3. Karya sastra tidak hanya berhenti di gejala permukaan saja, tetapi
selalu mencoba memahami secara mendalam dan mendasar suatu masalah.
4. Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra bisa
dialami atau sudah dialami dan akan terus dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja. Karya sastra membicarakan hal-hal yang
universal dan nyata, bukan kejadian yang artifisial dan bersifat kebetulan.
5. Sastra selalu bergerak, selalu segar dan baru. Ia tidak mau berhenti
pada konvensialisme. Penuh inovasi. 6.
Bahasa yang dipakai adalah bahasa standar, dan bukan slang atau mode sesaat.
Dilihat dari penggolongannya, maka penulis memasukkan novel “Rashomon Gate” ini kedalam novel serius karena dalam novel ini menceritakan
tentang kehidupan nyata pada masa di zaman Heian-kyo Jepang.
2.2 Setting Novel Rashomon Gate
Setiap peristiwa dalam kehidupan pada dasarnya juga selalu berlangsung di tempat-tempat tertentu yang berhubungan dengan daerah, misalnya kota atau desa,
lokal, misalnya rumah, bunga-bungaan, dan yang lainnya. Pada sisi lain, kegiatan tersebut juga selalu berada dalam waktu tertentu serta dilatar belakangi peristiwa
tertentu pula, mungkin kegiatan kerja kantor, universitas, keluarga, maupun masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dengan paparan di atas, berlaku juga dalam cerita fiksi karena peristiwa- peristiwa dalam cerita fiksi juga dilatarbelakangi oleh tempat, waktu, maupun
situasi tertentu. Akan tetapi dalam karya fiksi, setting bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis. Ia
juga memiliki fungsi psikologis sehingga setting pun mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan
emosi atau aspek kejiwaan pembacanya Aminuddin, 2000:67. Jadi dengan demikian setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat,
waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan psikologis. Unsur-unsur setting dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:
2.2.1 Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi . unsur tempat yang digunakan mungkin berupa nama
tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Dalam novel ‘Rashomon Gate’ mengambil latar tempat berada di
beberapa tempat di Kyoto- Jepang. Peristiwa– yang peristiwa tersebut terjadi di tempat-tempat seperti di universitas, kantor , rumah , kuil dan lain-lain.
2.2.2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Oleh sebab itu dalam kaitannya sebagai latar
Universitas Sumatera Utara
waktu maka dalam novel ‘Rashomon Gate’ mengakat cerita pada abad ke-11 yang pada zaman itu masih banyak tradisi , takhayul dan lain-lain.
2.2.3. Latar Sosial Budaya
Latar sosial menyaran kepada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi
maupun nonfiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan
bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial, konflik sosial yang terjadi pada masyarakat.
Demikian juga pada novel ‘Rashomon Gate’ terdapat ruang lingkup tempat waktu sebagai wahana para tokohnya mengalami berbagai
pengalaman dalam hidupnya. Peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam novel ‘Rashomon Gate’ ini terjadi di Jepang. Novel yang berlatar belakang kebudayaan
dan strata sosial yang ada di jepang pada abad ke-11 yang membawa kita seakan- akan hidup di Zaman Heian. Strata sosial dan kebudayaan yang berbeda. Yang
membuat novel ini lebih seru dan menarik untuk dibaca. Rashomon gate adalah pintu gerbang besar di selatan ibukota Kyoto-Jepang. Pada saat itu semua orang
tahu bahwa kalangan miskin disana yang tidak sanggup mengupayakan pemakaman meninggalkan mayat disana. Dan pihak berwenang akan
mengumpulkannya untuk kemudian membakarnya bersama mayat-mayat yang lain. Oleh karena itu selain penjahat, tidak ada seorangpun yang datang setelah
malam.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kondisi demikian Hal ini juga membuat keadaan masyarakat jepang semakin kacau dan banyak terjadinya pembunuhan dan kasus- kasus
lainnya.
2.3 Biografi Pengarang