Wajib menyampaikan laporan kegiatan, Pengguna

i. Wajib menyampaikan laporan kegiatan. Penyimpan , yaitu: a. Wajib mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan, b. Wajib memiliki MSDS, c. Wajib mengemas setiap B3 sesuai klasifikasinya dan memberikan simbol dan label, d. Wajib memiliki sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan B3, e. Wajib melakukan penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat, f. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,

g. Wajib menyampaikan laporan kegiatan, Pengguna

, yaitu: a. Wajib mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, b. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, c. Wajib memiliki MSDS, d. Wajib memasang simbol dan label sesuai klasifikasinya, e. Wajib melakukan penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat, f. Wajib memiliki prosedur penanganan dan keadaan darurat, g. Wajib menyampaikan laporan. Pengangkut , yaitu: a. Wajib mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan, b. Wajib memilik MSDS, Universitas Sumatera Utara c. Wajib menggunakan sarana yang layak operasi, d. Wajib mengemas B3 sesuai klasifikasinya dan memberi simbol dan label, e. Wajib melengkapi sistem tanggap darurat dan prosedur, f. Wajib melakukan penanggulangan keadaan darurat dan kecelakaan, g. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, h. Wajib menyampaikan laporan kegiatan. Pengedar , yaitu: a. Wajib melakukan pencegahan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan, b. Wajib memiliki MSDS, c. Wajib mengemas sesuai dengan klasifikasinya, memberi simbol dan label, d. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, e. Wajib melakukan penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat. Pasal 59 UUPPLH mengatur mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun sebagai berikut : 1 Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. 2 Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat 1 telah kedaluwarsa, pengelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3. 3 Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain. 4 Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya. Universitas Sumatera Utara 5 Menteri, gubernur, atau bupatiwalikota wajib mencantumkan persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin. 6 Keputusan pemberian izin wajib diumumkan. 7 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah. Penjelasan dari Pasal 59 ayat 1 menyebutkan, bahwa pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, danatau pengolahan, termasuk penimbunan limbah B3. Yang dimaksud dengan pihak lain adalah badan usaha yang melakukan pengelolaan limbah B3 dan telah mendapatkan izin. 21 Bahan beracun dan berbahaya dapat diidentifikasikan dalam bentuk dan sifat bahan itu sendiri, apakah berupa cairan atau pun gas. Disamping itu perlu diketahui efek bahan kimia terhadap lingkungan, bahaya langsung terhadap masyarakat, kontak dengan sumber air, pengaruh hujan dan sebagainya. Perkiraan bahaya bahan kimia dapat diketahui dari nama suatu unsur kimia, hasil reaksinya terhadap unsur kimia lain, berat jenis, tekanan uap dan batas-batas peledakan. Bahan beracun dan berbahaya banyak dikaitkan dengan masalah penyimpanan dan penggunaan. Penyimpanan bahan yang mudah terbakar berbeda dengan penyimpanan bahan yang peka terhadap air. Bahan yang peka terhadap air antara lain, natrium, kalsium, sulfide dan alkali pekat. Bahan-bahan ini banyak digunakan sebagai bahan penolong ataupun 21 Ibid., hlm. 122. Universitas Sumatera Utara bahan-bahan utama dalam industri dan disimpan dalam pabrik. Jenis bahan-bahan oxidator seperti permanganate, bormat, kromat, ozon, perborat dan senyawa-senyawa nitrat harus disimpan dalam ruangan sejuk, yang tahan api dan terventilasi. Bahan- bahan yang bersifat korosif, natrium hidroksida, formaldehyde, kresol, natrium, sodium cyanide, seng chloride dan lain-lain. 22 Ketentuan tanggung jawab mutlak “Strict Liability” ditetapkan dalam Pasal 88 UUPPLH, sebagai berikut : “Setiap orang yang tindakannya, usahanya, danatau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan danatau mengelola limbah B3, danatau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”. 23 Penjelasan Pasal di atas menyebutkan, bahwa : 24 Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat ditetapkan sampai batas tertentu. Yang dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan peraturan perundang-undangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha danatau kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup. Berdasarkan uraian diatas, dihubungkan dengan Pasal 67 UUPPLH, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. 22 Ibid., hlm. 167. 23 Ibid., hlm. 172-173. 24 Ibid., hlm. 173. Universitas Sumatera Utara Makna yang terkandung dari ketentuan diatas memberikan kewajiban kepada setiap orang untuk mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang dapat dilaksanakan oleh setiap orang sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 butir 32 dari UUPPLH, bahwa “setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum”. Dalam praktiknya terdapat banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitasnya menghasilkan limbah dan salah satunya adalah limbah B3. Dari hasil penelitian Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 dan 2012 terdapat banyak perusahaan yang menghasilkan limbah B3 di Provinsi Sumatera Utara antara lain adalah rumah sakit, perusahaan industri kimia dan pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji ketentuan yang berhubungan dengan perizinan terhadap pabrik kelapa sawit. 25 Dalam upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh limbah B3, maka kepada perusahaan- perusahaan tersebut diwajibkan untuk memperoleh izin lingkungan. Sebagaimana dalam Pasal 1 butir 35 UUPPLH, izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan yang wajib amdal atau UKL- UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha danatau kegiatan. 25 Wawancara langsung dengan Kepala Bagian Penegakan Hukum BLH-SU Bapak Dr. Indra Utama Msi, pada tanggal 19 Februari 2013, pukul 10.00 WIB, di Kantor BLH-SU. Universitas Sumatera Utara Sebagai salah satu persyaratan yang wajib dilakukan oleh perusahaan adalah izin lingkungan. Terutama dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah dimana terdapat 5 lima kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang terwujud dalam bentuk perizinan yaitu perizinan penyimpanan, perizinan pengumpulan, perizinan pengangkutan, perizinan pemanfaatan, dan perizinan pengolahan limbah B3. Namun dalam praktik dan penerapan telah menimbulkan permasalahan. PT. Permata Hijau Sawit yang bergerak dalam bidang industri pengelolaan kelapa sawit yang beralokasi di Jalan Lintas Sibuhuan-Sosa, Desa Mananti, Kecamatan Hutaraja Tinggi, Kabupaten Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara. Dan kemudian PT. Permata Hijau Sawit ini berkantor di Jl. Sultan Iskandar Muda No. 107 Medan 20154 Indonesia yang telah melakukan usahanya sejak tahun 2008 dan telah melakukan penyusunan dokumen UKL dan UPL ini sesuai dengan format Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 862002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Oleh karena itu beranjak dari uraian-uraian latar belakang di atas dipilihlah judul tentang “Kajian Hukum Adminsitrasi Lingkungan Tentang Perizinan Atas Pengelolaan Limbah Pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit”.

B. Perumusan Masalah