Sinopsis Cerita Shakaigakuteki Ni Yoru Inggrid J. Parker No Sakuhin No Rashomon Gate No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Seikatsu No Bunseki

BAB III ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RASHOMON GATE KARYA INGGRID .J. PARKER DILIHAT DARI PENDEKATAN SOSIOLOGIS

3.1 Sinopsis Cerita

Rashomon Gate adalah pintu gerbang besar di selatan ibukota Kyoto-Jepang. Pada saat itu semua orang tahu bahwa kalangan miskin disana yang tidak sanggup mengupayakan pemakaman meninggalkan mayat disana. Dan pihak berwenang akan mengumpulkannya untuk kemudian membakarnya bersama mayat-mayat yang lain. Oleh karena itu selain penjahat, tidak ada seorang pun yang datang setelah malam. Cerita ini mengisahkan seorang pemuda Akitada yang berasal dari keluarga bangsawan, yang dari kecil sudah ditinggal oleh ayahnya. Namun walaupun dia putra seorang bangsawan Akitada hanya bekerja sebagai pejabat kecil di Kementerian Kehakiman. Kode yang ketat dan struktur sosial yang kuno membuat ia harus berfikir dua kali untuk bertindak agar tidak ada yang tersinggung. Akitada berdiri merenggangkan tubuhnya yang tinggi kurus. Hari yang indah di musim semi itu dia habiskan dengan membungkuk diatas dokumen berdebu di kantornya. Dengan menghela napas dia ia menjangkau stempel, disebelah ruangannya ada Seimei si Asisten pribadi bangkit dan berkata “ Bolehkah aku Universitas Sumatera Utara ambilkan sekarang berkas kasus kuil Ise yang melawan Lord Tomo? Tanyanya antusias. Seimei mengenal Akitada sejak kecil, yang berkat kegigihannya serta dorongan dari ayah Akitada karirnya menanjak menjadi pelayan dan asisten pribadi ayahnya yang sekarang menjadi asisten pribadi Akitada. Sikap Seimei kepatuhan yang patuh akan adat istiadat kadang sering membuat Akitada jengkel. “Haruskah sekarang? “ Akitada mengerang “Terlalu lama aku terkurung dengan dokumen ini, Rasanya semenit pun aku tidak sanggup lagi. “ Jalan tugas itu dekat, tetapi manusia mencarinya ditempat yang jauh, “ujar Seimei santun. Seimei suka sekali mengucapkan singkat namun bermakna, melihat wajah Akitada yang letih Seimei menjadi kasihan. “ kau perlu beristirahatlah aku akan membuatkan teh herbal untukmu ujar Seimei. Tiba-tiba terdengar suara pertengakaran di luar. Kedengaran seperti Tora’’ Di halaman ada dua orang pria saling berhadapan dan mengancam. Pria pertama bertubuh kecil berusia dua puluh tahun dan mengenakan baju sutera serta tutup kepala resmi pejabat istana. Pria kedua tidak lebih tua, tinggi kekar memakai kemeja katun biasa dan celana panjang. “ ada apa Tora?” Akitada bertanya kepada pelayannya. Pria tinggi itu menoleh.” Oh, kau disana.’’ Dia melambaikan kepada mereka. Kami bertabrakan disudut. Aku terburu-buru, dan dia tidak memperhatikan arah jalannya. Aku sudah meminta maaf tetapi pemuda cantik ini meledak marah, mengata-ngataiku, dan mau memukulku dengan tongkatnya. “ apakah makhluk buas ini pelayanmu?” dengan suara bergetar oleh amarah. “ Ya, apakah kau Universitas Sumatera Utara terluka ?”. Ajaibnya aku tidak terluka. Aku menuntut kau menghukum orang ini segera dan melarangnya memasuki wilayah kekaisaran. Karena dia jelas tidak mampu mengenali orang yang lebih tinggi kedudukannya. “ Bukankah dia sudah meminta maaf ?” Akitada bertanya. Apa gunanya meminta maaf kalau tidak melakukan apa yang kuminta, aku akan memanggil penjaga dari gerbang depan.” Barang kali kau tertarik untuk membicarakan maslah ini lebih lanjut. Kenalkan, namaku sugawara Akitada. Boleh aku tau namamu?. Aku Okura Yoshifuro. Sekretaris pada Biro Kepangkatan, Kementerian Upacara. Akitada mengangkat alis lebatnya. Wajah tirus yang biasa menyenangkan kini menyuguhkan raut wajah yang angkuh. Kalau begitu ada baiknya kita membicarakan masalah ini dengan Konselor Fujiwara Motosuke, anggota Dewan Pertimbangan Agung. Dia adalah teman baik Tora dan aku dan akan menjamin kami. Rona wajah lawan bicara sirna. “ Tentu saja aku tidak ingin mengganggu seorang yang berkedudukan Konselor.” Anak muda ini sudah minta maaf sebagaimana kau ingatkan. Orang berpangkat tinggi harus perlu memahami perasaan orang biasa. Senang berkenalan denganmu, Tuan. Ada yang penting Akitada menyela.” Oh, Tora menarik sebuah kertas terlipat dari kemejanya dan mengulurkannya. “ Ada surat dari profesor Hirata. Hirata adalah mantan dosen yang di anggapnya seperti orang tuanya sendiri. Seorang anak laki-laki mengantarkannya kerumahmu tepat ketika tukang kayu sampai. Akitada membuka dan membaca surat itu, profesor menuliskan kalau dia Universitas Sumatera Utara membutuhkan saranku” Aku di undang untuk makan malam memang seharusnya aku kesana. Sejak ayahku meninggal aku tidak pernah lagi menjengguk mereka profesor dan Tamako. Ibu Akitada sangat menyetujui ikatan apapun dengan keluarga Hirata. Bermula dari permintaan Hirata Untuk membantu menyelidiki sebuah kasus Salah satu kolega Profesor mengalami pemerasan tanpa sengaja Profesor menemukan surat berisi pemerasan yang jika diketahui banyak orang dapat memalukan nama baik Universitas Kekaisaran. Ini adalah selingan bagi Akitada dari pekerjaannya yang menjemukan. Guna menyelidiki kasus tersebut Akitada harus menyamar sebagai asisten Profesor Hirata di Universitas Kekaisaran. Ternyata dunia gosip dan persaingan kecil antar sesama pengajar. Tanpa bisa menolak perintah dari mantan Profesor nya Akitada terseret dalam arus persaingan tersebut. Masalah tidak sesederhana yang Akitada kira. Kasus awal yang dirasa sepele ternyata kian berkembang seiring dengan ditemukannya seorang wanita muda yang semula adalah murid salah satu dosen. Perhatian Akitada beralih dari kasus pemerasan menjadi pembunuhan. Akitada dengan sabar dan penuh semangat untuk memecahkan kasus tersebut. Akitada harus melangkah dengan hati-hati saat mengumpulkan petunjuk dalam memecahkan kasus yang terjadi di Universitas Kekaisaran dan sekitarnya. Hampir semua orang yang ditemui di Universitas adalah tersangka dalam kasus skandal dan pembunuhan tersebut. Akitada terjun kepenyelidikan berbahaya antara bangsawan dengan pejabat tinggi. Universitas Sumatera Utara Untuk membalas budi sang Profesor, Akitda rela untuk memilih kasus yang berbahaya ini dan meninggalkan pekerjaannya dari departemen kehakiman dan sedikit mengabaikan ibu dan adik-adiknya. Novel ini tidak hanya berisi kasus-kasus pembunuhan yang coba ia pecahkan tetapi juga romansa cinta antara Akitada dengan anak Profesornya Tamako yang buat novel ini semakin seru dan menarik. Dan seperti novel-novel lain novel ini juga yang mengisahkan akhir cerita bahagia. 3.2 Analisis Sosiologis Tokoh Utama Dalam Novel Rashomon Gate 3.2.1 Di Lingkungan Universitas Kekaisaran Cuplikan 1 hal. 26 “ Akitada datang lebih awal supaya sempat melihat-lihat kesekeliling dan mungkin akan ketemu dengan beberapa rekan barunya. Akitada menelan gumpalan kepanikan ala remaja. Terlihat sekelompok pemuda di akhir belasan, berseragam katun berwarna gelap, riuh rendah melewatinya tanpa memberi salam. Bukan salah mereka, para siswa tidak mengetahui bahwa Akitada seorang dosen tamu baru di Universitas tersebut. Analis Cuplikan di atas menunjukan ketika Akitada ingin mengetahui situasi universitas dan bertemu dengan rekan-rekan barunya, Akitada harus datang lebih awal agar dapat berinteraksi dengan rekan- rekan dan mahasiswa yang ada di universitas . “ Akitada datang lebih awal supaya sempat melihat-lihat kesekeliling dan mungkin akan ketemu dengan beberapa rekan barunya Dan ketika memasuki lingkungan universitas, Akitada merasa bahwa mahasiswa disana tidak bisa menghormati orang baru terlihat dari beberapa mahasiswa yang melewati Universitas Sumatera Utara Akitada dan berlalu begitu saja. Pada Hal ini terlihat bahwa rasa senioritas masih melekat pada Akitada, karena dia merasa bagian dari universitas, terlintas di benak Akitada “seharusnya yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua. Tetapi Akitada sadar bahwa dia hanya alumni yang sudah lama tidak pernah terlihat dikampus kemungkinan besar mahasiswa disana tidak mengenalinya. Cuplikan 2 hal.32 Disini baru dia menemukan tanda-tanda kegiatan akakdemis.Beberapa murid junior dengan mengenakan pakaian yang tidak tidak terlalu gelap berlalu lalang menuju kelas mereka. Akitada bertemu dengan seorang murid senior, dengan mengenakan seragam gelapnya, muncul dari gerbang samping menuju departemen Cina klasik. Akitada memanggil pemuda itu, “Selamat pagi”Apakah perkuliahan sudah dimulai?” Anak muda itu berhenti, menoleh dan menjawab pendek, “Belum”, lalu melanjutkan langkahnya. Analisis Akitada merasakan ketidaksopanan dari seorang mahasiswa, dia berfikir apa gerangan yang terjadi di universitas sehingga mahasiswa berlaku seperti demikian. terlihat jelas pada cuplikan “Selamat pagi Apakah perkuliahan sudah dimulai? Anak muda itu berhenti, menoleh dan menjawab pendek, Belum, lalu melanjutkan langkahnya. Akitada berfikir seharusnya mahasiswa senior maupun junior lebih sopan untuk menjawab pertanyaan orang lain. Disini juga terlhat jelas akan pebedaan antara senior dengan junior terlihat dari seragam yang mereka kenakan mahasiswa senior memakai pakaian yang lebih gelap sementara junior memakai Universitas Sumatera Utara pakaian yang lebih terang namun walaupun demikian tidak ada diantara senior maupun junior yang dapat menghargai orang lain. Cuplikan 3 hal.35 Ono menoleh dan berkata kepada Akitada.” Profesor memiliki cita rasa yang sangat halus, tidak seperti orang lain di universitas ini. Ono sering memberitahunya bahwa dia tersia-siakan diantara orang-orang udik yang mengikuti kelasnya.” Bukannya tersanjung oleh ucapan Ono, Oe malah menghardik, “ Jangan bodoh Banyak siswaku yang berasal dari keluarga terhormat. Ada cucu pangeran Yoakira, Lord Minamoto, dan seorang keponakan Perdana menteri, keduanya dengan darah kekaisaran mengalir di urat nadinya. Berani-beraninya kau mengatakan aku mengajari orang udik” Akitada berusaha mengalihkan amarah Oe dari si malang Ono dengan cepat menyela,” Baru saja aku bertemu dengan seorang pemuda tampan di aula utama. Mahasiswa senior. ” Itu Ishikawa dia adalah bukan siapa-siapa dia hanya mahasiswa pascasarjana pintar, tetapi berasal dari keluarga miskin yang berkat beasiswa dia bisa kuliah disini. Analisis Pada cuplikan di atas terlihat bahwa di universitas kekaisaran ini lebih mengutamakan mahasiswa dari keluarga yang bangsawan dibanding mahasiswa pintar tetapi miskin. Gelar bangsawan yang melekat pada beberapa mahasiswa yang ada di universitas ini membuat para pengajar lebih mengutamakan mereka. Ketidakadilan ini terjadi setelah Akitada sudah selesai dari universitas. Situasi Ini terlihat dari ucapan oe yang mengatakan “Banyak siswaku yang berasal dari keluarga terhormat. Ada cucu pangeran Yoakira, Lord Minamoto, dan seorang keponakan Perdana menteri, keduanya dengan darah kekaisaran mengalir di urat nadinya. Dengan keadaan ini para pengajar memiliki sifat yang tidak baik karena Universitas Sumatera Utara lebih mengutamakan mahasiswa yang terlahir dari keluarga bangsawan dari pada mahasiswa yang pintar dan terlahir dari keluarga miskin. Seharusnya para pengajar memberikan contoh yang baik terhadap mahasiswanya bukan malah mendeskriminasi mahasiwa yang miskin dapat dilihat pada perkatan Oe, ‘’Ishikawa dia adalah bukan siapa-siapa dia hanya mahasiswa pascasarjana pintar, tetapi berasal dari keluarga miskin yang berkat beasiswa dia bisa kuliah disini.. Cuplikan 4 hal. 201 “ Akitada menceritakan orang-orang disekitarnya. Tentang Cara kerja semua dosen yang ada di universitas ternama tersebut. Ada dosen yang bukannya mengerjakan tugasnya malah mabuk, ada dosen yang menjatuhkan reputasi dosen lain, ada juga dosen yang dapat mendapat suap dari para petinggi istana untuk meluluskan anak-anak mereka dari ujian dan dosen yang menerima suap tersebut akan diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Analisis Seharusnya para dosen di universitas harusnya memberikan contoh yang baik terhadap mahasiswanya dan lingkungan kampus bukan malah memberi contoh yang tidak baik yang buat nama universitas menjadi buruk oleh ulah yang dibuat para dosen. Dari cuplikan di atas para dosen mencari dan memenuhi kebutuhan mereka dengan cara menerima suap dari para petinggi mereka selain itu mereka juga mendapatkan harta serta juga jabatan dan imbalan bagi para petinggi adalah meluluskan anak mereka dari segala urusan di universitas Universitas Sumatera Utara termasuk mendapatkan prestasi. Dan kelihatanya universitas lebih mengutamakan bangsawan dari pada mahasiswa berprestasi padah bukan universitasnya yang berbuat demikian akan tetapi para dosenlah yang berbuat hal demikian dengan mementingkan kepentingan pribadi para dosen tidak lagi mementingankan nama baik universitas.

3.2.2 Di Lingkungan Pekerjaan Cuplikan 1 hal.4

Okura Yosifuro berkata “karena dia jelas tidak mampu mengenali orang yang lebih tinggi kedudukannya. “ Bukankah Tora sudah meminta maaf ?” Akitada bertanya. Apa gunanya meminta maaf kalau tidak melakukan apa yang kuminta, aku akan memanggil penjaga dari gerbang depan.” Barang kali kau tertarik untuk membicarakan maslah ini lebih lanjut. Kenalkan, namaku sugawara Akitada. Boleh aku tau namamu?. Aku Okura Yoshifuro. Sekretaris pada Biro Kepangkatan, Kementerian Upacara. Akitada mengangkat alis lebatnya. Wajah tirus yang biasa menyenangkan kini menyuguhkan raut wajah yang angkuh. Kalau begitu ada baiknya kita membicarakan masalah ini dengan Konselor Fujiwara Motosuke, anggota Dewan Pertimbangan Agung. Fujiwara adalah teman baik Tora dan aku, Fujiwara akan menjamin kami. Rona wajah lawan bicara sirna. “ Tentu saja aku tidak ingin mengganggu seorang yang berkedudukan Konselor. ”Anak muda ini sudah minta maaf sebagaimana kau ingatkan. Orang berpangkat tinggi harus perlu memahami perasaan orang biasa. Senang berkenalan denganmu, Tuan. Universitas Sumatera Utara Analisis Pada cuplikan diatas menunjukan tentang keangkuhan seorang pejabat tinggi, dimana pejabat itu merasa karena kedudukannya lebih tinggi dia bisa merendahkan orang biasa. Mereka menganggap orang biasa adalah budak yang bisa mereka maki semau mereka. Dan ketika lawan bicaranya memberitahu siapa orang yang akan menyelesaikan masalah yang ada, dan ternyata orang tersebut adalah orang yang memiliki jabatan lebih tinggi dari dirinya Okura takut urusan sebelumnya kecil menjadi besar maka dari itu kesalahan yang ada menjadi tidak ada. Inilah realita yang terjadi pada saat itu. Hal ini terlihat pada Fujiwara adalah teman baik Tora dan aku, dia akan menjamin kami. Rona wajah lawan bicara sirna. “ Tentu saja aku tidak ingin mengganggu seorang yang berkedudukan Konselor.”Anak muda ini sudah minta maaf sebagaimana kau ingatkan. Orang berpangkat tinggi harus perlu memahami perasaan orang biasa. Senang berkenalan denganmu, Tuan. Cuplikan 2 hal. 7 “Haruskah sekarang ? “ Akitada mengerang “Terlalu lama aku terkurung dengan dokumen juga arsip yang berdebu ini, Rasanya semenit pun aku tidak sanggup lagi. “ Jalan tugas itu dekat, tetapi manusia mencarinya ditempat yang jauh, “ ujar Seimei santun. Seimei suka sekali mengucapkan singkat namun bermakna, melihat wajah Akitada yang letih Seimei menjadi kasihan. “ kau perlu beristirahatlah aku akan membuatkan teh herbal untuk mu ujar Seimei. Universitas Sumatera Utara Analisis Pada cuplikan di atas terlihat bahwa Akitada sangat jenuh dengan pekerjaannya. Ia merasa terkurung di antara tumpukan dokumen dan arsip yang berdebu yang membuat hari-harinya membosankan namun Seimei tetap memberikan dukungan agar Akitada beristirahat sejenak. Akan tetepi dia tetap merasa jenuh dengan pekerjaan yang tekuninnya sekarang. Akitada ingin sekali terbebas dari pekerjaannya dan menghirup udara segar bukan terpaku oleh tumpukan kertas di kantornya. Hal ini terlihat pada “ Akitada mengerang “Terlalu lama aku terkurung dengan dokumen juga arsip yang berdebu ini, Rasanya semenit pun aku tidak sanggup lagi. Cuplikan 3 hal.27 “Akitada berusaha memantapkan hati untuk memilih untuk membantu Hirata, Akitada mencoba mengambil cuti dari pekerjaannya dan menemui Menteri Kehakiman Tuan Soga. Pada saat Akitada meminta untuk mengambil cuti dengan alasan ingin membantu Hirata di universitas, Soga malah menatapnya dengan dingin dan mengatakan bahwa kehadiran Akitada di universitas lebih penting dari pada di tempat kerjanya sekarang. Bahkan kementerian bisa berjalan bahkan sampai Akitada cuti untuk selamanya. Analisis Pada cuplikan di atas Akitada dapat memilih memantapkan hatinya untuk membantu Hirata di universitas dan menemui menteri untuk mengambil cuti namun demikian tanggapan yang datang dari menteri kehakiman adalah malah menatapnya dengan dingin dan mengatakan bahwa kehadiran Akitada di Universitas Sumatera Utara universitas lebih penting dari pada di tempat kerjanya sekarang. Bahkan kementerian bisa berjalan bahkan sampai Akitada cuti untuk selamanya.” Secara tidak langsung kementerian kehakiman menyuruh diuntuk cuti selamanya dari pekerjaannya dan meyuruh untuk mengabdi kepada universitasnya.

3.2.3 Di Lingkungan Masyarakat Cuplikan 1 hal.106

Tiba-tiba terdengar jeritan yang diikuti sumpah serapah, lalu teriakan Tora, “ Hei kemarilah dan lihat ini. Akitada memasuki semak-semak itu dengan lebih waspada. Ternyata Tora menemukan mayat seorang gadis ditaman kota yang mati dibunuh degan cara dicekik. Akitada melangkah dengan hati-hati mengitari mayat gadis tersebut. “Seorang bajingan mencekiknya hingga mati, ujar Tora. Akitada berusaha menanyakan kepada penjaga taman kota siapa yang baru saja masuk. Dengan tegas penjaga mengatakan “ Seharian aku berjaga disini tapi aku tidak melihat ada orang yang masuk ke taman ini. Akitada berteriak kepada penjaga “ bagaimana kau tidak mengetahui ada orang yang masuk sementara ada mayat seorang gadis didalam dan pebunuhannya baru saja terjadi. Tapi aku benar-benar yakin tidak ada seorang pun hari ini yang masuk ke taman ini, ujar si penjaga. Akitada curiga dengan penjaga taman kemungkinan besar penjaga taman takut akan ancaman si pembunuh. Sekilas Akitada beralih dari kasus surat kaleng ke kasus pembunuhan gadis di taman kota tersebut. Analisis Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Akitada mencurigai sang penjaga taman kota bekerjasama dengan pelaku pembunuhan sebab bagaimana mungkin sebuah taman yang dijaga terjadi pembunuhan di dalamnya dan kemungkinan besar sang penjaga takut akan ancaman si pembunuh dengan demikian si penjaga Universitas Sumatera Utara memilih untuk bungkam dari pada mengatakan yang sebenarnya. Akitada berusaha menanyakan kepada penjaga taman kota siapa yang baru saja masuk. Lalu dengan tegas tegas mengatakan “ seharian aku berjaga disini tapi aku tidak melihat seorang pun yang masuk kedalam taman ini. Dengan penjelasan penjaga yang seperti ini Akitada semangkin curiga bahwa penjaga ikut terkait akan pembunuhan tersebut atau bisa jadi penjaga takut akan ancaman pembunuh dengan demikian penjaga tidak berani untuk mengatakannya. Cuplikan 2 hal. 379 Akitada tersengat tuduhan itu dan berkata “ jujur saja setelah kau gagal memecahkan kasus itu aku tidak yakin dengan metodemu lagi’ ujar Akitada terhadap seorang polisi yang bernama Kobe. Kobe mengatakan dengan suara tegas “ metodeku satu satunya yang mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Dimana masyarakat pada awalnya bungkam, akhirnya mengatakan siapa pelaku pembunuhan yang sebenarnya. Akitada dengan nada suara tidak suka akan metode tersebut mengatakan “Akan tetapi metode mu yang membuat aku menjadi tersengat tuduhan pembunuhan gadis itu. Kobe menjawab dengan tegas” tapi inilah cara satu-satunya dan mendapatkan bukti yang baik. Sebaiknya kau serahkan pekerjaanmu kepada polisi. Akitada Aku tidak menyangka dengan sikap seperti itu kau bisa mendapatkan dari warga yang jujur. Analisis Dengan metode yang dilakukan polisi Kobe dengan mengaitkan Akitada tersebut membuat Akitada marah dan berkata dengan metodemu ini membuat aku menjadi tersengat tuduhan gadis itu. Cuplikan di atas terlihat bahwa masyarakat yang pada awalnya bungkam atas kasus pembunuhan gadis itu pada akhirnya warga mengatakan siapa yang Universitas Sumatera Utara melakukan pembunuhan gadis itu. Walaupun dengan cara metode yang tidak cukup baik Akitada dan Kobe menemukan jawaban yang jujur dari warga. Akan tetapi Akitada tidak menyukai cara Kobe yang membuat di Akitada seolah-olah dirinya tersangkut akan masalah pembunuhan tersebut.

3.2.4 Di Lingkungan Keluarga Cuplikan 1 hal. 48

“ Keesokan harinya, pagi-pagi Akitada menjumpai Seimei dan Tora. Untunglah ibunya masih belum mengetahui pekerjaan barunya. Akitada berharap lolos sebelum ibunya memanggil karena ibunya belum mengetahui bahwa dia sedang membantu dosennya untuk menjadi asisisten di universitas. Akitada berkata kepada Tora. “ Ibuku tampaknya sangat menyayangimu. Tora berkata dengan menawarkan memperbaiki terasnya adalah langkah jitu untuk menjadi dekat denganya. Akitada berkata kepada Tora Aku tidak bisa memperhatikan ibuku seperti kau memperhatikan ibuku, aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku di universitas. Analisis Cuplikan di atas menujukkan bahwa Akitada berusaha untuk menemui kedua rekannya untuk menanyakan kepada Tora dan Seimei apakah ibunya sudah mengetahui tentang pekerjaan barunya terlihat pada hal Untunglah ibunya masih belum mengetahui pekerjaan barunya , dan Akitada berharap lolos sebelum ibunya memanggil. Akitada sangat takut ibunya marah karena Ia keluar dari pekerjaannya dari Kementerian Kehukuman dan memilih sebagai asisten dosen Universitas Sumatera Utara biasa. Dan dia sedikit menyesal akibat kesibukannya dia tidak dapat memperhatikan ibunya, ada sedikit kecemburuan pada Tora karena Tora dapat membuat ibunya menyayanginya dengan perhatian dengan cara memperbaiki terasnya. Terlihat pada hal “ Ibuku tampaknya sangat menyayangimu, Akitada berkata kepada Tora.” Menawarkan memperbaiki terasnya adalah langkah jitu.” Aku tidak bisa memperhatikan ibuku seperti kau memperhatikan ibuku, aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku di universitas. Cuplikan 2 hal. 96 Akitada menanyakan keadaan ibunya, suasana agak kaku Akitada berkata,” Kuharap Ibunda dapat memberi saran mulia kepada putramu ini. “ Ibunya mengangguk. “ Katakanlah”. Ibu masih ingat kebaikan hati mantan dosenku Profesor Hirata, kepadaku?”. Ibu Akitada langsung membuang muka “ ingatlah kau seorang bangsawan akan tetapi kau kira Tuan Hirata adalah orang yang terhormat. ” Akitada memberitahu baahwa Hirata memiliki anak yang cantik dan berbakat. Dengan penuh harap Akitada berkata “ Aku sudah mengundang Hirata dan anaknya Tamako Untuk datang makan malam bersama, bagaimana menurut ibu.” Bukanya menyetujui ibu Akitada marah dan berkata lancang sekali kau tanpa memberitahuku dulu kau mengundang mereka untuk datang di acara makan malam. Aku tidak suka kau berhubungan dengan anak Hirata aku sudah mencoba mengatur perjodohanmu. Dengan rasa berat hati Akitada menyetujui perjodohan tersebut dikarenakan oleh rasa hormatnya kepada seorang ibunya. Universitas Sumatera Utara Analisis Dari cuplikan interaksi diatas dapat dilihat bahwa akibat jarangnya ada komunikasi antara ibu dan anak ini mengakibatkan interaksi saat berbicara menjadi kaku dan menjadi formal dapat di lihat pada hal Akitada menanyakan keadaan ibunya, suasana agak kaku Akitada berkata,” Kuharap Ibunda dapat memberi saran mulia kepada putramu ini. “ Ibunya mengangguk. “ Katakanlah”. Dan ketika Akitada menyampaikan maksud dan tujuannya kepada ibunya bukan mendapat reaksi yang baik malah ibunya membuang muka dan melarang Akitada untuk tidak mempunyai hubungan lebih kepada putri Hirata karena memiliki strata sosial yang berbeda dengan mereka dan malah ibunya berniat untuk menjodohkan Akitada dengan yang lebih baik dari kalangan bangsawan. Akitada sadar bahwa komunikasi serta perhatiannya ke ibunya tidak ada akhirnya ia menerima perjodohan dari ibunya. Terlihat Ibu Akitada langsung membuang muka “ingatlah kau seorang bangsawan akan tetapi kau kira Tuan Hirata adalah orang yang terhormat.” Akitada memberitahu baahwa Hirata memiliki anak yang cantik dan berbakat. Dengan penuh harap Akitada berkata “ Aku sudah mengundang Hirata dan anaknya Tamako Untuk datang makan malam bersama, bagaimana menurut ibu.” Bukanya menyetujui ibu Akitada marah dan berkata lancang sekali kau tanpa memberitahuku dulu kau mengundang mereka untuk datang di acara makan malam. Aku tidak suka kau berhubungan dengan anak Hirata aku sudah mencoba mengatur perjodohanmu. Dengan rasa berat hati Akitada menyetujui perjodohan tersebut dikarenakan oleh rasa hormatnya kepada seorang ibunya. Universitas Sumatera Utara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan