebagai subjek sehingga ada penekanan pada dimensi teologis dan etis. 61 Perumpamaan mengajarkan moralitas murid-murid sebagai warga Kerajaan Surga dipraktikkan dalam hidup karena dorongan motivasi teologis. Perumpamaan berbicara tentang moralitas dengan fondasi teologis. Dengan demikian, penafsiran perumpamaan harus terhindar dari dua

macam kesimpulan yang keliru yakni penekanan hanya pada dimensi teologis atau etis. 62 Ringkasnya, Barus menegaskan bahwa perumpamaan ini adalah pengajaran tentang pengampunan tanpa batas dengan penekanan pada karakter. Pembacaan berikut akan berbeda membaca perumpamaan ini. Penulis akan membuktikan bahwa perumpamaan ini mengajarkan tentang belas kasihan sebagai syarat mutlak melakukan pengampunan. Pembacaan akan diarahkan pada analisis tokoh (karakter) dan peristiwa (yang meliputi prolog (mulai cerita) –> konflik (puncak/perumitan cerita) –> epilog (akhir cerita)) sebagai pembawa tema utama perumpamaan. Penafsir seperti Barus mengabaikan peristiwa di dalam cerita. Penulis akan menggabungkan antara tokoh dan peristiwa untuk mendapatkan tema cerita.

Pembacaan yang berbeda ini adalah untuk menambah khazanah penafsiran di dalam sejarah penafsiran perumpamaan ini dan juga hendak mengajak pembaca melihat cara pengampunan yang terbaik yang ditawarkan di dalam perumpamaan ini.

Tulisan ini akan dimulai dari penelitian naskah, terjemahan literal, dan terjemahan dinamis. Selanjutnya, penulis akan menulis: struktur perumpamaan, analisis narasi perumpamaan, konsep teologis, ringkasan, dan aplikasi bagi pembaca kontemporer.

Teks 63

23 mιὰ τοῦτοiὡμοιώθηiἡ βασιλείαiτῶνiοὐρανῶνiἀνθρώπῳ βασιλεῖ, ὃςiSθέλησενiσυνᾶραιiλόγονiμετὰ τῶνi δούλωνiαὐτοῦ. 24 ἀρξαμένουiδὲ αὐτοῦ συναίρεινiπροσηνέχθηiαὐτῷ εἷςiὀφειλέτηςiμυρίωνiταλάντων.

25 μb Lχοντοςiδὲ αὐτοῦ ἀποδοῦναιiἐκέλευσενiαὐτὸνiὁ κύριοςiπραθcναιiκαὶ τbνiγυναῖκαiκαὶ τὰ τέκναiκαὶ

πάνταiὅσα Lχει,iκαὶ ἀποδοθcναι. 26 πεσὼνiοὖνiὁ δοῦλοςiπροσεκύνειiαὐτῷ λέγων,iuακροθύμησονiἐπ᾽ ἐμοί, καὶ πάνταiἀποδώσωiσοι. 27 σπλαγχνισθεὶςiδὲ ὁ κύριοςiτοῦ δούλουiἐκείνουiἀπέλυσενiαὐτὸνiκαὶ τὸ δάνειονi ἀφcκενiαὐτῷ. 28 ἐξελθὼνiδὲ ὁ δοῦλοςiἐκεῖνοςiεὗρενiἕναiτῶνiσυνδούλωνiαὐτοῦ, ὃςiὤφειλενiαὐτῷ ἑκατὸνi δηνάρια,iκαὶ κρατaσαςiαὐτὸνiLπνιγενiλέγων,iἈπόδοςiεἴ τιiὀφείλεις. 29 πεσὼνiοὖνiὁ σύνδουλοςiαὐτοῦ παρεκάλειiαὐτὸνiλέγων,iuακροθύμησονiἐπ᾽ ἐμοί,iκαὶ ἀποδώσωiσοι. 30 ὁ δὲ οὐκiTθελενiἀλλὰ ἀπελθὼνi Lβαλενiαὐτὸνiεἰςiφυλακbνiἕωςiἀποδῷ τὸ ὀφειλόμενον. 31 ἰδόντεςiοὖνiοἱ σύνδουλοιiαὐτοῦ τὰ γενόμεναi ἐλυπaθησανiσφόδραiκαὶ ἐλθόντεςiδιεσάφησανiτῷ κυρίῳ ἑαυτῶνiπάνταiτὰ γενόμενα. 32 τότεi προσκαλεσάμενοςiαὐτὸνiὁ κύριοςiαὐτοῦ λέγειiαὐτῷ,imοῦλεiπονηρέ,iπᾶσανiτbνiὀφειλbνiἐκείνηνiἀφcκά σοι,iἐπεὶ παρεκάλεσάςiμε· 33 οὐκiLδειiκαὶ σὲ ἐλεcσαιiτὸνiσύνδουλόνiσου,iὡςiκἀγὼ σὲ Sλέησα; 34 καὶ

60 Lihat Barus, “Bila Pengampunan Tidak Ada: Matius 18:23- ,”i .i 61 Lihat Barus, “Bila Pengampunan Tidak Ada: Matius 18:23- ,”i -10.

62 Lihat Barus, “Bila Pengampunan Tidak Ada: Matius 18:23- ,”i .i 63 Versi GNT atau UBS4.

ὀργισθεὶςiὁ κύριοςiαὐτοῦ παρέδωκενiαὐτὸνiτοῖςiβασανισταῖςiἕωςiοὗ ἀποδῷ πᾶνiτὸ ὀφειλόμενον. 35 Οὕτωςi καὶ ὁ πατaρiμουiὁ οὐράνιοςiποιaσειiὑμῖν,iἐὰνiμb ἀφcτεiἕκαστοςiτῷ ἀδελφῷ αὐτοῦ ἀπὸ τῶνiκαρδιῶν ὑμῶν.

Penelitian Naskah Ayat 26. Kata λέγων oleh UBS4 dikategorikan {A} berarti teks ini secara yakin dapat

dikatakan asli. Varian lain seperti λέγων, Kύριε tidak dianggap asli karena bacaan ini lebih panjang sehingga kemungkinan besar ditambahkan oleh penyalin pada waktu itu. 64

Terjemahan Literal

23 Oleh karena itu, Kerajaan Surga sama seperti seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan pelayan-pelayannya. 24 Ketika ia mulai menghitung, seorang penghutang

diperhadapkan kepadanya sebesar 10 ribu talenta. 25 Namun, si penghutang tidak memiliki apa- apa untuk melunasi, raja itu memerintahkan dia untuk dijual beserta istri dan anak-anaknya serta seluruh yang dia miliki untuk melunasi hutangnya. 26 Maka pelayan itu menyembah dia dengan bersujud di hadapannya dan berkata, “Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskan segala hutangku kepadamu. ”i 27 Selanjutnya, raja dari pelayan itu membebaskannya dan membatalkan hutangnya karena digerakkan oleh belas kasihan. 28 Namun, ketika pelayan itu keluar, dia bertemu satu dari rekan-rekan pelayannya, rekan pelayan itu berhutang kepada pelayan itu seratus dinar, dan pelayan itu mencekiknya dengan cara menangkap dan berkata,

“Bayarlah apapun hutangmu.” 29 Maka rekan pelayan itu memohon sangat dengan bersujud di hadapannya dan berkata, “Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskannya kepadamu.”i 30

Tetapi pelayan itu tidak menginginkannya dan pergi menyerahkannya ke dalam penjara sampai dia melunaskan hutangnya. 31 Maka ketika rekan-rekan pelayannya melihat apa yang terjadi sangat bersedih dan mereka pergi melaporkan kepada rajanya segala yang terjadi. 32 Selanjutnya, raja itu memanggil pelayan itu dan berkata kepadanya, “Hai pelayan jahat, semua hutangmu itu telah aku hapuskan untukmu karena engkau memohon sangat kepadaku; 33 dan tidak seharusnyakah kamu berbelas kasihan kepada rekan pelayanmu seperti aku berbelas kasihan kepadamu? ”i 34 Dan raja itu marah dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo sampai dia melunaskan semua hutangnya. 35 Maka, Bapa-Ku yang di surga akan berbuat dengan cara seperti ini kepadamu, jika kamu masing-masing tidak mengampuni saudara-saudarimu dari hatimu.

Terjemahan Dinamis

23 Oleh karena itu, Hal Kerajaan Surga diumpamakan seperti cerita berikut. Ada seorang raja hendak mengadakan perhitungan terhadap pegawai-pegawainya. 24 Di tengah perhitungan, raja

itu menemukan seorang pegawainya berhutang sebesar 10.000 talenta. 25 Namun, si pegawai itu tidak memiliki uang untuk melunasi hutangnya kepada raja. Lalu, raja itu memberikan perintah kepadanya: jual dirimu, keluargamu, dan seluruh hartamu untuk melunasi hutangmu. 26 Mendengar hal ini, lalu si pegawai itu langsung menyembah dan bersujud di hadapan raja. Si

64 Lihat juga Metzger, Textual Commentary on the Greek New Testament (New York: American Bible Society, 1994), 37.

pegawai memohon dengan sangat kepada raja dengan berkata, “Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskan semua hutangku kepadamu. ”i 27 Melihat hal tersebut, si raja berbelas kasihan kepadanya sehingga membebaskan dan membatalkan semua hutangnya. Si pegawai itu pun bebas sekarang. 28 Namun, ketika dia keluar, dia bertemu dengan rekan sesama pegawai yang berhutang 100 dinar. Si pegawai langsung datang menangkap dan mencekiknya. Si pegawai itu berkata, “Bayarlah semua hutangmu kepadaku.”i 29 Lalu, rekan pegawai itu pun bersujud dan memohon dengan sangat kepadanya. Katanya, “Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskan semua hutangku kepadamu. 30 ”i Namun, si pegawai itu menolak permohonannya dan menjebloskan rekannya itu ke dalam penjara sampai dia bisa melunaskan semua hutangnya.

31 Peristiwa ini dilihat oleh rekan-rekan lain pegawai itu. Mereka menjadi sangat sedih. Lalu, mereka melaporkan peristiwa tersebut kepada rajanya. 32-33 Setelah mendengar laporan tersebut,

si raja langsung memanggil si pegawai tersebut. Si raja berkata kepadanya, “Hai kamu pegawai yang tidak berbelas kasihan, bukankah seharusnya kamu berbelas kasihan kepada rekanmu itu

seperti aku telah berbelas kasihan kepadamu? 34 ”i Akhirnya raja itu pun murka kepadanya dan menghukum dia dengan menyerahkanya kepada algojo-algojo sampai dia bisa melunaskan semua hutangnya. 35 Bapa di surga akan melakukan hal yang sama kepadamu jikalau kamu masing-masing tidak mengampuni saudara-saudarimu dari segenap hidupmu.

Struktur Perumpamaan

Perumpamaan di atas dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:

A. Pengajaran Perumpamaan: - Pembukaan perumpamaan: Hal Kerajaan Surga sama seperti narasi perumpamaan - Penjelasan perumpamaan: Hal yang sama Bapa di surga akan lakukan kepadamu:

Jikalau kamu masing-masing tidak mengampuni saudara- saudarimu dari segenap hidupmu.

B. Narasi Perumpamaan: - Cerita yang dibangun dari peristiwa-peristiwa berikut ini:

1. Ada seorang raja hendak mengadakan perhitungan terhadap pegawai- pegawainya.

2. Di tengah perhitungan, raja itu menemukan seorang pegawainya berhutang sebesar 10.000 talenta.

3. Si pegawai itu tidak memiliki uang untuk melunasi hutangnya kepada raja.

4. Raja itu memberikan perintah kepadanya: jual dirimu, keluargamu, dan seluruh hartamu untuk melunasi hutangmu.

5. Mendengar hal ini, lalu si pegawai tu langsung menyembah dan bersujud di hadapan raja.

6. Si pegawai memohon dengan sangat kepada raja dengan berkata, “Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskan semua hutangku kepadamu. ”i

7. Melihat hal tersebut, si raja berbelas kasihan kepadanya sehingga membebaskan dan membatalkan semua hutangnya.

8. Si pegawai itu pun bebas sekarang.

9. Ketika pegawai itu keluar, dia bertemu dengan rekan sesama pegawai yang berhutang 100 dinar.

10. Si pegawai langsung datang menangkap dan mencekiknya.

11. Si pegawai itu menagih hutangnya.

12. Rekan pegawai itu pun bersujud dan memohon dengan sangat kepadanya. Katanya, “Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskan semua hutangku kepadamu. ”

13. Si pegawai itu menolak permohonannya dan menjebloskan rekannya itu ke dalam penjara sampai dia bisa melunaskan semua hutangnya.

14. Rekan-rekan lain pegawai itu melihat peristiwa tersebut.

15. Mereka menjadi sangat sedih.

16. Mereka melaporkan peristiwa tersebut kepada rajanya.

17. Setelah mendengar laporan tersebut, si raja langsung memanggil si pegawai tersebut.

18. Si raja berkata kepadanya, “Hai kamu pegawai yang tidak berbelas kasihan, bukankah seharusnya kamu berbelas kasihan kepada rekanmu itu seperti aku telah berbelas kasihan kepadamu? ”

19. Akhirnya raja itu pun murka kepadanya dan menghukum dia dengan menyerahkanya kepada algojo-algojo sampai dia bisa melunaskan semua hutangnya.

Analisis Narasi Perumpamaan Tujuan menganalisis narasi perumpamaan adalah mendapatkan tema atau pokok cerita

perumpamaan. Tesis di dalam studi perumpamaan ini adalah gabungan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) menghasilkan tema atau pokok cerita. Analisis narasi ini akan dibagi dalam tiga tahap yaitu analisis peristiwa, tokoh, dan peristiwa dan tokoh.

Analisis Peristiwa Berdasarkan peristiwa-peristiwa di dalam narasi perumpamaan di atas, cerita ini dapat

dibagi menjadi 3 episode.

1. Episode pertama dibagi menjadi: - peristiwa awal: peristiwa nomor 1-2 - peristiwa puncak: peristiwa nomor 3-6 - peristiwa akhir: peristiwa nomor 7-8

2. Episode kedua dibagi menjadi: - peristiwa awal: peristiwa nomor 9 - peristiwa puncak: peristiwa nomor 10-12 - peristiwa akhir: peristiwa nomor 13

3. Episode ketiga dibagi menjadi: - peristiwa awal: peristiwa nomor 14-16 - peristiwa puncak: peristiwa nomor 17-18 - peristiwa akhir: peristiwa nomor 19

Episode pertama adalah peristiwa penagihan dan pembebasan hutang karena belas kasihan. Episode kedua adalah peristiwa yang tidak menunjukkan atau menerapkan belas Episode pertama adalah peristiwa penagihan dan pembebasan hutang karena belas kasihan. Episode kedua adalah peristiwa yang tidak menunjukkan atau menerapkan belas

Analisis Tokoh

Tokoh-tokoh di dalam kisah terdiri atas: raja, pegawai, rekan pegawai, rekan-rekan pegawai, anak dan isteri pegawai, dan algojo-algojo. Analisis tokoh akan difokuskan kepada tokoh yang memiliki lakuan bertujuan. Dalam hal ini, tokoh-tokoh tersebut adalah raja, pegawai, rekan pegawai, dan rekan-rekan pegawai. Di dalam episode pertama di atas, tokoh raja adalah tokoh utama. Episode kedua, tokoh pegawai adalah tokoh utama. Episode ketiga, tokoh raja adalah tokoh utama. Jadi, tokoh raja dan pegawai adalah tokoh utama atau sentral di dalam narasi ini dan tokoh rekan pegawai serta rekan-rekan pegawai adalah tokoh penentang dan pembantu. Tokoh raja memiliki karakter utama sebagai tokoh yang penuh belas kasihan. Episode pertama menunjukkan karakter belas kasihan dan dipertegas kembali di episode ketiga yang memberikan penghukuman kepada orang yang tidak membagikan belas kasihan. Tokoh pegawai memiliki karakter utama sebagai tokoh tidak punya belas kasihan sama sekali walaupun dia sudah menerima belas kasihan dari raja. Tokoh rekan pegawai merupakan penentang tokoh pegawai. Tokoh rekan-rekan pegawai merupakan pembantu tokoh raja.

Analisis Peristiwa dan Tokoh

Dalam analisis ini penulis akan memberikan tema narasi perumpamaan. Tema dibangun dari peristiwa dan karakter. Peristiwa di dalam narasi di atas adalah peristiwa menerima belas kasihan dan tidak menerapkannya mendatangkan hukuman. Karakter utama di dalam tokoh adalah belas kasihan. Jadi, tema cerita ini adalah belas kasihan yang tidak diterapkan mendatangkan hukuman. “Belas kasihan”imerupakan karakter utama dari para tokoh. “Yang tidak diterapkan ”imenunjukkan peristiwa awal sampai puncak yaitu menerima belas kasihan namun tidak dibagikan kepada orang lain. “Hukuman”imenunjukkan peristiwa akhir cerita.

Konsep Teologis

Berdasarkan struktur perumpamaan di atas, pengajaran perumpamaan terdiri atas pembukaan dan penjelasan perumpamaan. Tema pengajaran perumpamaan adalah gabungan dari pembukaan dan penjelasan perumpamaan. Pembukaan perumpamaan menunjukkan tema pengajaran perumpamaan sama dengan tema narasi perumpamaan. Penjelasan perumpamaan memberikan penjelasan tambahan terhadap tema pengajaran perumpamaan. Jadi, tema pengajaran perumpamaan sama dengan tema narasi perumpamaan ditambah dengan penjelasan perumpamaan. Tema pengajaran ini sekaligus menjadi tema perumpamaan. Tema pengajaran perumpamaan adalah belas kasihan yang tidak diterapkan mendatangkan hukuman. Lalu, apa kaitannya dengan tambahan penjelasan perumpamaan tentang pengampunan dari segenap hati? Belas kasihan merupakan cara atau solusi untuk melakukan pengampunan dari segenap hati. Konteks perumpamaan ini adalah pertanyaan Rasul Petrus tentang pengampunan (Matius 18:21-

22) dan penjelasan perumpamaan kembali menegaskan tentang pengampunan . Isi atau tema perumpamaan adalah solusi untuk melakukan pengampunan. Pembukaan perumpamaan dengan kata “oleh karena itu”imenghubungkan teks Matius 18:21-23 dan Matius 18:23-35. Tuhan Yesus 22) dan penjelasan perumpamaan kembali menegaskan tentang pengampunan . Isi atau tema perumpamaan adalah solusi untuk melakukan pengampunan. Pembukaan perumpamaan dengan kata “oleh karena itu”imenghubungkan teks Matius 18:21-23 dan Matius 18:23-35. Tuhan Yesus

Diberi belas kasih untuk membagikan belas kasih dalam wujud pengampunan tanpa batas menjadi ajaran pokok dari Matius 18:21-35. Jika umat Allah melanggar, tidak mengampuni, maka penghukuman telah tersedia. Hal ini berarti menuntut umat Allah untuk senantiasa memiliki hati yang penuh belas kasih. Tanpa hati yang penuh belas kasih maka pengampunan tidak akan terjadi dan penghukuman telah menanti.

Ayat 27, kata belas kasih “splagnizomai”idigerakkan oleh belas kasihan sehingga mengalami atau memiliki belas kasihan terhadap seseorang. Di dalam tulisan Matius seperti di 9:36; 14:14; 15:32; 20:34 yang menjadi subjek belas kasih adalah Yesus dan objek dari belas kasih adalah orang-orang banyak yaitu mereka yang lemah, terlantar, sakit, dan lapar. Rasul Matius mau mengajarkan bahwa lihat teladan Yesus di dalam perbuatan berbelas kasih dengan cara membimbing atau menjadi gembala, menyembuhkan, memberi pemuasan kebutuhan jasmani. Perbuatan berbelas kasih yang dilakukan oleh Yesus dilakukan berbagai cara. Dua kebutuhan pokok dipenuhi atau diperhatikan Yesus yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Di dalam konteks pasal 18 atau perumpamaan ini, belas kasihan yang diberikan berakhir dalam wujud pengampunan tanpa batas. Ini memperkaya wujud belas kasihan. Belas kasihan bisa dilakukan dalam wujud membimbing, memberi makan, menyembuhkan, dan bahkan mengampuni tanpa batas. Jemaat harus belajar berbelas kasih dengan mengikuti teladan yang ditunjukkan oleh Yesus. Belajar berbelas kasih adalah belajar dari perbuatan yang dilakukan oleh Yesus.

Perhatikan ayat 33, kata “eleew”iartinya juga berbelas kasih. Di dalam tulisan Matius seperti di 9:27; 15:22; 17:15; 20:30,31 mengajarkan kepada jemaat untuk meminta belas kasih atau memohon belas kasih kepada Yesus. Mengapa kepada Yesus? Karena Yesus yang empunya belas kasih. Dia adalah sumber belas kasih. Apa buktinya? Buktinya adalah Yesus mampu membagikan belas kasih itu kepada orang-orang yang membutuhkan dalam berbagai cara. Matius 5:7 mengajarkan buah berbelas kasih adalah mendapatkan belas kasih. Ada relasi mutualisme yang saling menguntungkan. Kesimpulannya: meminta atau memohon belas kasih kepada Yesus, maka kita akan diberi belas kasih, dan belas kasih yang kita peroleh kita bagikan kepada orang lain yang membutuhkan dan sebagai buahnya kita memperoleh belas kasih dari mereka.

Ringkasan Belajar berbelas kasih kasih kepada Yesus dengan cara memohon atau meminta belas

kasih kepada Yesus maka akan diberikan belas kasih. Belas kasih yang diberikan wajiblah kasih kepada Yesus maka akan diberikan belas kasih. Belas kasih yang diberikan wajiblah

Aplikasi

Perumpamaan di atas mengajarkan satu hal penting bagi kehidupan orang percaya masa kini yaitu memiliki hati berbelas kasih. Konteks kehidupan jemaat saat ini begitu kompleks. Persaingan di segala bidang kehidupan memacu kita bersikap achievement oriented dan pelahan- lahan melupakan relasi antar manusia. Manusia memandang sesamanya seperti I-it – meminjam istilah dari Martin Buber. Sisi kemanusiaan terkikis oleh perkembangan zaman. Sehingga banyak orang di sekitar kita hidup dalam berbagai tekanan, depresi, kekosongan, kesepian, dan absurditas. Manusia saling berlomba mencapai target atau visi tertentu dan tidak sadar melukai dan mengorbankan manusia yang lain. Manusia sekarang tidak atau kurang mengalami kehangatan relasi antar personal manusia itu sendiri. Di tengah situasi kehidupan yang semakin kompleks, melalui tulisan ini penulis mengajak pembaca berhenti sejenak memikirkan pengampunan.

Pengampunan adalah perbaikan relasi antar manusia yang retak dan hancur. Tanpa pengampunan, maka tidak ada kemanusiaan yang bisa berkembang karena berhenti pada konflik. Pengampunan mengajarkan kita menerapkan belas kasihan. Adakah belas kasihan di tengah kehidupan ini? Umat Allah diajak oleh Tuhan Yesus untuk memberikan belas kasihan kepada mereka yang membutuhkan. Memberikan belas kasihan bukan hanya merasa kasihan kepada mereka yang membutuhkan, namun lebih jauh lagi adalah mengampuni. Tanpa belas kasihan, tidak mungkin ada pengampunan yang diberikan. Belas kasihan menjadi sebuah kebutuhan sekarang ini. Ketika kita hendak menjadi terang dan garam di dunia ini, maka belas kasihan menjadi semacam sumbu dan perasa yang mewarnai relasi antar manusia. Manusia mendapatkan kehangatan terang dan rasa di dalam kehidupan ini. Belas kasihan memberikan secercah harapan kepada manusia untuk hidup lebih manusiawi lagi.

Sa pel Teks

Maius : -

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Siapakah "Fulanan" Dalam Surah Al-Furqan Ayat 28?

5 75 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65