1. Zainal Abidin, Nim: 037005028, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis
Pengelolaan Limbah B3 Dirumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhoksemawe. 2.
Syarifuddin Siba, Nim: 067005079, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Tanggung Jawab Hukum Terhadap Pengelolaan Limbah di Kawasan Industri
Medan. 3.
Hendra G. Aman, Nim: 087005027, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Analisis Hukum Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Studi di
Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Namun demikian penelitian-penelitian tersebut diatas berbeda dengan
penelitian yang dilaksanakan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilaksanakan adalah asli dan dapat saya pertanggung jawabkan. Penulis bertanggung
jawab sepenuhnya apabila dikemudian hari ternyata dapat dibuktikan adanya plagiat dalam hasil penelitian ini.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang fenomena tertentu yang dapat menerangkan bentuk substansi atau eksistensinya,
30
30
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, Bandung : Refika Aditama 2005, hlm. 23.
dan suatu teori harus konsisten tentang apa yang diketahui tentang dunia sosial oleh partisipan
dan ahli lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menghubungkan teori dengan ilmu bahkan pengetahuan lain,
31
sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu
kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis.
32
Menurut W.L. Neuman, yang berpendapat dikutip dari Otje Salman dan Anton F Susanto menyebutkan bahwa : “Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh
berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia, ia adalah cara yang
ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja”.
33
Otje Salman dan Anton F Susanto akhirnya menyimpulkan pengertian Teori menurut pendapat beberapa ahli, dengan rumusan sebagai berikut : “Teori adalah
seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial
bagi keseluruhan teori yang lebih umum”.
34
Teori yang dipergunakan sebagai alat untuk melakukan analisis di dalam penelitian ini adalah Teori Roscoe Pound, law as a tool of engineering sebagai
landasan teoretis pembinaan hukum di Indonesia yang dikembangkan oleh Mochtar
31
Ibid.
32
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994, hlm. 80.
33
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, op.cit., hlm. 22.
34
Ibid., hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
Kusumaatmadja. Perkembangan selanjutnya, konsep pembinaan hukum ini diberi nama “teori hukum pembangunan”.
35
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum berfungsi sebagai sarana pembaruan atau sarana pembangunan didasarkan atas anggapan, bahwa hukum dalam
arti kaidah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat pengatur atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia yang ke arah yang
dikehendaki oleh pembangunan.
36
Hubungan antara hukum dan pembangunan, menurut Michael Hager yang mengintrodusir konsep development law meliputi tindakan dan kegiatan yang
memperkuat infrastruktur hukum seperti lembaga hukum, profesi hukum, dan lembaga pendidikan hukum, serta segala sesuatu yang berkenaan dengan
penyelesaian problema-problema khusus pembangunan.
37
Kiranya pendapat Michael Hager tersebut, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, bahwa hukum tidak saja merupakan keseluruhan asas-
asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-lembaga institution dan proses-proses processes
yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.
38
35
Otje Salman dan Eddy Damian ed, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan dari Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M., Bandung : Alumni, 2002, hlm. 5.
Dengan kata lain, suatu pendekatan yang normatif semata-mata tentang hukum tidak cukup apabila
36
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, Bandung : Bina Cipta, 1995, hlm. 19.
37
Syamsuhardi Bethan, Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup dan Kehidupan Antar Generasi, Bandung : Alumni, 2008, hlm. 25.
38
Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional, Bandung : Bina Cipta, 1986, hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
akan melakukan pembinaan hukum secara menyeluruh. Selanjutnya, Mochtar menyatakan bahwa hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu
sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula mencakup lembaga institution dan proses
processes yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.
39
Hukum dalam fungsinya sebagai sarana pembangunan, menurut Michael Hager dapat mengabdi dalam tiga sektor, yaitu sebagai berikut:
40
1. Hukum sebagai alat penertib ordering. Dalam rangka penertiban hukum
dapat menciptakan suatu kerangka bagi pengambilan keputusan politik dan pemecahan sengketa yang mungkin timbul melalui suatu hukum acara yang
baik. Ia pun dapat meletakkan dasar hukum legitimacy bagi penggunaan kekuasaan.
2. Hukum sebagai alat penjaga keseimbangan balancing. Fungsi hukum dapat
menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan negara, kepentingan umum, dan kepentingan perorangan.
3. Hukum sebagai katalisator. Sebagai katalisator hukum dapat membantu untuk
memudahkan terjadinya proses perubahan melalui pembaharuan hukum law reform dengan bantuan tenaga kreatif di bidang profesi hukum.
Perwujudan hukum sebagai sarana pembangunan muncul dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang-bidang kehidupan. Salah
39
Mochtar Kusumaatmadja, op.cit., hlm. 15.
40
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
satuya adalah pengaturan mengenai lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan
hukum positif yang mengatur pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.
Teori hukum pembangunan menjabarkan dan mewujudkan pembangunan nasional. Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, wujud
pembangunan tersebut muncul dalam peraturan perundang-undangan bidang pengelolaan lingkungan di Indonesia sebagai hukum lingkungan nasional.
41
Pengelolaan lingkungan hidup hanya dapat berhasil menunjang pembangunan berkelanjutan, apabila administrasi pemerintahan berfungsi secara efektif dan
terpadu. Perizinan lingkungan hidup terpadu merupakan salah satu sarana yuridis untuk mencegah serta menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Perizinan merupakan wujud keputusan pemerintahan dalam hukum administrasi negara.
42
Sebagai bagian dari keputusan pemerintah, maka perizinan adalah tindakan hukum pemerintah berdasarkan kewenangan publik yang membolehkan atau
memperkenankan menurut hukum bagi seseorang atau badan hukum untuk melakukan sesuatu kegiatan.
43
41
Helmi, op.cit., hlm. 22.
Instrumen perizinan diperlukan pemerintah untuk
42
Ibid., hlm. 28.
43
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Tata Perizinan Pada Era Otonomi Daerah, Surabaya : Makalah, 2001, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
mengkonkretkan wewenang pemerintah. Tindakan ini dilakukan melalui penerbitan keputusan tata usaha negara.
44
Keputusan izin diberikan untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan termasuk bidang usaha atau kegiatan bidang lingkungan hidup. Drupsteen
mengatakan, perizinan merupakan instrumen kebijaksanaan lingkungan yang paling penting. Berdasarkan uraian tentang perizinan, perizinan bidang lingkungan hidup
adalah perizinan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada UU tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
45
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa perizinan merupakan upaya pencegahan atau berkarakter sebagai preventif instrumental terhadap tindakan
pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, perizinan ditujukan untuk memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
46
2. Konsepsi
Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi
dan realita.
47
44
Helmi, op.cit., hlm. 29.
Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang
45
Siti Sundari Rangkuti, op.cit., hlm. 146.
46
Loc.cit.
47
Masri Singarimbun dkk., Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES, 1989, hlm. 34.
Universitas Sumatera Utara