2.3 Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program
Evaluasi dalam pelaksanaan suatu program yaitu, melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi
apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya
direncanakan Siagian Suriadi, 2010: 117-118. Dapat diketahui bahwa evaluasi pelaksanaan program adalah sejauhmana pelaksanaan suatu program, yaitu
sosialisasi yang dilakukan, ketepatan sasaran dan waktu program, pelayanan program yang diberikan, manfaat dan tujuan serta penanganan dari pengaduan masyarakat
terhadap program.
2.4 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.4.1. Kebijakan Publik
Kebijakan policy adalah sebuah instrument pemerintah, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula
gevermance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada intinyamerupakan keputuan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengolaan dan pendistribusian sumber daya alam, financial, dan manusia demi kepentingan public, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau
warga negara. Banyak definisi mengenai kebijakan public. Sebagian ahli member pengertian
kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan sesuatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak bagi kehidupan
warganya. Kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian mengeni “whatever government choose to do or not to do”. Artinya kebijakan publik adalah
Universitas Sumatera Utara
“apa saja yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan” Brigdman dan Davis, dalam Suhartono, 2009: 3.
Tidak berarti bahwa kebijakan hanyalah milik atau domain pemerintah saja. Organisasi non pemerintah, organisasi sosial dan lembaga-lembaga sukarela lainnya
memiliki kebijakan-kebijakan pula. Namun, kebijakan mereka tidak dapat diartikan sebagai kebijakan publik karena kebijakan mereka tidak memakai sumber daya
publik atau tidak memiliki legalitas hukum sebagaimana kebijakan lembaga pemerintah.
Kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut Hogwood dan Gunn, dalam Suhartono, 2009: 5 :
1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau pernyataan-
pernyataan yang ingin dicapai. 2.
Proposal tertentuyang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang telah dipilih.
3. Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah.
4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan
sumber daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan. 5.
Keluaran, yaitu apa yang nyata tlah disediakan oleh pemerintah, sebagai produk dari kegiatan tertentu.
6. Teori yang menjelaskan bahwa jika melakukan X maka diikuti oleh Y
7. Proses yang panjang dalam periode waktu tertentu yang relative panjang
Hogwood dan Gunn, dalam Suhartono, 2009: 5. Brigdman dan Davis 2004: 4-7menerngkan bahwa kebijakan publik
sedikitnya memiliki tiga dimensi yang saling bertautan yakni: 1.
Kebijakan publik sebagai tujuan
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan adalah a means to an end yaitu alat untul mencapai sebuah tujuan. Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian tujuan
publik. Artinya, kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didisain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh
publik sebagai kenstituen pemerintah. 2.
Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal Melalui kebijakan–kebijakan, pemerintah membuat ciri khas
kewenangannya. Artinya, kompleksitas dunia politik disederhanakan menjadi pilihan-pilihan tindakan yang sah atau legal untuk mencapai ttujuan tertentu.
Kebijakan kemudian dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan resmi terhadap isu atau masalah publik.
3. Kebijakan publik sebagai hipotesis
Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan akibat. Kebijakan kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi
mengenai perilaku. Kebijakan selalu menngandung insentif yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakan juga selalu memuat disinsetif
yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu.
2.4.2. Kebijakan Sosial
Kebijakan publik adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang
bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak Bessant, Watts, dan Smith, dalam Suhartono, 2009: 10.
Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori, yaitu perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
kategori ini, maka dapat ditanyakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari
kebijakan sosial. Namun, tidak semua kebijakan berbentuk perundang-undangan. Kebijakan sosial sering kali melibatkan program-program bantuan yang sulit
dilihat secara kasat mata. Karenanya,masyarakat luas kadang-kadang sulit mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan publik lainnya. Secara
umum kebijakan publik lebih luas daripada kebijkan sosial. Kebijakan Transportasi.Jalan raya,Air bersih,Pertahanan Dan Keamanan merupakan beberapa
kebijakan publik. Sedangkan,kebijakan mengenai jaminan sosial,seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok mikin atau
rentat,adalah contoh kebijakan sosial Suhartono,2009: 11-12. Kebijakan
sosial sejatinya
merupakan kebijakan kesejahteraan welfare policy, yakni kebijakan pemerintah yang secara khusus melibatkan program-
program pelayanan sosial bagi kelompok-kelompok kurang beruntung yakni para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial seperti keluarga miskin, anak terlantar,
pekerja anak, korban HIVAIDS, penyalahguna narkoba dan kelompok-kelompok rentan lainnya, baik secara ekonomi maupun psikososial. Setiap Negara memiliki
perbedaan dalam mengkategorikan kebijakan public dan kebijakan sosial.
2.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Menurut UU No.3 tahun 1992 Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian dari hasil yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia Kansil, 1997: 25.
Universitas Sumatera Utara
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya
keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya
akibat dari terjadinya risikorisiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja memiliki beberapa aspek, yaitu: 1.
Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi tenaga kerja beserta keluarganya.
2. Merupakan penghargaan bagi tenaga kerja yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikiranya kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Berdasarkan ketentuan UU No 3 tahun 1992 pasal 6 , ruang lingkup program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja meliputi: 1.
Jaminan Kecelakaan Kerja 2.
Jaminan Kematian 3.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 4.
Jaminan Hari Tua Pembiayaan jaminan sosial tenaga kerja ditanggung oleh perusahaan dan
tenaga kerja sesuai dengan jumlah yang tidak memberatkan beban keuangan kedua belah pihak. Pembiayaan jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan
pemeliharaan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan, karena perusahaan harus bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya. Sedangkan pembiayaan jaminan hari tua ditanggung bersama oleh pengusaha dan tenaga kerja karena merupakan penghargaan dari perusahaan kepada
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerjanya yang telah bertahun-tahun bekerja di perusahaan, dan sekaligus merupakan tanggung jawab tenaga kerja untuk hari tuanya sendiri.
Berdasarkan ketentuan pasal 29 Undang-Undang Nomor 3 Tahun1992 tentang Jaminan Sosial Tenga Kerja memberi sanksi kepada perusahaan yang tidak
memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, antara lain: 1.
Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaiman dikenakan denda sebesar 2 untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran
yang seharusnya dibayar. 2.
Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaiman dimaksud dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dikenakan 1 dari jumlah jaminn sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, untuk setiap hari keterlambatan dan
dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan Kansil, 1997: 55-56.
2.6. Jaminan Hari Tua