Pembelajaran Siklus II

b. Pembelajaran Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 dan 6 Maret 2014. Tanggal 2 Maret 2014 untuk

kegiatan pembelajaran

yang

pertama, sedangkan tanggal 6 Maret 2014 satu jam pelajaran untuk tes akhir siklus II. Pelaksanaan setiap siklus mencakup empat tahap, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan refleksi.

bahwa terdapat peningkatan minat peserta

c. Analisis Hasil Angket Minat Peserta

didik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

Didik

Pendidikan Agama Islam Pada prinsipnya proses pembelajaran

pembelajaran

menggunakan strategi inquiri dapat dikatakan tindakaan

positif karena dapat meningkatkan aktivitas penggunaan strategi inquiri dalam mata

kelas ini

mengarah

kepada

belajar peserta didik.

pelajaran Pendidikan

Agama

Islam.

d. Analisis Hasil Tes

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam disusun Untuk mengetahui keberhasilan penelitian untuk merangsang minat belajar peserta didik.

ini, maka dilakukan analisa hasil tes. Tes yang Kemudian, untuk mengetahui tingkatan minat

dilaksanakan terdiri dari tes akhir siklus I dan peserta didik, maka diberikan kuesioner pada

tes akhir siklus II. Analisis masing-masing tes masing-masing peserta didik yang dijadikan

sebagai berikut:

kelas eksperimen. Berikut hasil rekapitulasi

1) Tes Akhir Siklus I

angket minat peserta didik dalam pembelajaran Pada akhir siklus I dilaksanakan tes Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan

dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar strategi

Pendidikan Agama Islam siswa. Tes akhir siklus permasalahan. Kemudian data diolah dengan

inquiri dalam

menyelesaikan

setelah pelaksanaan menentukan rata-rata masing-masing item

I dilaksanakan

pembelajaran tindakan kelas pada pertemuan pernyataan berdasarkan jawaban peserta didik.

kedua setelah pelaksanaan tindakan kelas Setelah diketahui nilai rata-rata per-item,

berakhir, dengan tujuan untuk mengetahui langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan

sejauhmana tingkat hasil belajar Pendidikan dengan

tabel interpretasi

minat

siswa.

Agama Islam siswa yang telah dicapai. Adapun

ISSN : 2459-9743 | 63

Sunestri | Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar

data rekapitulasi tes akhir siklus I diperoleh Agama Islam peserta didik kelas V di SD Negei data sebagai berikut:

6 Lumpatan pada siklus II adalah 81,76 (2044/ 25). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Tabel 2

untuk indikator pembelajaran mengenal Rasul-

Nilai Akhir Siklus I Hasil Belajar PAI

rasul Allah, nilai yang didapatkan sangat memuaskan.

2. Pembahasan

a. Minat Belajar Peserta Didik Dengan menggunakan instrumen angket

memperlihatkan bahwa minat dan partisipasi siswa dalam pembelajaran sudah meningkat. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya muncul pertanyaan dari peserta didik di samping guru juga memberikan pertanyaan kepada peserta didik. Hanya saja, secara kuantitas, frekuensi pertanyaan masih perlu ditambah agar distribusinya merata, prinsip

Dari data diatas kemudian didapat nilai pemindahan giliran pertanyaan dapat sesuai rerata (mean) untuk hasil belajar Pendidikan

porsinya.

Agama Islam peserta didik kelas V di SD Negei Analisis terhadap peningkatan minat

6 Lumpatan pada siklus I adalah 75,84 (1896 / peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan 25). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

mengemukakan pendapat tentang hal-hal yang untuk indikator pembelajaran mengartikan al-

pembelajaran Qur’an surat pendek pilihan, nilai yang

Pendidikan Agama Islam menunjukkan bahwa didapatkan memuaskan.

antusias dalam

2) Tes Akhir Siklus II pembelajaran yang dilakukan. Selain itu tujuan Pada akhir siklus II dilaksanakan tes

dari proses pembelajaran adalah pada aspek dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan

sikap (afektif). Sikap merupakan cerminan dari hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa.

minat, motivasi, perasaan dan semacamnya. Tes akhir siklus II dilaksanakan setelah

Proses pembelajaran dapat menyenangkan pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas pada

atau membosankan tergantung pada cara guru pertemuan kedua setelah pelaksanaan tindakan

serta strategi kelas

mengorganisasi

kelas

pembelajarang yang digunakan oleh guru. mengetahui sejauhmana peningkatan hasil

berakhir, dengan

tujuan

untuk

Dalam hal ini sikap siswa terhadap suatu belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang

kondisi pembelajaran sangat mempengaruhi telah dicapai. Adapun data rekapitulasi tes

keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh akhir siklus II diperoleh data sebagai berikut:

didik harus

diperhatikan dalam pembelajaran

Tabel 3

Berdasarkan analisis kuesioner pada tabel

Nilai Akhir Siklus II Hasil Belajar PAI

1 dapat diperoleh kesimpulan bahwa peserta didik rata-rata memberikan tanggapan positif terhadap

pernyataan tentang penggunaan strategi pembelajaran inquiri.

semua

b. Hasil Belajar Peserta Didik Hasil belajar Pendidikan Agama Islam

peningkatan dibandingkan sebelum diberi pembelajaran dengan strategi pembelajaran inquiri. Kondisi seperti ini sesuai dengan pernyataan bahwa strategi yang digunakan guru secara lebih variatif akan mendorong siswa untuk belajar secara aktif, sehingga

adanya

penyajian materi Dari data diatas kemudian didapat nilai

pelajaran oleh guru akan lebih menarik. rerata (mean) untuk hasil belajar Pendidikan

Pembelajaran

sebelumnya bersifat abstrak dan teoretis, sehingga siswa tidak aktif

yang

64 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 61 - 65

peneliti, maka dapat dirumuskan beberapa kebosanan

dalam pembelajaran

dan

menimbulkan

Secara garis besar dilakukan berubah menjadi menarik.

pelaksanaan siklus I berlangsung baik, hal Upaya yang

tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata meningkatkan hasil belajar siswa dengan

dilakukan guru

untuk

(mean) untuk hasil belajar Pendidikan Agama menggunakan strategi pembelajaran inquiri

Islam peserta didik kelas V di SD Negei 6 merupakan langkah yang tepat. Dengan strategi

Lumpatan pada siklus I adalah 75,84. Dengan pembelajaran inquiri ini siswa menjadi lebih

demikian dapat dikatakan bahwa untuk paham, karena pembelajaran menjadi lebih

indikator pembelajaran, nilai yang didapatkan konkrit dan realistis. Strategi pembelajaran

memuaskan. Kemudian siswa juga memberikan inquiri merupakan sesuatu metode penemuan

tanggapan positif terhadap semua pernyataan yang diwujudkan sebagai curahan perasaan

tentang penggunaan strategi pembelajaran atau

inquiri dalam pembelajaran Pendidikan Agama pembelajaran inquiri dapat meningkatkan

pikiran. Penggunaan

strategi

Islam.

pemahaman siswa

II juga disampaikan guru. Oleh karena itu tak heran

pelaksanaan siklus

berlangsung baik, hal tersebut ditunjukkan jika dalam siklus I penelitian sudah terlihat

dengan nilai rata-rata (mean) untuk hasil adanya peningkatan hasil belajar siswa.

belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik Pembelajaran

kelas V di SD Negei 6 Lumpatan pada siklus II strategi pembelajaran inquiri juga mengikis

dengan

menggunakan

Dengan demikian dapat kesan

adalah

dikatakan bahwa untuk indikator pembelajaran pendidikan Agama Islam. Guru cenderung lebih

Allah, nilai yang mengurangi komunikasi satu arah, sehingga

mengenal

Rasul-rasul

didapatkan sangat memuaskan. Peningkatan peran aktif siswa dalam pembelajaran menjadi

hasil belajar siswa sesudah siklus II dilakukan lebih meningkat. Untuk lebih meningkatkan

baiknya strategi hasil yang maksimal dalam suatu proses

disebabkan

semakin

pembelajaran yang digunakan. Hasil ini sesuai pembelajaran,

bahwa keberhasilan kemampuan anak secara maksimal pula

pendidikan di sekolah tergantung dari baik diadakan siklus II.

tidaknya strategi yang digunakan dalam Pada Siklus II hasil belajar Pendidikan

pendidikan yang dirancang. Dengan bervariasi Agama

potensi yang tersedia melahirkan strategi yang pembelajaran

Islam siswa

sesudah

diberi

tepat guna dalam pendidikan. menggunakan strategi pembelajaran inquiri menunjukkan peningkatan. Sebelum diberi

pada

siklus

II dengan

Daftar Pustaka

pembelajaran, hasil belajar siswa siswa pada Tahsir, A. 2010. Ilmu Pendidikan dalam siklus I menunjukkan dari 25 peserta didik

Persepektif Islam. Bandung: Remaja mendapatkan nilai rata-rata 75,84. Sesudah

Rosdakarya

siklus II dilakukan hasilnya secara keseluruhan Schaeafer, C. 1994. Bagaimana Mempengaruhi rata-rata kelas menjadi 81,76. Peningkatan ini

Anak. Semarang: Dahara Prize sudah sesuai dengan apa yang diharapkan yang

Said, M. 1985. Ilmu Pendidikan. Bandung: dituangkan dalam hipotesis, dan sesuai dengan

Alumni IKAPI.

prinsip belajar tuntas. Oleh karena itu peneliti Sardiman, A.M. 2010 Interaksi dan Motivasi merasa tidak perlu untuk melakukan siklus

Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru ketiga, dan penelitian dianggap telah berhasil.

dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali. Peningkatan hasil belajar siswa sesudah

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu siklus II dilakukan disebabkan semakin baiknya

Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka strategi pembelajaran yang digunakan. Hasil ini

Cipta

sesuai dengan pernyataan bahwa keberhasilan Hadi, S. 2004. Metode Research (Jilid 3). pendidikan di sekolah tergantung dari baik

Yogyakarta: CV Andi Yogyakarta. tidaknya stategi yang digunakan

Djamrah, S.B. 2002. Rahasia Sukses Belajar pendidikan yang dirancang. Dengan bervariasi

dalam

(Cetakan I). Jakarta: Rineka Cipta potensi yang tersedia melahirkan strategi yang tepat guna dalam pendidikan.

D. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan kegiatan pendidikan tindakan yang telah dilakukan oleh

ISSN : 2459-9743 | 65

Maizah | Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar

Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Latihan

pada Siswa Kelas I SD Negeri 6 Lumpatan

Maizah

Guru SD Negeri 6 Lumpatan, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar bahasa Indonesia melalui penggunaan metode pembelajaran latihan pada siswa kelas I SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Lumpatan Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 6 Lumpatan orang. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik angket dan tes tertulis. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa k emampuan membaca siswa dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yaitu dalam aspek membaca nyaring meningkat dari 62,1% menjadi 89,55%, aspek lafal dan intonasi meningkat dari 64,2% menjadi 89,5%, dan aspek mengenal huruf meningkat dari 73,7% menjadi 88,4%. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran latihan efektif meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas 1 SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: membaca, pembelajaran latihan

A. Pendahuluan

maksimal dan hasil yang didapat kurang

1. Latar Belakang

memuaskan.

Strategi dasar

implementasi

dalam

kebijakan link and match yang dipandang

2. Rumusan Masalah

sebagai inovasi pendidikan di sekolah dasar Berdasarkan latar belakang di atas maka mencakup upaya; meningkatkan kemampuan

permasalahan sebagai baca tulis hitung; termasuk baca tulis kritis. Hal

dapat

dirumuskan

penggunaan metode itu menjadikan tugas utama guru kelas I untuk

berikut:

apakah

pembelajaran latihan dapat meningkatkan dapat mengajarkan membaca dan menulis

kemampuan membaca dan hasil belajar bahasa serta berhitung, sebagai tahap permulaan.

Indonesia pada siswa Kelas I SD Negeri 6 Siswa kelas I rata-rata masih begitu masuk

Lumpatan Tahun pelajaran 2014/2015? sekolah hampir seratus persen belum dapat membaca dan menulis.

3. Tujuan Penelitian

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Tujuan penelitian ini adalah untuk diarahkan agar siswa memiliki keterampilan

meningkatkan kemampuan membaca dan hasil dalam membaca dan menulis, dan dapat

belajar bahasa Indonesia melalui penggunaan dipergunakan sebagai alat berkomunikasi.

metode pembelajaran latihan pada siswa kelas Kegiatan pembelajaran akan berhasil baik,

I SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran apabila

guru dalam

menggunakan prosedur

yang

tepat,

diantaranya metode yang tepat, alat peraga

4. Manfaat Penelitian

yang sesuai, bahasa pengantar yang menarik,

a. Bagi siswa: belajar membaca dengan sehingga motivasi dan minat anak akan

pembelajaran bangkit. Berdasarkan pengalaman penulis

menggunakan

metode

latihan siswa akan tergugah semangat sebagai guru bahasa Indonesia kelas I Sering

menumbuhkan terjadi guru menghadapi berbagai kendala

belajarnya

sehingga

keberanian untuk mencoba sendiri, dan ketika memberikan materi pelajaran, baik yang

menyimpulkan sendiri, sehingga aktivitas berasal dari siswa, guru, maupun lingkungan

dan antusias belajar siswa lebih hidup dan sehingga proses pembelajaran kurang berjalan

meningkat.

66 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 66 - 69

b. Bagi guru: dapat mengembangkan dan SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran meningkatkan wawasan, sikap ilmiah,

2014/2015 ada 14 siswa (73%) yang kompetensi profesional guru dalam upaya

dinyatakan belum tuntas dengan nilai siswa meningkatkan mutu proses pembelajaran

terendah 45, nilai tertinggi 70, dan nilai rata matematika.

kelas 56,3.

c. Bagi sekolah: menambahkan wawasan pengetahuan

dalam

pembelajaran

2. Deskripsi Siklus I

matematika melalui metode demonstrasi

menggunakan metode dan sekolah pada bidang mata pelajaran

Siklus

tanpa bimbingan yang lain.

pembelajaran

latihan

guru.pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber bacaan siswa selama 2x35

B. Kajian Pustaka

menit

(2x

Pertemuan), dengan standar

1. Hasil Belajar

kompetensi membaca dan kompetensi dasar Hasil belajar merupakan bagian terpenting

membaca nyaring suku kata dengan lafal dan dalam

intonasi yang tepat sesuai dengan rencana mendefinisikan hasil belajar siswa pada

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

disampaikan pada siklus I ini adalah materi sebagai hasil belajar dalam pengertian yang

membaca suku kata dan kata. Hasil observasi lebih luas mencakup bidang kognitif, efektif

tentang kemampuan membaca siswa pada dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

siklus I dapat dilihat pada tabel 2 berikut: (2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

Tabel 2

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

Nilai Kemampuan Membaca Siklus I

guru,tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

2. Model Pembelajaran Latihan

Model pembelajaran latihan adalah model pembelajaran

penguasaan konsep atau perubahan perilaku

Kemampuan Membaca Siklus I

dengan mengutamakan pendekatan deduktif. Model pembelajaran latihan adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Hasil belajar siswa pada pembelajaran bahasa indonesia sebelum diadakan penelitian

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

tentang

hasil

pengamatan kemampuan

membaca

dalam

pembelajaran bahasa

Tabel 1

indonesia siklus I pada siswa kelas 1 SD Negeri

Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

6 Lumpatan semester II tahun pelajaran 2014/2015 yang meliputi aspek-aspek: 1) membaca

(didengar siswa), 2) membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan 3) mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata,kata-kata dan kalimat sederhana diperoleh skor rata-rata kemampuan membaca kategori

nyaring

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui

baik.

hasil nilai ulangan harian bahasa indonesia Hasil belajar siswa pada siklus I dapat sebelum diadakan penelitian pada siswa kelas I

dilihat pada tabel 3 berikut.

ISSN : 2459-9743 | 67

Maizah | Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar

Tabel 3 Nilai Ulangan Harian Siklus I

Berdasarkan tabel dan grafik diatas tentang

pembelajaran bahasa indonesia siklus II pada siswa kelas 1 SD Negeri

dalam

6 Lumpatan semester II tahun pelajaran 2014/2015, yang meliputi aspek: 1) membaca nyaring (didengar siswa), 2) membaca nyaring

Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui hasil kalimat sederhana dengan lafala dan intonasi nilai ulangan harian bahasa indonesia tentang

yang tepat, 3) mengenali huruf-huruf dan materi membaca siklus I pada siswa kelas I SD

membacanya sebagai suku kata, kata-kata, dan Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015

kalimat sederhana diperoleh skor rata-rata masih ada 4 siswa (21%) yang dinyatakan

kemampuan membaca kategori amat baik. belum tuntas dengan nilai siswa terendah 50,

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat nilai tertinggi 80, dan nilai rata rata kelas 67,6.

dilihat pada tabel 4 berikut.

3. Deskripsi Siklus II

Tabel 4

Siklus II merupakan revisi dari siklus I.

Nilai Ulangan Harian Siklus II

Perencanaan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama rekan kolaborator adalah dengan menggunakan metode pembelajaran latihan dengan bimbingan guru. Pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber bacaan siswa selama 2x35 menit (2x pertemuan),

Berdasarkan tabel dan grafik diatas membaca dan kompetensi dasar membaca

diketahui hasil nilai ulangan harian bahasa nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang

indonesia tentang membaca siklus II pada tepat, membaca nyaring kalimat sederhana

siswa kelas I SD Negeri 6 Lumpatan tahun dengan lafal dan intonasi yang tepat sesuai

Pelajaran 2014/2015 semua siswa yang dengan rencana peelaksanaan pembelajaran

berjumlah 19 orang anak (100%) dinyatakan (RPP). Materi disampaikan pada siklus II ini

tuntas, dengan nilai siswa terendah 65, nilai adalah

tertinggi 90 dan nilai rata-rata 81,8. Hasil merupakan lanjutan dari materi yang telah

materi membaca

kalimat

yang

pembelajaran dalam penelitian ini ada 3 hal dibahas di siklus sebelumnya.

kemampuan Hasil observasi

membaca, dan hasil pembelajaran bahasa membaca siswa pada siklus II dapat dilihat

tentang kemampuan

indonesia

pada tabel dan gambar grafik berikut.

Tabel 5

Tabel 3

Tindakan Per Siklus

Nilai Kemampuan Belajar Siklus II

Tabel diatas menunjukan bahwa pada kondisi

pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas I SD Negeri

awal,

pelaksanaan

6 Lumpatan semester II tahun pelajaran

menggunakan metode

Kemampuan Membaca Siklus II

pembelajaran latihan.

Pada siklus I menggunakan metode pembalajaran latihan tanpa bimbingan guru, dilanjutkan siklus II menggunakan metode pembelajaran latihan dengan bimbingan guru. Hal

dimaksudkan untuk mengkombinasikan metode agar siswa lebih paham.

tersebut

68 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 66 - 69

D. Kesimpulan

Daftar Pustaka

Kemampuan membaca siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek

Konsep dan Makna membaca nyaring meningkat dari 62,1%

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. menjadi 89,55%, aspek lafal dan intonasi

Azwar, S. 2005. Metode Penelitian.Yogyakarta: meningkat dari 64,2% menjadi 89,5%, dan

Pustaka Pelajar.

aspek mengenal huruf meningkat dari 73,7% Sudjana, N. 2000. Penilaian Hasil Proses Belajar menjadi 88,4%.

Berdasarkan data hasil Mengajar. Bandung: Remaja Rosda karya penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode

Syamsu, dkk. 1992. Dasar-Dasar Pembinaan pembelajaran latihan dapat meningkatkan

Kemampuan. Proses Belajar Mengajar. kemampuan membaca dan hasil belajar bahasa

Bandung: CV. Andira. indonesia pada siswa kelas 1 SD Negeri 6 Lumpatan tahun pelajaran 2014/2015.

ISSN : 2459-9743 | 69

Zulfah | Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penggunaan

Metode Pembelajaran Interaktif pada Siswa Kelas III SD Negeri 7 Sekayu

Zulfah

Guru SD Negeri 7 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 7 Sekayu dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya dalam materi persatuan dan kesatuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 7 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 7 Sekayu sebanyak 28 orang. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik angket dan tes tertulis. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengalami peningkatan, yaitu dari 54,3% pada pengukuran awal (pra-siklus), menjadi 64,3% pada siklus I dan 89,3% pada siklus II. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran interaktif efektif meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Kata kunci: hasil belajar, metode interkatif

A. Pendahuluan

mengajar juga kurang menantang murid untuk

1. Latar Belakang Masalah

pembelajaran, Bahwa

kemudian juga terkadang murid kurang mengembangkan kemampuan dan membentuk

pendidikan

berfungsi

memperhatikan saat guru menerangkan watak perubahan bangsa yang bermartabat

materi. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan dalam

keuletan serta kerja sama antara guru dan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

rangka mencerdaskan

kehidupan

muridnya. Agar senantiasa bisa meningkatkan potensi murid agar menjadi manusia yang

metode-metode beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

konvensional Maha Esa, berilmu cukup, kreatif, mandiri dan

pembelajaran yang bersifat

menuju ke metode yang lebih inovatif namun menjadi warga Negara yang demokratis serta

tetap efektif dan efisien.

bertanggung jawab. Materi yang akan dibahas pada penelitian Dalam

ini adalah mengenai menumbuhkan persatuan hendaknya

dan kesatuan para murid dari nilai nilai yang memadai,

terkandung dalam sumpah pemuda, setelah emosional, sosial, intelektual maupun

baik kemampuan

spiritual,

metode seperti fisikalnya

dijelaskan

menggunakan

ceramah, tanya jawab dan latihan murid masih kecerdasan para muridnya. Pembelajaran

untuk upaya

mengembangkan

belum bisa memahami materi terutama Pendidikan Kewarganegaraan di kelas III SD

mengenai rasa persatuan dan kesatuan yang Negeri 7 Sekayu masih mengalami kesulitan

masih belum bisa dilaksanakan oleh para dalam pelaksanaannya.

murid dalam kehidupan sehari hari, terutama Berdasarkan pengamatan peneliti selama

di lingkungan sekolah. Sering terjadinya ini permasalahan ini bisa ditinjau dari berbagai

pertengkaran diantara para murid yang masih faktor penyebab berawal dari guru kemudian

kuat mengedepankan rasa egonya masing murid. Cara mengajar guru masih monoton

masing.

tidak banyak berubah dari cara mengajar di

2. Rumusan Masalah

kelas rendah, sehingga kemudian murid Berdasarkan latar belakang di atas maka mengalami kejenuhan dan kebosanan dalam

permasalahan sebagai menerima materi dan akhirnya kegiatan belajar

dapat

dirumuskan

berikut, yaitu: apakah penggunaan metode

70 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 70 - 73

pembelajaran interaktif dapat meningkatkan analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran

evaluasi (evaluation).

Pendidikan Kewarganegaraan. Pada pendidikan formal, semua bidang

3. Tujuan Penelitian

pendidikan harus Tujuan penelitian ini adalah untuk

memanfaatkan dasar mental yang ada pada tiap meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD

meningatkan kemampuan Negeri 7 Sekayu dalam mata pelajaran

anak

untuk

kematangan dan Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya

mentalnya

kearah

kedewasaan dalam arti seluas- luasnya. Oleh dalam materi persatuan dan kesatuan.

karena itu penyelenggara pendidikan dan

4. Manfaat Penelitian

pengajaran harus dilaksakan secara teratur,

a. Bagi siswa:

terencana sesuai dengan meningkatnya

pengembangan dasar dan kemampuan mental pemahaman

kemampuan

dan

anak, agar tujuan pendidikan dan pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

tercapai secara maksimal (Sumaatmadja, 2001:

b. Bagi guru:

Dalam kegiatan belajar mengajar setiap dalam mengembangkan pembelajaran

meningkatkan profesionalisme

guru

guru selalu berusaha melakukan kegiatan yang lebih inovatif

pembelajaran secara efektif dan efisien dalam dijadikan sebagai bahan pertimbangan

sehingga dapat

pembelajaran. Kegiatan dalam menyampaikan materi persatuan

mencapai

tujuan

pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan dan kesatuan.

agar pembelajaran tersebut dapat membawa

c. Bagi sekolah: bermanfaat meningkatkan hasil atau berhasil guna, dan kegiatan kualitas pembelajaran materi persatuan

pembelajaran secara efisien dimaksudkan agar dan kesatuan dalam pelajaran Pendidikan

pembelajaran tersebut dapat berdaya guna Kewarganegaraan

atau tepat guna baik di lingkungan sekolah sumbangan

serta

memberikan

maupun dalam kehidupan bermasyarakat. kemajuan sekolah.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Soemantri (1967) pendidikan

B. Kajian Pustaka

kewarganegaraan atau PKn adalah pendidikan

1. Hasil Belajar

yang menyangkut status formal warganegara Menurut Sudjana (2005: 3) hakikat hasil

yang diatur dalam UU NO 2 tahun 1949, JO UU belajar adalah perubahan tingkah laku individu

NO 62 tahun 1958, JO UU no 12 tahun 2006 yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan

tentang status warganegara yang telah berlaku psikomotorik. Menurut Sudjana (1989: 38-40)

mulai tanggal 1 Agustus 2006. Tujuan PKn hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi

membentuk watak atau oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam

adalah

untuk

negara yang baik. diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar

karakteristik

warga

Sedangkan tujuan mata pelajaran Pendidikan diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang

Kewarganegaraan, menurut Mulyasa (2007) datang dari diri siswa terutama kemampuan

adalah untuk menjadikan siswa: yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa

a. mampu berpikir secara kritis, rasional, besar sekali pengaruhnya terhadap hasil

dan kreatif dalam menanggapi persoalan belajar

hidup maupun isu kewarganegaraan di kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada

yang dicapai.

faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan

b. mau berpartisipasi dalam segala bidang perhatian,

kegiatan, secara aktif dan bertanggung ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan

sikap dan

kebiasaan

belajar,

jawab, sehingga dapat bertindak secara psikis.

cerdas dalam semua kegiatan, dan; Hasil belajar merupakan segala upaya

c. dapat berkembang secara positif dan yang menyangkut aktivitas otak (proses

sehingga mampu hidup berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif,

demokratis,

bersama dengan bangsa lain di dunia dan dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam

berinteraksi, serta mampu jenjang, mulai dari yang terendah sampai

mampu

memanfaatkan teknologi informasi dan dengan jenjang tertinggi (Arikunto, 2003: 114-

komunikasi dengan baik. 115).

Dengan demikian tujuan PKn di SD adalah pengetahuan

Keenam jenjang tersebut

adalah:

untuk menjadikan warganegara yang baik, (comprehension), penerapan (application),

(knowledge),

pemahaman

yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian,

ISSN : 2459-9743 | 71

Zulfah | Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang

C. Hasil Penelitian

terampil dan cerdas, dan bersikap baik Sesudah kedua siklus dilaksanakan, maka sehingga

diperoleh data untuk setiap siklusnya. Data teknologi modern.

tersebut terdiri dari aktivitas guru dan siswa Ada delapan ruang lingkup pendidikan

selama proses pembelajaran berlangsung serta kewarganegaraan, salah satu diantaranya

hasil belajar siswa.Lembar observasi guru dan adalah materi persatuan dan kesatuan bangsa

siswa disusun oleh peneliti berdasarkan hasil yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan,

diskusi dengan kolaborator. Berikut data dari cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa

dengan Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara

setiap siklus

pada penelitian

penerapan metode Interaktif dalam bentuk Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam

ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan pembelaan negara, sikap positif terhadap

penugasan atau latihan yang dilaksanakan di Negara

SD Negeri 7 Sekayu pada murid kelas III dalam keterbukaan dan jaminan keadilan. Dalam

memaknai persatuan dan kesatuan.

penelitian ini, materi yang dijadikan sebagai Pada saat pembelajaran berlangsung bahan penelitian adalah materi yang terkait

aktifitas murid diamati berdasarkan lembar dengan sumpah pemuda.

observasi yang telah disusun oleh peneliti,

3. Metode Pembelajaran Interaktif

pembelajaran Secara khusus, istilah model diartikan

interaktif menunjukkan nilai yang kurang sebagai kerangka konseptual yang digunakan

menggunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu

methode pembelajaran interaktif untuk dua kegiatn. Sunarwan (dalam Sobry Sutikno, 2004

siklus menunjukkan hasil sebagai berikut: :15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran

Tabel 1.

atau model mengajar sebagai suatu rencana

Hasil Observasi Peserta Didik

atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting pengajaran.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam

mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan

berfungsi

sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove, dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu

Keterangan :

melebar dan seringkali kabur sehingga kurang S = Skor Nilai 1 s.d 4 ( 4 = Sangat baik, 3= baik , 2=cukup, terfokus. Guru perlu mengambil langkah 1=kurang )

N = Nilai ( rentang 1 s.d 100 )

khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan K = Kriteria Nilai > 70 = kriteria aktif, <70 = kriteria pasif mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus.

Dari tabel nilai hasil observasi peserta Pembelajaran interaktif merinci langkah-

didik di atas menunjukkan bahwa nilai tingkat langkah ini dan menampilkan suatu struktur

keaktifan sebelum perbaikan sebesar 54,3 %, untuk suatu pelajaran PKn yang melibatkan

sedang pada siklus I tingkat keaktifan siswa pengumpulan dan pertimbangan terhadap

mencapai 64,3 % dan pada Siklus-II tingkat pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya

keaktifan siswa menunjukkan nilai prosentase (Harlen, 1992:48-50).

pada 89,3 %.

72 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 70 - 73

Tabel 2.

dari peningkatan indikator keberhasilan yaitu

Rekapitulasi Nilai

54,3% sebelum perbaikan, setelah perbaikan 64,3% pada siklus I, dan 89,3% pada siklus II.

Daftar Pustaka

Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model Model Pembelajaran. Jakarta: CV. Ipa Dari total perolehan nilai kelas bila dirata-

Abong

rata kelas maka tergambar sebagai berikut: Asrori, M. 2009. Psikologi Pembelajaran. Sebelum perbaikan: 1.520/28=54,3, sedang

Bandung: CV. Wacana Prima. pada Siklus I: 1.800/28=64,3, dan pada Siklus

Hakim, L. 2009. Perencanaan Pembelajaran.

II: 2500/28=8,3. Bandung: CV. Wacana Prima. Majid, A. 2009. Perencanaan Pembelajaran.

D. Kesimpulan

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas

2008. Pendidikan maka dapat disimpulkan bahwa metode

Slamet,

Dkk.

Kewarganegaraan. Semarang : Pusat interaktif dapat meningkatkan kemampuan

Kementerian Pendidikan hasil belajar belajar siswa. Hal ini dapat dilihat -

Pembukuan

Nasional.

ISSN : 2459-9743 | 73

Akhmad Syamsuri | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi dan Kerja Kelompok di Kelas IV SD Negeri Kampung Sekate

Akhmad Syamsuri

Guru SD Negeri Kampung Sekate, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya melalui penggunaan metode demonstrasi dan kerja kelompok. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kampung Sekate Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Serasan Sekate. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA materi gaya dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yaitu dari sebesar 55,88% menjadi 70,58 persen. Dari data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran demonstrasi dan kerja kelompok efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA materi gaya.

Kata kunci: hasil belajar, demonstrasi, kerja kelompok

A. Pendahuluan

Kurikulum berbasis kompetensi yang

1. Latar belakang

mulai diberlakukan di sekolah dasar bertujuan Meningkatkan mutu pendidikan adalah

untuk menghasilkan lulusan kompeten dan menjadi tanggung jawab semua pihak yang

cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru

kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat SD, yang merupakan ujung tombak dalam

tercapai apabila proses pembelajaran yang pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang

berlangsung mampu mengembangkan seluruh paling berperan dalam menciptakan sumber

potensi yang dimiliki siswa, dan siswa terlibat daya manusia yang berkualitas yang dapat

langsung dalam pembelajaran IPA.

bersaing di jaman pesatnya perkembangan

kurikulum berbasis teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran

Disamping

itu

kompetensi memberi kemudahan kepada guru selalu menggunakan pendekatan, strategi dan

dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai metode pembelajaran yang dapat memudahkan

prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu siswa memahami materi yang diajarkannya,

pada empat pilar pendidikan universal, yaitu namun masih sering terdengar keluhan dari

belajar untuk mengetahui (learning to know), para guru di lapangan tentang materi pelajaran

belajar dengan melakukan (learning to do), yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan

belajar untuk hidup dalam kebersamaan waktu untuk mengajarkannya semua.

(learning to live together) dan belajar menajdi Menurut pengamatan penulis, dalam

diri sendiri (learning to be). Untuk itu guru pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan

perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, model pembelajaran yang bervariatif masih

dimulai dengan rancangan pembelajaran yang sangat

memperhatikan tujuan, menggunakan model konvensional pada setiap

rendah dan

karakteristik siswa, materi yang diajarkan, pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini

yang tersedia. mungkin disebabkan kurangya penguasaan

Kenyataannya masih banyak ditemui proses terhadap model - model pembelajaran sangat

pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak diperlukan untuk meningkatkan kemampuan

efisien dan kurang mempunyai daya tarik, profesional guru, dan sangat sesuai dengan

bahkan cenderung membosankan, sehingga kurikulum berbasis kompetensi.

hasil belajar yang dicapai tidak optimal.

74 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 74 - 78

dalam memperbaiki penerapan model pembelajaran interaktif

Berdasarkan hal

pembelajaran melalui Penelitian Tindakan menjadi altematif untuk dapat meningkatkan

Kelas (PTK) .

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahun Alam (IPA).

2. Metode Demonstrasi

Demonstrasi

merupakan penyusunan

2. Rumusan Masalah

gagasan melalui suatu percobaan untuk Dari latar belakang masalah di atas maka

membantu siswa berpikir melalui pengalaman. dapat

dirumuskan permasalahan sebagai Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran berikut: apakah hasil belajar peserta didik pada

mengembangkan model mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi

dilandasi pandangan Gaya dapat ditingkatkan melalui penggunaan

pembelajaran

yang

konstruktivisme dan piaget menggunakan metode demonstrasi dan kerja kelompok?

kegiatan hand-son.

Kegiatan

ini

melibatkan kegiatan

3. Tujuan Penelitian

manipulatif (penggunaan tangan keterampilan Tujuan penelitian ini adalah untuk

memuingkinkan alat indranya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada

motorik)

berkembang melalui observasi dan pengalaman mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi

langsung. Maka demonstrasi berarti suatu Gaya melalui penggunaan metode demonstrasi

pemecahan masalah melalui peragaan untuk dan kerja kelompok.

memperjelas

mengungkap gagasan. peragaan yang dilakukan untuk menguji

atau

4. Manfaat Penelitian

kebenaran dan teori yang telah dipelajari.

a. Bagi Siswa: agar siswa terlatih berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam

3. Kerja Kelompok

menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.

Suatu

strategi

pembelajaran untuk

b. Bagi Guru: agar guru memiliki pengalaman mencapai tujuan IPA yang berupaya untuk dan pengetahuan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan

meningkatkan

bekerja sama, berpikir kritis, dan pada saat Alam, serta memberikan pengetahuan

meningkatkan prestasi dan informasi bagi guru yang mengajar

yang

sama

akademiknya. Disamping itu kerja kelompok Ilmu

dapat membantu siswa memahami konsep- pembelajaran dan penggunaan metode

konsep yang sulit sambil pada saat yang demontrasi

bersamaan

sangat

berguna. untuk

c. Bagi sekolah:

menumbuhkan kemauan kerja sama dan mendorong

kemauan membantu teman. menggunakan

Kerja kelompok memungkinkan siswa pembelajaran

metode-metode

lebih terlibat secara aktif dalam belajar karena peningkatan hasil belajar siswa

ia mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih

besar

dan memungkinkan

B. Kajian Pustaka

berkembangnya

daya

kreatif dan sifat

kepemimpinan pada siswa. Sedangkan peran Seorang pakar

1. Hasil belajar

guru lebih ditekankan sebagai organisator memperkenalkan model model mengajar.

pendidikan mencoba

kegiatan belajar-mengajar, sumber informasi Mengajar tidak secara otomatis menjadikan

bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, siswa belajar, sebagai guru dalam mengajar

serta penyedia materi dan kesempatan belajar adalah membantu transfer belajar. tujuan

bagi siswa. Guru harus dapat mendiagnosa transfer belajar adalah menerapkan hal hal

kesulitan siswa dalam belajar dan dapat baru yang telah dipelajari pada situasi baru.

memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan misalnya

melalui metode

demonstrasai.

kebutuhannya.

(Joyceet, 1992). Belajar hanya

akan terjadi

apabila

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

seseorang mengubah

atau

berkeinginan

1. Hasil Penelitian

mengubah pikirannya (West & Pines:211-214). Data yang diolah pada bagian ini dari hasil Belajar sains merupakan proses konstruktif

observasi terhadap aktivitas belajar siswa yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa

pelaksanaan perbaikan (Piaget, dalam Dahar, 1996). Dalam pembelajar

selama

proses

pembelajaran berlangsung dan hasil tes tertulis ini akan digunakan metode demonstrasi

yang dilakukan dalam proses pembelajaran

ISSN : 2459-9743 | 75

Akhmad Syamsuri | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri Dari tabel 2 di atas dapat terlihat bahwa Kampung Sekate Kecamatan Sekayu Kabupaten

pemahaman siswa dengan nilai <70 adalah Musi Banyuasin.

sebagai berikut: pada pra siklus ada 4 siswa

a. Hasil Observasi

(11,7%), pada siklus I ada 19 siswa (55,88%), Dari

dan pada siklus II ada 24 siswa (70,58%). dilakukan mengenai keterlibatan siswa selama

Dengan demikian terjadi peningkatan hasil proses kegiatan perbaikan pembelajaran dapat

pengamatan siswa pada sebelum perbaikan, disajikan pada tabel berikut:

siklus I dan siklus II sehingga diinginkan 70% telah tercapai. Peningkatan hasil belajar siswa

Tabel 1.

pada setiap siklus ini secara lebih jelas lihat

Keterlibatan Siswa Kelas IV dalam

grafik 2 berikut:

Pembelajaran IPA

Grafik 2. Diagram Pemahaman Siswa

pada Setiap Siklus

Dari tabel diatas dapat terlihat keaktifan bagi siswa dalam pembelajaran, yaitu: pada pra siklus ada 4 siswa yang aktif (11,7%), pada siklus I ada 19 siswa (55,88%), dan pada siklus

II ada 24 siswa (70,58%). Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan keaktifan siswa pada setiap siklusnya, peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus lebih jelas tersaji pada

b. Diskripsi Persiklus

grafik berikut ini:

1) Siklus Pertama

a) Perencanaan

Grafik 1.

Pada Pembelajaran sebelumnya yaitu

Tingkat Pemahaman Siswa

tanggal 20 Januari 2014 guru menyampaikan

pada Setiap Siklus

materi Pengaruh gaya terhadap benda dengan metode demontrasi dan kerja kelompok. Hasil pembelajaran

memuaskan, karena berdasarkan hasil tes tertulis dan 34 siswa hanya 4 siswa yang mendapat nilai lebih dan 70, 10 siswa yang mendapat nilai 70 dan

masih

belum

20 siswa yang mendapat nilai kurang dan 70. Setelah

itu guru melakukan identifikasi masalah, analisis masalah dan merumuskan masalah. Kemudian guru memutuskan untuk

Selain mengamati keterlibatan/ keaktifan merencanakan perbaikan pembelajaran dengan siswa

menerapkan metode demontrasi dan kerja berlangsung, pada akhir pembelajaran hasil tes

pada saat

proses

pembelajaran

kelompok dan penggunaan alat peraga berupa dianalisis untuk mengetahui tingkat ketentusan

benda nyata.

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan

b) Pelaksanaan (Implementasi Tindakan) menggunakan metode demontrasi dan kerja

Siklus pertama ini dilaksanakan pada jam kelompok. Hasil analisis data hasil tes pada

sekolah sesuai jadwal yang berlaku, pada setiap siklus tersaji pada tabel 1 berikut.

tanggal 20 Januari 2014 selama 2 x 35 Menit (1 kali pertemuan). Pelaksanaan perbaikan

Tabel 2.

berjalan lancar dan dilakukan terhadap siswa

Hasil Tes Pemahaman Siswa

kelas IV yang berjumlah 34 siswa.

c) Observasi/ Pengamatan Pada

pembelajaran berlangsung, teman sejawat melakukan pengamatan dengan berpedoman kepada lembar observasi yang isinya sudah disepakati

saat

kegiatan

76 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 74 - 78

antara guru (peneliti) dan teman sejawat perbandingan nilainya dapat diamati pada (pengamat).

tabel 2. Pada pembelajaran sebelum adanya

d) Refleksi perbaikan, dari 34 siswa yang mampu Dalam

mendapat nilai lebih dari 70 meningkat dari 4 berdasarkan data hasil pengamatan maupun

pelaksanaan

perbaikan

menjadi 19 orang pada siklus pertama. hasil tes tertulis dan diskusi dengan teman

Sebaliknya siswa yang mendapat nilai kurang sejawat ditemukan adanya peningkatan hasil

dari 70 jumlahnya menurun yaitu dari 20 belajar siswa, nilai rata-rata siswa dan 61,47

menjadi 14 siswa.

menjadi 71,47. Akan tetapi dari 34 siswa Berdasarkan hasil refleksi guru pada jumlah siswa yang tuntas hanya 20 (58,82%).

siklus pertama, masih terdapat kelemahan Data diatas memberikan gambaran bahwa hasil

atau kekurangan karena hasil belajar siswa belajar siswa masih belum optimal, karena

masih belum optimal. Masih rendahnya jumlah yang tuntas masih kurang dan 85%.

persentase siswa yang tuntas Masih rendahnya kenaikan persentase siswa

kenaikan

mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, yang

diantaranya jumlah anggota kelompok terlalu beberapa faktor, diantaranya kurang tepatnya

tuntas mungkin

alat peraga yang digunakan oleh guru da jumlah anggota kelompok terlalu banyak.

b. Siklus Kedua

Pada siklus kedua terjadi peningkatan

2) Siklus Kedua

hasil belajar dibandingkan siklus pertama.

a) Perencanaan Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 Perencanaan untuk siklus kedua dimulai

meningkat dari 19 orang pada siklus pertama tanggal 22 Januari 2014 sampai ke hari

menjadi 24 orang pada siklus kedua, sebaliknya pelaksanaan yaitu 27 Januari 2014. Untuk

yang mendapat nilai kurang dari 70 semakin siklus kedua perencanaan kegiatannya sama

jauh menurun dari 14menjadi 5 orang. dengan siklus pertama, yaitu penerapan

Dari hasil pengamatan dan tes pada siklus metode dan kerja kelompok, hanya saja

kedua ternyata dengan metode demontrasi dan sebagai perbaikan jumlah anggota kelompok

dapat meningkatkan dan 6-7 orang menjadi 4-5 orang setiap

kerja

kelompok

terhadap materi kelompoknya.

pemahaman

siswa

pembelajaran pengaruh gaya terhadap benda,

b) Pelaksanaan (Impelementasi Tindakan) sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai Siklus kedua ini dilaksanakan pada jam

optimal.

sekolah sesuai jadwal yang berlaku, pada tanggal 27 Januari 2014 selama 2 x 35 Menit (1

D. Kesimpulan

kali pertemuan).

1. Pemahaman siswa pada mata pelajaran

c) Observasi/ Pengamatan IPA di SD dengan metode demontrasi dan Pada

kerja kelompok. Pada awalnya siswa berlangsung, teman sejawat melakukan

saat kegiatan

pembelajaran

kesulitan bekerja dalam pengamatan dengan berpedoman kepada

mengalami

kelompok, terutama siswa yang pintar lembar observasi yang isinya sudah disepakati

/pandai tidak mau bergabung dengan antara guru (peneliti) dan teman sejawat

siswa yang tidak/ kurang pintar. Siswa (pengamat).

yang merasa dirinya pandai lebih suka

d) Refleksi belajar dan bekerja sendiri. Siswa Berdasarkan data hasil pengamatan dan

terkesan egois, untuk dapat menyatukan tes tertulis serta hasil diskusi dengan teman

siswa dalam kelompok dan bekerja sama sejawat, pelaksanaan perbaikan pembelajaran

memberi penjelasan pada siklus kedua ini cukup memuaskan. Siswa

guru

berusaha

tentang pentingnya berbagi, bekerja sama, terlibat aktif dalam pembelajaran dan antusias,

tanpa memperhatikan sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai

bersahabat

kepintaran atau kemampuan orang Iain optimal.

Justru siswa yang memiliki kelebihan dari pada

teman-temannya dapat

2. Pembahasan

membantunya

dengan memberikan

a. Siklus Pertama

penjelasan tentang teori/ materi pelajaran Pada siklus pertama menunjukkan adanya

yang belum dipahami dan dimengerti. peningkatan

2. Guru lebih inovatif dengan metode materi

pemahaman

siswa terhadap

kerja kelompok, pembelajaran

mengalami kesulitan dalam mengelola

ISSN : 2459-9743 | 77

Akhmad Syamsuri | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

waktu. Guru belum dapat membagi waktu

Daftar Pustaka

dalam masing-masing

kegiatan

pembelajaran. Siswa terlalu malakukan Arifin, Z. 1994. Pendekatan Dalam Proses diskusi, sehingga guru tidak sempat

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja merangkum/ menyimpulkan materi yang

Rosdakarya..

dibahas karena waktunya sudah habis. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional

3. Keaktifan siswa

Menciptakan Pembelajaran Kreatjf dan pembelajaran IPA menggunakan metode

meningkat

setelah

Bandung: Remaja demontrasi dan kerja kelompok. Siswa

Menyenangkan.

Rosdakarya.

sangat antusias membahas topik dalam Sutarno, N. 2004. Materi dan Pembelajaran diskusi, dan berusaha menjawab dan

IPA SD. Jakarta: Pusat Penerbitan menemukan informasi tentang topik

Universitas Terbuka.

tersebut. Siswa

Wardani, , I.G.A.K. 2006. Penelitian Tindakan mengemukakan informasi (apa yang

saling

berebut

Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. mereka ketahui) tentang topik. Setelah

Winataputra, H.U.S. 2001. Strategi Belajar dilakukan pembagian tugas kelompok

Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. siswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.

78 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 79 - 83

Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lumban Jaya Kabupaten Musi Banyuasin

Mariana

Guru SD Negeri Lumban Jaya, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Lumbanjaya dalam pelajaran IPA materi fotosintesis melalui pemanfaatan lingkungan sekolah. Penelitian ini terdiri atas dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri atas tahap persiapan program (planning), pelaksanakan tindakan (action), pengamatan kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran (evaluation), dan refleksi (reflection). Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Lumbanjaya, Kabupaten Musi Banyuasin. Dari hasil penelitian diketahui bahwa n ilai rata-rata pemahaman siswa terhadap fotosintesis sebelum siklus sebesar 64, pada siklus I sebesar 72, dan pada siklus II sebesar 77. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar siswa pada pra siklus menunjukan angka sebesar 61,91%, siklus I sebesar 80,95%, dan siklus II sebesar 95,24. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemanfatann lingkungan sekolah efektif meningkatkan hasil belajar IPA materi fotosistensis pada siswa kelas IV SD Negeri Lumbanjaya.

Kata kunci: hasil belajar, fotosintesis, lingkungan sekitar

A. Pendahuluan

SD Lumba Jaya, rata rata nilai ulangan harian

1. Latar Belakang

pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/ Banyak

2015, dengan KKM 63, hanya terdapat 66% meningkatkan mutu pendidikan di indonesia,

atau sekitar 27 peserta didik yang mencapai salah

KKM tersebut. Hanya beberapa peserta didik kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

satunya adalah

dilaksanakannya

saja yang termotivasi untuk belajar. ini terlihat mulai tahun pelajaran 2007/ 2008 melalui

ketika diberikan soal soal latihan, peserta didik peraturan

yang mempunyai kemampuan yang lebih baik (Permendiknas) nomor 25 tahun 2007. Dalam

saja yang mengerjakan soal dan peserta didik KTSP

yang lain hanya menyalin tanpa berusaha ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan

untuk mengetahui cara memecahkan soal oleh sekolah masing masing. Di SD Negeri

tersebut.

Lumban Jaya, untuk pelajaran IPA kelas V tahun Hal ini terjadi terus menerus sehingga ajaran 2014/ 2015, KKM untuk semester ganjil

ketika ulangan harian, yang mencapai KKM adalah 63 dan untuk semester genap adalah 72.

hanya peserta didik yang selalu mengerjakan sedangkan ketuntasan secara klasikal adalah

sendiri soal-soal yang diberikan guru. Selama minimal 85%.

ini, pembelajaran IPA di sekolah khususnya di Dikemukan bahwa seorang peserta didik

SD N Lumba Jaya, masih menggunakan sistem disebut

konvensional, dimana pembelajaran yang ketuntasan belajar perorangan jika telah

telah berhasil

atau

mencapai

didominasi metode mencapai penguasaan materi sebesar 63%

berlangsung

masih

pemberian tugas biasa pada semester ganjil atau 72 pada semester

ceramah

dan

(pembelajaran mekanikstik) sehingga peserta genap. kemudian suatu kelas dikatakan telah

didik kurang dilibatkan sepenuhnya dalam mencapai ketuntasan belajar secara klasikal

pembelajaran. Pembelajaran yang selama ini apabila

diterima hanyalah penonjolan tingkat hafalan materinya 63% atau 72% telah mencapai 85%.

jumlah siswa

yang penguasaan

dari sekian rentetan pokok bahasan, tetapi Dari pengalaman peneliti mengajar di kelas V

ISSN : 2459-9743 | 79

Mariana | Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis

tidak diikuti dengan pemahaman konsep fotosintesis melalui pemanfaatan lingkungan tentang materi tersebut.

sekolah.

Selama pembelajaran

peserta

didik

b. Manfaat Hasil Penelitian

cenderung pasif dengan hanya mencatat apa

1) Bagi Guru

yang dikerjakan guru didepan kelas. Walaupun

a) Multimedia tersebut dapat dijadikan diberikan tugas secara berkelompok, beberapa

sebagai contoh alat peraga yang peserta didik yang mempunyai kemampuan

dapat dimanfaatkan dalam proses yang lebih baik, selalu mendominasi kelompok,

pembelajaran.

sehingga kegiatan diskusi kurang aktif. Dalam

b) Memberikan masukan bagi guru Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang

lingkungan standar proses dijelaskan bahwa setiap guru

bahwa

pemanfaatan

sekitar sekolah dapat membantu pada

meningkatkan menyusun

satuan pendidikan

pemahaman siswa akan peristiwa lengkap dan sisitematis agar pembelajaran

berlangsung secara

interaktif,

inspiratif,

2) Bagi Peserta Didik

pembelajaran yang peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

menyenangkan, menantang,

memotivasi

a) Memberikan

bermakna

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

b) Dapat meningkatkan prestasi belajar kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan

IPA

bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (BNSP, 2007).

B. Tinjauan Pustaka

Untuk itu, dalam proses pembelajaran,

1. Hasil Belajar

guru harus menggunakan pendekatan, model, Hasil belajar merupakan bagian terpenting strategi

dalam pembelajaran. Sudjana (2009:3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta

maupun metode

yang

dapat

mendefinisikan hasil belajar siswa pada didik serta antara peserta didik dengan guru,

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Guru

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang juga harus melibatkan peserta didik secara

lebih luas mencakup bidangkognitif, efektif aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar

2. Rumusan Masalah

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak Berdasarkan latar belakang di atas maka

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi berikut, yaitu: apakah pemanfaatan lingkungan

hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar sekolah dapat meningkatkan hasil belajar mata

pengajaran dari pelajaran IPA materi fotosintesis pada siswa

merupakan

berakhirnya

puncak proses belajar.

kelas IV SD Negeri Lumbanjaya?

2. Fotosintesis

3. Cara Pemecahan Masalah

Fotosintesis adalah proses pembuatan Untuk memecahkan masalah tersebut

energi atau zat makanan/ glukosa yang akan dilaksanakan tindakan kelas terdiri dari

berlangsung atas peran cahaya matahari (photo siklus yang menggunakan alat peraga yang

= cahaya , syntesis = proses pembuatan/ berbeda pada setiap pembelajaran. Tiap siklus

pengolahan) dengan menggunakan zat hara/ dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang

mineral, karbon dioksida dan air. Mahluk ingin dicapai. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

hidup yang mampu melakukan fotosintesis terdiri atas: persiapan program (planning),

adalah tumbuhan alga dan beberapa jenis pelaksanakan tindakan (action), pengamatan

bakteri. Fotosintesi sangat penting bagi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi

kehidupan dibumi karena hampir semua terhadap kegiatan pembelajaran (evaluation),

mahluk hidup bergantung pada energi yang dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus

dihasilkan oleh proses fotosintesis.

dengan berpatokan pada refleksi awal.

a. Fungsi Fotosintesis

1) Fungsi

utama

fotosintesis untuk

4. Tujuan dan Manfaat

memperoduksi

zat makanan berupa

a. Tujuan glukosa. glukosa menjadi bahan bakar Tujuan penelitian ini adalah untuk

dasar pembangun zat makanan lainya, meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD

yaitu lemak dan protein dalam tubuh Negeri Lumbanjaya dalam pelajaran IPA materi

tumbuhan. zat zat ini menjadi makanan

80 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 79 - 83

bagi hewan maupun manusia. oleh karena

3. Hipotesa Tindakan

itu, kemampuan tumbuhan mengubah Berdasarkan kajian pustaka di atas maka energi cahaya ( sinar matahari) mejadi

dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai energi kimia ( zat makanan ) selalu

berikut: pemanfaatan lingkungan sekolah akan menjadi mata rantai makanan.

meningkatkan

hasil

belajar IPA materi

2) Fotosintesis membantu membersihkan fotosintesis pada siswa kelas IV di SD Negeri udara, yaitu mengurangi kadar CO2 (

Lumba Jaya.

karbon dioksida) diudara karena CO2 adalah

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

fotosintesis. sebagai hasil akhirnya, selain

1. Hasil Penelitian

zat makanan adalah O2 (oksigen) yang dari hasil pengolahan data penelitian sangat dibutuhkan untuk kehidupan.

dapat dideskripsikan data penelitian sebagai

3) Kemampuan tumbuhan berfotosintesis

berikut:

a. Data sebelum perlakuan pengajaran siklus sisa tumbuhan yang hidup masa lalu

selama masa hidupnya menyebabkan sisa-

1) Jumlah siswa yang mendapat nilai 40 juta tahun menjadi batubara menjadi

tetimbun didalam tanah selama berjuta-

ada 1 siswa , nilai 50 ada 3 siswa, sumber energi saat ini.

nilai 60 ada 4 siswa nilai 70 ada 4

b. Proses Fotosintesis

siswa, nilai 75 ada 3 siswa dan nilai Tumbuhan

80 ada 2 siswa, sehingga nilai artinya dapat mensistesis makanan langsung

bersifat

autorof. Autorof

tertinggi yang diperoleh siswa adalah dari

80 dan nilai terendah 40 dengan menggunakan karbon dioksida dan air untuk

senyawa anorganik.

tumbuhan

demikian rata-rata yang diperoleh menghasilkan

siswa sebesar 65. diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk

2) Siswa yang mendapat nilai 75 ke atas menjalankan

sebanyak 5 orang. fotosintesis, berikut adalah persamaan reaksi

3) Siswa yang mendapat nilai antara 60 fotosintesis yang menghasilkan glukosa:

sampai 74 sebanyak 12 orang.

4) Siswa yang mendapat nilai kurang 6H20 + 6CO2 ______________ C6H12O6(glukosa) +6O2

antara 60 sebanyak 4 orang.

5) Siswa yang telah dinyatakan memiliki Glukosa

ketuntasan belajar (dengan nilai 65 membentuk senyawa organik lain seperti

keatas) sebanyak 13 oorang dari selulosa dan dapat pula digunakan sebagai

jumlah 21 siswa atau 61, 91% bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui

sedangkan anak yang belum tuntas respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan

sebanyak 8 orang dari jumlah 21 maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang

siswa atau 38, 09% terjadi pada respirasi seluler berkebalikan

b. Data nilai siswa setelah perlakuan dengan persamaan diatas. Pada respirasi, gula

pengajaran siklus I

(glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi

1) Jumlah siswa yang mendapat nilai 50 dengan oksigen untuk menghasilkan karbon

ada 1 siswa , nilai 60 ada 3 siswa, dioksida, air, dan energi kimia. Tumbuhan

nilai 70 ada 7 siswa nilai 75 ada 5 menangkap cahaya menggunakan pigmen yang

siswa nilai 80 afa 3 siswa nilai 85 ada disebut klorofil. pigmen inilah yang memberi

2 siswa sehingga nilai tertinggi yang warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat

diperoleh siswa adalah 85 dan nilai dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil

terendah 50 dengan demikian nilai menyerap cahaya yang akan digunakan dalam

yang diperoleh siswa fotosintesis.

rata-rata

sebesar 72.

2) Siswa yang mendapat nilai 75 ke atas ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya

Alga terdiri dari alga multi seluler seperti

sebanyak 10 orang. terdiri dari satu sel. meskipun alga tidak

3) Siswa yang mendapat nilai antara 60 memliki sturuktur se-kompleks tumbuhan

sampai 74 sebanyak 10 orang. darat, fotosintesis pada keduanya terjadi

4) Siswa yang mendapat nilai kurang dengan cara yang sama hanya saja karena alga

dari 60 sebanyak 1 orang. memiliki

5) Siswa yang telah dinyatakan memiliki kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya

ketuntasan belajar (dengan nilai 65 yang diserapnya pun lebih bervariasi.

keatas) sebanyak 17 orang dari

ISSN : 2459-9743 | 81

Mariana | Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis

jumlah 21 siswa atau 80, 95% memahami materi ternyata lebih baik dari pada sedangkan anak yang belum tuntas

siklus I (pada siklus II).

sebanyak 4 orang dari jumlah 21 Suasana belajar terlihat hidup dan siswa siswa atau 19, 05%.

sangat bergairah kalau dilihat dari tes formatif Dari data diatas apabila disusun dalam

ternyata ada peningkatan nilai rata-rata kelas bentuk histogram sebagai berikut :

dari 72 menjadi 77. Dengan melihat hasil

1) Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas maka dapat dijelaskan: dari perhitungan 60ada 1 siswa, nilai 70 ada 4 siswa,

diperoleh anak nilai 75 ada 6 siswa, nilai 80 ada 5

pembelajaran setelah siklus pertama dan siswa, nilai 85 ada 3 siswa, dan nilai

setelah siklus kedua serta ketiga serta ketiga

90 ada 2 siswa, sehingga nilai menunjukkan bahwa siswa semakin menguasai tertinggi yang diperoleh siswa adalah

materi

pelajarannya

jika dalam

dengan demikian rata – rata yang diperoleh

90 dan nilai terendah 60 dengan

penyampaiannya

dilakukan

pembelajaran yang siswa sebesar 77.

menggunakan

media

bersifat interaktif

dalam proses belajar

2) Siswa yang mendapat nilai 75 ke atas sehingga ia akan mendapatkan hasil belajar sebanyak 16 0rang

yang baik. Berdasarkan hasil penelitian telah

bahwa media sampai 74 sebanyak 5 oran

3) Siswa yang mendapat nilai antara 60

dianalisis

menunjukkan

pembelajaran memiliki hubungan dengan

4) Siswa yang

mendapatkan

nilai

prestasi belajar.

kurang dari 60 sebanyak 0 orang.

5) Siswa yang telah dinyatakan memiliki

D. Kesimpulan dan Saran

ketuntasan belajar (dengan nilai 65

1. Kesimpulan

keatas) sebanyak 20 orang dari 21

a. Nilai rata-rata pemahaman siswa akan siswa atau 95, 24%, sedangkan anak

peristiwa fotosintesis siswa kelas IV pada yang belum tuntas sebanyak 1 orang

sebelum siklus sebesar 64, pada siklus I dari jumlah 21 siswa atau 4, 76%.

sebesar 72 dan pada siklus II sebesar 77 sehingga terdapat kenaikan nilai rata rata

Tabel 3. Nilai Belajar IPA Siswa

dari sebelum siklus I selanjutnya ke siklus

II.

dalam Tiap Siklus

b. Presentase ketuntasan belajar siswa pada pra siklus menunjukan angka sebesar 61,91% (13 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21 siswa), pada siklus

I sebesar 80, 95% (17 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21 siswa) dan pada siklus II sebesar 95,24%(20 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 21 siswa). Dengan demikian

peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke

terdapat

2. Pembahasan

siklus II

Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa sebagian siswa belum tuntas dalam belajarnya

2. Saran

(pada siklus I) dikarenakan penggunaan

a. Untuk Guru

memilih dan guru sehingga kurang dapat membangkitkan

lingkungan sekolah yang kurang spesifik dari

Guru

sebaiknya

menggunakan media pembelajaran yang siswa dalam belajar dengan optimal, sehingga

lengkap sesuai dengan topik nyang siswa belum dapat menyerap materi yang

dibahas dalam proses belajar mengajar diberikan oleh guru dengan baik dan benar.

dan memberikan dorongan/ motivasi Setelah refleksi diri guru mengubah media

kepada siswa untuk memilih cara belajar pembelajaran lingkungan tanpa kertas kerja

yang baik.

siswa dengan alat peraga lingkungan dengan

b. Untuk sekolah

menggiatkan pengamatan

penambahan lembar kerja yang harus diisi saat

1) Sekolah

sebaiknya

kelompok-kelompok belajar, sebab mengamati dan memperhatikan dengan baik.

yang memungkinkan

siswa

dengan kelompok belajar tersebut Hal ini dilakukan untuk penguatan siswa dalam

maka waktu dan kualitas belajar akan

82 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 79 - 83

meningkat karena antar anggota

Daftar Pustaka

kelompok akan

Achmadi, A., & Supriyono, W. 2004. Psikologi pikiran.

saling bertukar

Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

2) Menyediakan media pembelajaran Rahadi, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: yang

Tenaga Kependidikan kurikulum khususnya pada mata

pelajaran IPA. Supriyadi, D. 2000. Anatomi Buku Sekolah di Indonesia. Yogyakarta: Adi Cita

ISSN : 2459-9743 | 83

Elyarosya | Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring

Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring melalui Media Pias-Pias Kata pada Siswa Kelas I

SD Negeri Lumban Jaya

Elyarosya

Guru SD Negeri Lumban Jaya, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring melalui media pias-pias kata pada siswa kelas I SD Negeri Lumba Jaya. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lumban Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri Lumban Jaya. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa keterampilan membaca nyaring siswa meningkat dari 35% pada pengukuran awal, menjadi 60% pada siklus I, dan meningkat hingga 95% pada siklus II. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengguna media pias-pias kata efektif meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa kelas I SD Negeri Lumban Jaya.

Kata kunci: membaca nyaring, media pias-pias kata

A. Pendahuluan

membaca nyaring.Pengaruh penggunaan media

1. Latar Belakang

memberikan Fokus utama tujuan pengajaran Bahasa

dorongan pada guru dalam menyampaikan Indonesia meliputi empat aspek keterampilan

pembelajaran membaca nyaring.Hal yang perlu berbahasa yakni keterampilan menyimak,

diperhatikan dalam pembelajaran membaca keterampialn

nyaring adalah penggunaan media pias pias membaca

berbicara,

keterampilan

tersebut harus kemampuan

dan menulis,

keempat

aspek

kata.penggunaan

media

disesuaikan dengan materi pokok bahasan berkaiterat, sehingga merupakan satu kesatuan

misalnya kartu dan bersifat hirarkis, artinay keterampilan

yang akan disampaikan

nama,kartu huruf,kartu suku kata,kartu suku berbahasa

kata,kartu kata atau pias pias kata dan kartu keterampilan berbahasa yang lain.

yang satu

akan

mendasari

digunakan dalam Di sekolah pembelajaran Bahasa Indonesia

kalimat.media

tersebut

pembelajaran membaca nyaring pada siswa memang memiliki peranan yang sangat penting

kelas I sekolah dasar.

dibandingkan dengan pembelajaran yang lain.

2. Rumusan Masalah

Seperti yang dikemukakan Akhadiah dalam Dari latar belakang di atas dapat darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001:57),

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bahwa pembelajaran membaca, buru dapat

apakah penggunaan media pias-pias kata dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan

meningkatkan keterampilan membaca nyaring anak anak indonesia. Dalam pembelajaran

pada siswa kelas I SD Negeri Lumba Jaya? membaca guru dapat memilih wacana yang

3. Tujuan Penelitian

berkaitan dengan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan kepahlawanan,

tokoh

nasional,

untuk meningkatkan keterampilan membaca kepariwisataan.

kenusantaraan,

dan

nyaring melalui media pias pias kata pada pembelajaran

siswa kelas I SD Negeri Lumba Jaya. mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan

4. Manfaat Penelitian

bernalar dan kreativitas anak didik.

a. Manfaat teoritis

kualitas kelas I SD Negeri Lumba Jaya yang belum

Untuk mengetahui seberapa banyak siswa

lancar membaca,guru memberikan ulangan

2) Dapat memberikan masukan kepada atau tes tentang membaca.melalui tes membaca

instansi terkait dalam mengambil dapat diketahui baik tidaknya kemampuan

84 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 84 - 87

kebijakan yang dapat menunjang menggunakan metode ceramah, sehingga siswa proses pembelajaran.

mendapat pemahaman yang masih abstrak.

b. Manfaat Praktis Pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa kurang

1) Bagi peneliti, menemukan solusi bergairah khususnya untuk Kompetensi Dasar untuk meningkatkan keterampilan

3.1. Membaca Nyaring Suku Kata dan Kata membaca nyaring pada siswa kelas I.

dengan Lafal yang Tepat Belum mencapai

2) Bagi siswa menjadi lebih terampilan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu dalam membaca nyaring.

ditetapkan 65. Nilai rata-rata yang dicapai dari

3) Bagi institusi, kepala sekolah dapat

20 siswa adalah 57, 50 ada 2 siswa yang mensosialisasikan kepada rekan guru

mendapat nilai 80, 5 siswa mendapatkan nilai sehingga

70, 4 siswa mendapat nilai 60, 5 siswa menggunakan media pias pias kata

terinspirasi

untuk

mendapat nilai 50, 4 siswa mendapat nilai 40. dalam

pembelajaran

membaca

b. Data Hasil Observasi

nyaring siswa kelas I. Observasi atau pengamatan dilaksanakan selama

pelaksanaan pembelajaran secara

B. Kajian Pustaka

kolaboratif antara guru dan peneliti dengan

teman sejawat dengan Kemampuan membaca merupakan suatu

1. Keterampilan Membaca Nyaring.

supervisor

dan

menggunakan instrumen monitoring yang telah kemampuan untuk memahami informasi atau

direncanakan secara kolaboratif pula agar wacana yang disampaikan pihak lain melalui

mendapatkan data yang lebih lengkap. Hal-hal tulisan. Kemampuan membaca yang baik

kepala sekolah atau merupakan salah satu kunci untuk mencapai

diobservasi

oleh

supervisor adalah tentang kegiatan guru dalam sukses dalam pendidikan dan merupakan dasar

mengimplementasikan pembelajaran membaca untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika

nyaring dengan menggunakan pias-pias kata anak pada usia sekolah tidak segera memiliki

pembelajaran, membuka kemampuan membaca, maka anak mengalami

pada

saat pra

pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang

penutup.

studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena

belajar siswa dalam itu maka dalam mengajarkan ketrampilan-

Aktivitas

pembelajaran di observasi oleh teman sejawat ketrampilan membaca nyaring, sang guru harus

hal hal yang diobservasikan adalah kegiatan bisa memahami proses komunikasi dua arah

dalam tahap pra (Dawson, dkk, 1963:215-216).

kegiatan pembukaan

2. Media Pias-Pias Kata.

pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan Pias-Pias kata adalah tiap satu helai berisi

kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan satu kata. Media pias-pias kata dalam

siswa atau aktivitas siswa dalam pembelajaran pembelajaran

diperoleh dari lembar observasi aktivitas memberikan

setelah dilaksanakan meningkatkan motivasi belajar siswa, dan

pembelajaran siklus I.

mempertinggi daya serap serta siswa dapat Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan memusatkan perhatiannya dalam belajar.

secara kolaboratif antara supervisor, teman Melalui penggunaan media pias-pias kata

sejawat dan peneliti menunjukan bahwa diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas

ketertarikan siswa kelas I dalam belajar dari

membaca nyaring dengan pias-pias kata memberi pengaruh yang cukup besar terhadap

pelajaran Bahasa

Indonesia

dapat

mengalami peningkatan, pada kondisi awal proses belajar sehingga hasilnya akan lebih

35% menjadi 60% pada siklus I berarti naik baik. Media pias-pias kata ini menggunakan

25%. Hal ini dapat diamati pada prose yang kertas berwarna untuk menarik perhatian

yang menghidupkan suasana pembelajaran siswa yang diatasnya ditulis kata-kata.

sehingga siswa belum mampu memcahkan masalah.kemampuan guru dalam menerpakan

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

membaca nyaring dengan pias-pias kata pada

1. Hasil Penelitian.

saat

pra

pembelajaran ,membuka

a. Deskripsi Kondisi Awal.

pembelajaran,kegiatan inti,dan kegiatan akhir Setelah peneliti mencermati ternyata

atau penutup mengalami peningkstsn dari siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam

kondisi awal mencapai poin 1,9 dalam kriteria mengikuti pembelajaran membaca nyaring. Hal

cukup baik menjadi 3,24 dalam kriteria sangat ini

baik pada siklus I naik 1,34 poin. Hasil belajar pembelajaran

disebabkan oleh guru

yang dalam

siswa pada tes akhir atau pada ulangan harian

ISSN : 2459-9743 | 85

Elyarosya | Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring

mengalami peningkatan presentase siswa

b. Observasi Tindakan Siklus II

tuntas belajar pada kondisi awal 35% menjadi Berdasarkan tabel tingkat pencapaian 60% pada siklus I berarti naik 25%. Namun

kondisi awal hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia

hasil

belajar siswa pada

menunjukan rata rata kelas nilai ulangan tentang membaca nyaring secara klasikal

harian 57,5 dari 20 siswa 2 siswa mendapat belum memuaskan, indikator keberhasilan

nilai 80,5 siswa mendapat nilai 70,4 siswa penelitian

mendapat nilai 60,4 siswa mendapat nilai 50 mencapai KKM 65 dan jumlah siswa tuntas

ini hasil

belajar

diharapkan

dan 5 siswa mendapat nilai 40. Kriteria mencapai 75%. Hasil yang dicapai rata rata

ketuntasan Minimal (KKM) 65, siswa tuntas kelas baik, telah mencapai 70 namun jumlah

belajar 7 siswa presentase tuntas belajar 35%, siswa yang tuntas belajar baru mencapai 60%

siswa belum tuntas belajar 13 siswa presentase berarti belum tuntas.

belum tuntas belajar 65% nilai terendah 40 dan

2. Pembahasan

nilai

tertinggi 80. Setelah

dilaksanakan

a. Observasi Tindakan Siklus I

pembelajaran membaca nyaring dengan pias- Berdasarkan tabel tingkat pencapaian

pias kata pada siklus I nilai rata rata kelas hasil

ulangan harian menjadi 70 dari 20 siswa, 8 menunjukan rata rata kelas nilai ulangan

belajar siswa pada

kondisi awal

siswa mendapat nilai 60, 6, siswa mendapat harian 57,5. Dari 20 siswa, 2 siswa mendapat

nilai 70, 4 siswa mendapat nilai 80, dan 2 siswa nilai 80, 5 siswa mendapat nilai 70, 4 siswa

mendapat 90.

mendapat nilai 60, 4 siswa mendapat nilai 50, Hasil tindakan pada siklus II menunjukan dan 5 siswa mendapat nilai 40. Kriteria

terjadi peningkatan pada tingkat pencapaian Ketuntasan Minimal (KKM) 65 siswa tuntas

hasil belajar siswa yaitu nilai rata rata kelas belajar 7 siswa presentase tuntas belajar 35%,

ulangan harian menjadi 81,75. Dari 20 siswa 1 siswa belum tuntas belajar 13 siswa presentase

siswa mendapat nilai 60, 1 siswa mendapat belum tuntas belajar 65% nilai terendah 40 dan

nilai 65, 3 siswa mendapat nilai 75, 8 siswa nilai

mendapat 80, 2 siswa mendapat nilai 85, 2 pembelajaran membaca nyaring dengan pias-

tertinggi 80. Setelah

dilaksanakan

siswa mendapat nilai 90, 1 siswa mendapat pias kata pada siklus I nilai rata rata kelas

nilai 95, dan 2 siswa mendapat nilai 100. ulangan harian menjadi 70 dari 20 siswa, 8

Dengan presentase tuntas belajar klasikal 5%, siswa mendapat nilai 60, 6 siswa mendapat

nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Nilai nilai 70, 4 siswa mendapat nilai 80, dan 2 siswa

rata rata kelas pada kondisi awal 57,5 mendapat 90.

meningkat menjadi 70 pada siklus I 50 point Presentase

diatas KKM. Dari siklus I ke siklus II meningkat meningkat dari kondisi awal dari 35% menjadi

mendapat 81,75 atau 16,75 point diatas KKM. 60% setelah dilaksanakan siklus I, tetapi belum

Persentase tuntas belajar klasikal meningkat mencapai indikator keberhasilan penelitian ini

dari kondisi awal dari 35% menjadi 60% yaitu 75% siswa tuntas belajar. Dari hasil

setelah siklus I, dan menjadi 95% setelah siklus wawancara

II sudah mencapai indikator keberhasilan pembelajaran tentang ketertarikan siswa pada

penelitian ini yaitu 7% siswa tuntas belajar. pelajaran Bahasa indonesia dengan media pias- pias kata menunjukan bahwa pada kondisi awal

D. Kesimpulan

dari 20 siswa yang tertarik 7 siswa (35%), 4 Berdasarkan hasil tindakan yang telah siswa cukup tertarik (20%), siswa yang kurang

dilaksanakan dalam dua siklus dan indikator tertarik 9 siswa (45%). Setelah dilaksanakan

indikator yang telah ditetapkan maka dapat siklus I terjadi peningkatan dari 20 siswa 12

disimpulkan sebagai berikut:

siswa tertarik (60%), 5 siswa cukup tertarik

1. Media pias-pias kata dapat meningkatkan (25%), 3 siswa kurang tertarik (15%) aktivitas

dalam proses belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa

keaktifan

siswa

indonesia Indonesia

pembelajaran

bahasa

dengan media pias-pias kata khususnya membaca nyaring pada siswa mencapai rata rata 65,65%. Pada siklus

kelas 1 SDN Lumba Jaya

2. Media pias-pias kata dapat meningkatkan pembelajaran membaca nyaring dengan pias-

I.kemampuan guru

dalam melaksanakan

pada mata pias kata pada mata pelajaran bahasa indonesia

keterampilan

membaca

pelajaran bahasa indonesia khususnya telah terjadi peningkatan hal ini terlihat dari

membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN data hasil observasi baik menjadi 3,24 kriteria

Lumba Jaya.

sangat baik pada siklus I.

86 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 84 - 87

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta: Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan Rineka Cipta.

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Barto. 2005. Penilaian Hasil Belajar dan

Depdiknas.

Pembelajaran.

Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian University Press UNESA.

Surabaya:

Surabaya

Tindakan. Malang: IKIP. Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan

Waluyo, H.J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta: Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa

Erlangga.

Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud.

ISSN : 2459-9743 | 87

Rosmaida | Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan

Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.B SD Negeri 2 Sekayu

Rosmaida

Guru SD Negeri 2 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I.B dalam membaca permulaan dengan menggunakan media kartu huruf di SD Negeri 2 Sekayu. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sekayu Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu sebanyak 33 orang yang terdiri dari 19 laki-laki 14 perempuan. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini menggunakan teknik pengumpulan observasi dan tes. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar membaca permulaan siswa dari sebesar 45,5% pada siklus I menjadi 85% pada siklus II. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu huruf efektif meningkatkan kemampuan membaca awal siswa kelas I.B SD Negeri 2 Sekayu.

Kata kunci : membaca permulaan, media kartu hururf

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

pendidikan anak usia.

Keberhasilan pendidikan membutuhkan Namun ada pula yang mengatakan bahwa kerja keras secara bersama- sama dan terus

mengajarkan anak membaca sejak dini bisa saja menerus antara pihak keluarga, sekolah,

dilakukan. Bahkan kemampuan ini dapat masyarakat maupun negara karena pada

pengetahuan dasarnya pendidikan merupakan tanggung

berpikir anak asalkan anak sudah siap, punya jawab bersama. Di dalam perkembangan dunia

minat, rasa ingin tahu yang kuat dan jangan pendidikan pada masa sekarang menuntut

memaksakan anak, karena bagaimanapun juga seorang

kesiapan anak untuk belajar itu tidak sama menyampaikan

guru untuk

kreatif

dalam

yang paling penting kegiatan itu dilaksanakan dikuasai siswa.

dengan menyenangkan.

Proses belajar mengajar akan lebih efektif Namun kenyataan yang ada, berdasarkan bila

pengamatan di kelas I SD Negeri 2 Sekayu, pembelajaran yang tepat. Penggunaan media

guru menggunakan

perangkat

kemampuan anak sangat berbeda dilihat dari pembelajaran

sisi anak. Ada anak yang belum mengenal huruf memudahkan

atau belum memahami, ini dilihat dari anak penyampaian materi kepada siswa. Oleh karena

tersebut bila diajak membaca harus dituntun. itu, penerapan pembelajaran menulis dan

Ada anak yang sangat pendiam sehingga membaca harus benar-benar tuntas.

kurang mampu diajak berkomunikasi, anak Kemampuan membaca sangat penting

seperti ini biasanya suaranya kurang jelas dan bagi anak-anak untuk belajar di tingkat yang

hanya berbisik.

lebih tinggi. Namun tingkat kesiapan anak dan Kenyataan tersebut dapat disebabkan oleh minat anak tetap harus diperhatikan. Akan

pembelajaran di kelas diantaranya medianya tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa anak-

yang kurang menarik sehingga anak kurang anak di kelas rendah di bangku SD akan merasa

berminat, atau juga dari metode yang tertekan jika diajari membaca, karena belum

digunakan lebih banyak memakai papan tulis siap menerima pengajaran yang diberikan.

atau poster sehingga membosankan bagi anak. Padahal

Permainan sebagai salah satu metode dalam pembelajaran jarang digunakan.

88 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 88 - 91

didukung dengan maka penulis terdorong untuk melaksanakan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas

Persiapan

membaca

pengalaman keaksaraan seperti membaca buku penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan

atau sering menggunakan tulisan maupun Kemampuan Membaca Permulaan dengan

simbol saat pembelajaran. Bahan-bahan untuk Menggunakan Media Kartu Huruf pada Siswa

membaca permulaan harus sesuai dengan Kelas I.B SD Negeri 2 Sekayu.

bahasa dan pengalaman anak. Kemampuan membaca dimulai ketika

2. Rumusan Masalah

anak senang mengeksplorasi buku dengan cara Berdasarkan latar belakang di atas, maka

memegang atau membolak- balik buku, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berpura-pura membacanya. Kebiasaan ini berikut: apakah penggunaan media kartu huruf

menjadi tanda bahwa minat baca anak mulai dapat meningkatkan kemampuan membaca

tumbuh. Dari sini dapat dijelaskan hubungan permulaan pada siswa kelas I.B SD Negeri 2

antara tulisan, bunyi yang dikeluarkan dari Sekayu?

tulisan itu serta artinya, berarti anak mulai mengerti fungsi tulisan atau bacaa (Aminah,

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa

2. Media Kartu Huruf

kelas I.B dalam membaca permulaan dengan Media pembelajaran mempunyai peranan menggunakan media kartu huruf di SD Negeri 2

yang penting dalam proses kegiatan belajar Sekayu.

mengajar. Dengan adanya media, proses kegiatan belajar mengajar akan semakin

4. Manfaat Penelitian

dirasakan manfaatnya. Penggunaan media

a. Bagi siswa: meningkatkan aktivitas dan diharapkan akan menimbulkan dampak positif, kemampuan dalam membaca pemulaan.

seperti timbulnya proses pembelajaran yang

b. Bagi penulis: meningkatkan kreativitas, lebih kondusif, terjadi umpan balik dalam profesionalisme dan pola ajar yang

proses belajar mengajar, dan mencapai hasil bermutu

yang optimal. Berbicara mengenai media, tentu

c. Bagi Sekolah: mengetahui masalah proses memiliki cakupan yang luas. Oleh karena itu, belajar di sekolah, bahan refleksi terhadap

masalah media akan dibatasi ke arah yang kemajuan sekolah dan meningkatkan

relevan dengan pembelajaran yaitu media mutu kualitas dan kuantitas sekolah.

pembelajaran.

Kartu huruf di sini dipahami sebagai

B. Kajian Pustaka

media (alat) dalam pengajaran, yang mana

1. Membaca Permulaan

melaluinya simulasi dari inti pengajaran Membaca adalah suatu kegiatan interaktif

disampaikan baik secara deskriptif maupun untuk memetik serta memahami arti atau

demonstratif, yang tentunya ini menandaskan makna yang terkandung di dalam bahasa tulis,

pada fungsinya sebagai penyampai pesan disamping itu, membaca juga merupakan suatu

(Gagne dalam Rita, 2009:222). Dalam konteks proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

bagi AUD, media pembaca untuk memperoleh pesan yang

media

pembelajaran

merupakan segala alat fisik yang dapat hendak disampaikan oleh penulis melalui

menyajikan pesan serta merangsang anak didik media kata-kata/ bahan tulis (Sumadyo,

untuk belajar (Briggs dalam Rita, 2009:222). 2011:5).

Melihat wujud dan cara penggunaannya, media Membaca permulaan adalah membaca

terdiri atas: 1) media grafis; 2) media audio; yang diajarkan secara terprogram kepada anak

dan 3) media proyeksi diam (Sadiman, di kelas rendah sekolah dasar. Program ini

menunjukkan perhatian

Media yang sifatnya gambar dapat juga perkataan utuh, bermakna dalam konteks

pada perkataan-

disebut sebagai media grafis atau lebih dikenal pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang

juga bentuk media visual. Maka kartu huruf diberikan melalui permainan dan kegiatan yang

merupakan media menarik

sebagai perantara pembelajaran bergambar tentang sesuatu (baik benda, (Susanto, 2011).

lanskap atau suasana tertentu) lalu disertakan Sehubungan dengan itu, maka membaca

dengan huruf yang mengarah pada pembacaan permulaan berarti ketepatan dan kecepatan

dari gambar yang ada di kartu tersebut. anak memahami kata dan baris-baris kalimat

pembelajaran serta pengenalan bacaan atau lambang tulis.

Langkah-langkah

menggunakan kartu huruf yaitu siswa disuruh

ISSN : 2459-9743 | 89

Rosmaida | Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan

mengambil kartu huruf yang telah disediakan

pada bagian secara acak sesuai dengan perintah guru, siswa

disuruh mengambil huruf konsonan, vokal, konsonan, vokal hingga tersusun kata berpola

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

KV-KV. Selanjutnya kemudian siswa diminta

1. Hasil Penelitian

membaca kata yang berbentuk demikian

a. Siklus Pertama

berulang-ulang untuk melatih dan memperkaya

1) Hasil Observasi Proses Pembelajaran kosakata pada anak. Kemudian, pada tindakan

Dari hasil observasi pada siklus pertama selanjutnya disiapkan kosa kata yang lebih

diketahui bahwa ada 15 siswa yang terlihat rumit dan harus dibaca siswa. Kosa kata ini

aktif dan 18 siswa yang masih bersikap pasif lebih menantang dan lebih membutuhkan

dalam proses pembelajaran. Ini berarti secara perhatian dari siswa.

keseluruhan siswa I.B SD Negeri 2 Sekayu Selanjutnya

masih banyak pasif yakni sebesar 55,5%. kalimat berpola sederhana (SPO) yang harus

disiapkan pula

kalimat-

2) Hasil Belajar Siswa.

dibawa dengan bantuan alat peraga kartu huruf Dari hasil belajar siswa pada siklus berwarna dan kegiatan pada langkah kedua

pertama ini diketahui bahwa ketuntasan pada prinsipnya sama dengan langkah pertama

belajar baru mencapai 45,5%. Ini berarti baru hanya materi kosakata yang menjadi bahan

terdapat 15 orang siswa yang berhasil belajar

meningkatkan kemampuan membaca awalnya. memperkaya kosakata serta meningkatkan

rumit, itu

dimaksudkan

untuk

Sedangkan 18 orang peserta didik lain masih keterlatihan siswa dan pada akhirnya menuju

belum tuntas belajar. Hal ini dikarenakan siswa kalimat-kalimat sederhana dengan pola S-P-O.

belum termotivasi untuk mengikuti belajar membaca permulaan karena pembelajaran

3. Hipotesis Tindakan

dalam siklus ini belum menggunakan media Penggunakan media kartu huruf dapat

kartu huruf.

meningkatkan kemampuan membaca awal

b. Siklus Kedua

pada siswa Kelas 1.B SD Negeri 2 Sekayu.

1) Hasil Observasi Proses Pembelajaran. Dari hasil observasi pada siklus kedua ini

C. Metode Penelitian

diketahui bahwa ada 28 siswa yang terlihat

aktif dan 5 siswa yang masih bersikap pasif Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2

1. Tempat dan Subyek Penelitian

dalam proses pembelajaran. Ini berarti secara Sekayu, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi

keseluruhan siswa I.B SD Negeri 2 Sekayu Banyuasin. Subjek penelitian adalah siswa-

sudah bersikap aktif yakni sebesar 85%. siswi kelas 1.B tahun pelajaran 2014/2015

Peningkatan aktivitas ini terjadi karena pada yang berjumlah 33 orang yang terdiri dari 19

siklus ini peneliti telah menggunakan media laki-laki 14 perempuan.

kartu huruf untuk meningkatnya kemampuan membaca

permulaan pada

para subyek

2. Sumber dan Analisis Data

penelitian.

a. Jenis Data

2) Hasil Belajar Siswa.

Jenis data yang dikumpulkan dalam Dari hasil belajar siswa pada siklus kedua penelitian ini adalah data kualitatif dan

ini diketahui bahwa ketuntasan belajar telah kuantitatif yang terdiri dari data hasil belajar

mencapai 85%. Ini berarti telah terdapat 28 siswa, data rencana pembelajaran, dan data

orang siswa yang berhasil meningkatkan hasil observasi siswa dan guru selama kegiatan

kemampuan membaca awalnya. Sedangkan 5 pembelajaran.

orang peserta didik lainnya masih belum tuntas

b. Cara Pengumpulan Data

belajar. Hal ini dikarenakan siswa telah Data penelitian dikumpulkan dengan

termotivasi untuk mengikuti belajar membaca menggunakan lembar observasi siswa dan

permulaan karena pembelajaran dalam siklus guru, data refleksi serta perubahan yang terjadi

ini telah menggunakan media kartu huruf. di kelas diambil dari laporan yang dibuat

Karena standar Kriteria Ketuntasan Minimal peneliti

(KKM) dalam pembelajaran ini telah ditetapkan perencanaan dengan pelaksanaan diambil dari

dan data

keterkaitan

antara

sebesar 70 poin, maka dapat disimpulkan rencana pembelajaran dan lembar observasi.

bahwa hasil penelitian ini telah melampaui

peningkatan Analisis

c. Analisa Data

awal dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif

data dalam penelitian

menggunakan media kartu huruf ini dinyatakan dengan menggunakan teknik persentase untuk

efektif dan berhasil.

90 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 88 - 91

2. Pembahasan.

2. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan perbaikan

Hasil belajar siswa

pada

tindakan

agar sekolah dan para guru, khususnya yang mempunyai rata-rata sebesar 45,5 dengan

mengajarkan mata pelajaran membaca, dapat standar Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar

menggunakan media kartu huruf untuk

mempercepat peningkatan pembelajaran belum tuntas. Hasil belajar siswa

70 poin. Hal ini menunjukkan bahwa proses

membantu

kemampuan membaca siswa, khususnya pada pada siklus kedua menunjukkan rata-rata

siswa kelas rendah dan atau pada siswa yang sebesar 85 dengan KKM sebesar 70, berarti

memiliki kesulitan dalam melakukanaktivitas proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan

membaca.

pada siklus ke II ini mampu menunjukkan proses pembelajaran dan mencapai tujuan

Daftar Pustaka

pembelajaran secara menyeluruh

setelah

menggunakan media kartu huruf, baik dilihat Harimurti, K. 1985. Tata Bahasa Deskriptif dari individu maupun rata-rata keseluruhan

Indonesia. Jakarta: Pusat siswa dan hasil observasi yang dilakukan oleh

Bahasa

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. teman sejawat dan pembimbing menunjukkan

Mendiknas RI. 2006. Peraturan Menteri adanya kemunculan aspek-aspek yang diamati.

Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan

E. Kesimpulan dan Saran

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

1. Kesimpulan

Biro Hukum dan Organisasi Kemdiknas. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat

Sudjana, N. 2001. Evaluasi Pembelajaran. disimpulkan bahwa penggunaan media kartu

Jakarta: Rosdakarya. huruf

Wardani. 1992. Pengajaran Bahasa Indonesia membaca permulaan pada siswa kelas I-B SDN

efektif meningkatkan

kemampuan

Anak

Berkesulitan Belajar. Jakarta:

2 Sekayu hal ini dapat dilihat dari peningkatan

Depdikbud.

indikator keberhasilan yaitu sebesar 45,5% (siklus I) menjadi 85% (siklus II).

ISSN : 2459-9743 | 91

Elfarini | Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah

Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hak Asasi Manusia Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning

pada Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu

Elfarini

Guru SMA Negeri 3 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn pada siswa X.2 SMA Negeri 3 Sekayu sehingga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu yang berjumlah 32 orang. Penelitian ini terdiri atas 3 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran PKn materi Hak Asasi Manusia meningkat dari 28,12% pada pengukuran awal (pra- siklus) menjadi 81,25% pada pengukuran akhir (siklus III). Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning efektif meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan materi hak asasi manusia pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu

Kata kunci: memecahkan masalah, problem based learning

A. Pendahuluan

belajar, strategi pembelajaran, sarana dan

1. Latar Belakang

prasarana, kurikulum dan lingkungan. Mata

Disinilah guru dituntut untuk merancang Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

pelajaran

Pendidikan

yang mampu yang memfokuskan pada pembentukan warga

kegiatan

pembelajaran

mengembangkan kompetensi, baik dalam negara

afektif maupun melaksankan hak-hak dan kewajibannya untuk

yang memahami

psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran menjadi warga negara yang baik, yang cerdas,

yang berpusat pada siswa dan penciptaan terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

suasana yang menyenangkan sangat diperlukan oleh Pancasila dan UUD 1945.

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam Berdasarkan

mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis pengalaman selama ini, siswa kurang aktif

memilih model pembelajaran berbasis masalah dalam

Learning dalam cenderung tidak begitu tertarik dengan

kegiatan belajar-mengajar.

memecahkan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn

meningkatkan

kemampuan

masalah HAM dalam mata pelajaran PKn. dianggap sebagai

diatas maka mementingkan

pelajaran

yang hanya

Berdasarkan

uraian

Penetitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang menekankan

mengkaji penerapan pembelajaran menyebabkan rendahnya minat belajar PKn

model “Problem Based Learning” dalam mata siswa di sekolah.

pelajaran PKn.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil

2. Rumusan Masalah

belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal Berdasarkan latar belakang diatas, maka dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara

permasalahan sebagai lain : motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan

dapat

dirumuskan

berikut, yaitu: apakah pembelajaran model dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor

problem based learning dapat meningkatkan eksternal adalah faktor yang terdapat dari luar

keterampilan memecahkan masalah HAM siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan

dalam mata palajaran PKn?

92 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 92 - 95

3. Tujuan Penelitian

siswa untuk berpikir secara kritis dan analisis, Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendapatkan dan meningkatkan

menggunakan secara tepat sumber-sumber masalah HAM dalam mata pelajaran PKn pada

siswa X.2 SMA Negeri 3 Sekayu sehingga Pembelajaran berbasis masalah digunakan pembelajaran

untuk merangsang berpikir tingkat tinggi menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.

dengan situasi berorientasi pada masalah,

4. Manfaat Penelitian

belajar bagaimana Secara teoritis dan praktik, penelitian ini

termasuk

didalamnya

belajar. Menurut Ibrahim & Nur (dalam diharapkan dapat bermanfaat untuk:

Nurhadi dkk, 2004) pembelajaran berbasis

a. Memperbaiki proses belajar mengajar masalah dikenal dengan nama lain seperti dalam pelajaran PKn di Sekolah SMA

Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Negeri 3 Sekayu.

Eksperience-Based

Education (Pendidikan

b. Mengembangkan kualitas guru dalam berdasarkan pengalaman), Autentik Learning mengajarkan

Autentik), dan Anchored kewarganegaraan di Sekolah Menengah

pendidikan

(Pembelajaran

Instruction atau pembelajaran yang berakar Atas.

pada dunia nyata.

dalam pembelajaran pembelajaran

c. Memberikan

berbasis masalah adalah adanya penyajian kewarganegaraan.

pendidikan

masalah,

mengajukan pertanyaan dan

d. Menciptakan rasa

penyelidikan dan dialog. Pendidikan

Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat pelajaran berlangsung dengan adanya the

Kewarganegaraan

selama

dilaksanakan tanpa guru mengembangkan involvement of participation

yang memungkinkan problem based learning.

terjadinya pertukaran ide secara terbuka, secara garis besar pembelajaran berbasis

B. Kajian Pustaka

masalah terdiri dari penyajian kepada siswa Problem Based Learning (PBL) atau

situasi masalah autentik dan bermakna yang pembelajaran berbasis masalah adalah metode

dapat memberikan kemudahan kepada mereka pengajaran

untuk melakukan penyelideikan secara inkuiri. permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir dan

C. Hasil Penelitian

keterampilan memecahkan

Penelitian ini dilakukan 3 siklus. Dari memperoleh pengetahuan (Duch, 1995)

masalah, dan

instrumen-instrumen yang digunakan dalam Bound & Felleti (1991) menyatakan

penelitian ini diperoleh data sebagai berikut: bahwa “problem based learning is a way of

1. Kemampuan Memecahkan Masalah.

constructing and teaching course using problem Data ini diperoleh dengan menggunakan as a stimulus and focus on student activity.

rubrik penilaian kemampuan memecahkan Senada

masalah dan hasilnya sebagai berikut: menyatakan bahwa PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip

dengan itu,

bahwa masalah (problem) dapat digunakan

Lembar Observasi

sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah

sebagai langkah

awal

dalam

mengumpulkan dan

mengintegrasikan

pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok

untuk mencari

penyelesaian

masalah-masalah di dunia nyata. Stimulasi masalah

keingintahuan siswa

sebelum

mulai

mempelajari suatu objek. PBL menyiapkan

ISSN : 2459-9743 | 93

Elfarini | Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah

Keterangan:

3. Hasil evaluasi

a. Mengamati gambar/ foto Data hasil belajar siswa dapat dilihat dari

b. Tidak mengamati gambar/ foto

diagram dibawah ini:

c. Aktif bertanyajawab tentang gambar/ foto

d. Tidak aktif bertanyajawab

e. Mampu menceritakan unsur-unsur HAM pada

Grafik 1

gambar

Ketuntasan Belajar Siswa

f. Tidak mampu menceritakan unsur-unsur HAM

pada gambar

g. Aktif mempresentasikan hasil diskusi

h. Tidak aktif mempresentasikan hasil diskusi

2. Aktivitas Belajar Siswa

Hasil observasi yang dilakukan guru terhadap aktivitas siswa sebelum dan sesudah perbaikan terdapat dalam tabel berikut ini:

Aktivitas Belajar Siswa

ternyata penggunaan model pembelajaran Problem

dapat dapat meningkatkan minat siswa untuk pembelajaran

Based

Learning

Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.2,siswa sangat antusias membahas topik dalam diskusi, dan berusaha menjawab dan menemukan informasi tentang topik tersebut. Siswa saling berebut mengemukakan informasi (apa yang mereka

topik. Setelah dilakukan pembagian tugas kelompok siswa

bekerja sesuai dengan tugasnya masing-

a. Terlibat aktif, artinya siswa mengikuti

masing.

pembelajaran dengan sungguh-sungguh,

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan

D. Kesimpulan

dengan benar

Dari tahap kegiatan pada siklus I, II dan III, pembelajaran

tentang

materi

hasil yang diharapkan adalah siswa memiliki

b. Terlibat pasif, artinya siswa tidak sungguh- kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif sungguh mengikuti pembelajaran, tidak

terlibat dalam proses pembelajaran Pendidikan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan

Kewarganegaraan. Ada kemauan guru untuk seadanya

menerapkan model pembelajaran Problem

c. Tidak terlibat, artinya siswa duduk diam Based Learning pada pelajaran lainnya. Prestasi saja,

Pendidikan menjawab pertanyaan

tidak mau

Kewarganegaraan meningkat. Nilai rata-rata siswa mencapai 82,53. Dari hasil perbaikan

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dapat jumlah siswa dan prosentase siswa yang

ditarik kesimpulan sebagai berikut: terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum

1. Pada siklus pertama, siswa yang terlibat perbaikan pembelajaran menunjukkan adanya

aktif dalam pembelajaran mencapai 53,12 kenaikan. Sebelum perbaikan pembelajaran

siswa yang terlibat aktif hanya 9 orang (28,12

2. Pada siklus kedua, siswa yang terlibat aktif %), kemudian setelah perbaikan siklus pertama

dalam pembelajaran mencapai 68,75 % naik menjadi 17 orang (53,12 %), siklus kedua

3. Pada siklus ketiga, siswa yang terlibat aktif meningkat menjadi 22 orang (68,75%), dan

dalam pembelajaran mencapai 81,25 % siklus yang terakhir atau siklus ketiga menjadi

Berdasarkan

kesimpulan

di atas

26 orang (81,25 %). Hal ini berarti bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan aktivitas belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 3

kelas X.2 di SMA Negeri 1 Sekayu Kabupaten Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera

Musi Banyuasin Sumatera Selatan dengan Selatan

menggunakan model pembelajaran Problem Kewarganegaraan mengalami peningkatan.

dalam pembelajaran

Pendidikan

Based Learning dapat dikatakan berhasil

94 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 92 - 95

karena 81,25 % siswa yang terlibat aktif dan Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2006. nilai rata-rata siswa mencapai 82,53.

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara.

Daftar Pustaka

Depdiknas RI. 2006. Standar Kompetensi Abdullah, H.R, & Syamsir. 2002. Perkembangan

Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan. Hak Asasi Manusia dan Keberadaan

Jakarta: Depdiknas RI. Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia.

Malian, S., & Marzuki, S. 2003. Pendidikan Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: UII Press

ISSN : 2459-9743 | 95

Sejuta | Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar

Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar pada Peserta Didik Laki-Laki Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu Melalui Layanan Bimbingan Konseling Kelompok

Sejuta

Guru Bimbingan Konseling SMA Negeri 3 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015

Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menurunkan perilaku agresif bertengkar peserta didik laki-laki kelas XI IPS SMAN 3 Sekayu dengan pemberian layanan konseling kelompok. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa perilaku agresif bertengkar peserta didik laki-laki mengalami penurunan dari rata-rata 46,87% pada siklus I menjadi 7,81% pada siklus II. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan konseling kelompok efektif menurunkan perilaku agresif bertengkar pada peserta didik laki-laki di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu.

Kata kunci: perilaku agresif bertengkar, konseling kelompok

A. Pendahuluan

individu lainnya sehingga akan menimbulkan

terjadinya masalah dalam kehidupan sosial. Peserta didik adalah individu yang sedang

1. Latar Belakang

pembinaan dalam

terhadap peserta didik kelas XI. IPS selama satu dimana mereka senang dengan penjelajahan,

masa

perkembangan,

tahun terakhir dalam hubungan sosialnya mencari sesuatu yang baru sebagai bahan

sering mengalami permasalahan yang di pertimbangan dalam mencari jati dirinya.

diwujudkan dalam Dalam

manifestasikan

atau

perilaku agresif bertengkar. Mereka sering jarang mereka menemukan permasalahan atau

masa pencarian

bertengkar dengan teman, mulai dari mengejek, persoalan dimana permasalahan tersebut

mengolok olok, mengancam, beradu fisik, dapat mereka selesaikan sendiri, sehingga

memukul dan sebagainya. Perilaku tersebut membuat mereka semakin kaya pengalaman

dari hidup. Namun, terkadang permasalahan itu

merupakan

bagian

pelampiasan emosi peserta didik dimana tidak dapat mereka selesaikan sendiri, yang

mereka kurang memiliki daya pengendalian membuat

diri yang kuat sehingga untuk kepuasan hatinya menghambat

diri mereka

terbebani

dan

mereka menyerang baik fisik maupun psikis dirinya. Individu yang mengalami hambatan

orang lain ataupun dirinya sendiri. Mengingat dalam

permasalahan agresifitas merupakan perilaku mempengaruhi dalam hubungan sosialnya,

yang melibatkan orang lain baik pribadi mengingat manusia adalah makhluk individu

diperlukan dan sekaligus makhluk sosial.

menangani Perilaku agresif secara psikologis berarti

kelompok. yaitu cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu

permasalahan

secara

pemberian layanan konseling kelompok. yang

yang harus mengecewakan,

dikuasai oleh seorang guru bimbingan dan menghambat (Saefi, 2015). Perilaku agresif

menghalangi

atau

konseling (konselor) adalah memahami konseli juga sering ditemukan di lingkungan sekolah.

secara mendalam, termasuk didalamnya adalah Akibatnya, perilaku agresif yang ditampilkan

kemungkinan-kemungkinan tersebut akan dapat mengganggu proses

memahami

masalah yang dihadapi konseli. Melalui belajar di kelas, baik bagi individu dengan

pemahaman yang kuat tentang masalah- perilaku agresif ataupun juga bisa pada

masalah yang dihadapi konseli, seorang konselor

96 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 96 - 101

agresif biasanya ditunjukkan baik yang bersifat preventif, pengembangan

program layanan bimbingan dan konseling,

Perilaku

untuk menyerang, menyakiti atau melawan maupun kuratif, sehingga pada gilirannya

orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Hal diharapkan upaya pemberian layanan dapat

itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan berjalan

perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, Sehingga

lebih efektif

(Sudrajat,

makian ejekan, bantahan dan semacamnya. membatasi

dalam penelitian

ini

penulis

agresif dianggap sebagai suatu menurunkan

masalah hanya

gangguan perilaku bila memenuhi persayaratan peserta didik laki-laki kelas XI. IPS SMA Negeri

sebagai berikut:

a. Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya bimbingan konseling kelompok.

3 Sekayu melalui

pemberian

layanan

berbeda sedikit dari perilaku yang biasa.

2. Rumusan Masalah

Misalnya, memukul itu termasuk perilaku Berdasarkan latar belakang permasalahan

yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan yang telah disampaikan di atas maka rumusan

tidak setuju dinyatakan dengan memukul, masalah dalam penelitian tindakan kelas ini

tersebut dapat adalah: apakah teknik layanan konseling

maka

perilaku

diindikasikan sebagai perilaku agresif. kelompok dapat menurunkan perilaku agresif

Atau, bila memukulnya menggunakan alat bertengkar peserta didik laki-laki di kelas XI

yang tidak wajar, misalnya memukul IPS SMA Negeri 3 Sekayu?

dengan menggunakan tempat minum.

3. Tujuan Penelitian

b. Masalah ini bersifat kronis, artinya Tujuan dari dilakukannya penelitian ini

perilaku ini bersifat menetap, terus- adalah

menghilang dengan bertengkar peserta didik laki-laki kelas XI. IPS

SMA Negeri 3 Sekayu melalui layanan

c. Perilaku tidak dapat diterima karena tidak bimbingan konseling kelompok.

sesuai dengan norma sosial atau budaya.

4. Manfaat Hasil Penelitian

Bentuk-bentuk perilaku agresif ini yang Penelitian

paling tampak adalah memukul, berkelahi, memberikan manfaat dalam membantu peserta

mengejek, berteriak, tidak mau mengikuti didik dalam menyelesaikan permasalahan yang

perintah atau permintaan, menangis, atau dihadapi

merusak. Anak yang menunjukan perilaku ini membantu guru BK dalam memecahkan

antar sesama

peserta

didik,

biasanya kita anggap sebagai pengganggu atau masalah yang dihadapi perserta didik, dan

pembuat onar. Sebenarnya, anak yang tidak menciptakan

mengalami masalah emosi atau perilaku juga kondusifaman dan nyaman.

menampilkan perilaku seperti yang disebutkan diatas, tetapi tidak sesering atau seimpulsif

B. Kajian Pustaka

anak yang memiliki masalah emosi atau

1. Perilaku Agresif

perilaku.

Menurut Krahe (dalam Septiana, 2013) Anak dengan perilaku agresif biasanya perilaku agresif adalah bentuk perilaku yang

mendapatkan masalah tambahan seperti tidak dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai

terima oleh teman- temannya (dimusuhi, makhluk hidup lain baik secara fisik maupun

dijauhi, tidak diajak bermain) dan dianggap verbal. Agresif secara fisik meliputi kekerasan

sebagai pembuat masalah oleh guru. Perilaku yang dilakukan secara fisik, seperti memukul,

agresif semacam itu biasanya diperkuat dengan menampar, menendang dan lain sebagainya.

didapatkan penguatan dari lingkungan berupa Selain itu agresif secara verbal adalah

status, dianggap hebat oleh teman sebaya, atau penggunaan kata-kata kasar seperti bego, tolol.

sesuatu yang diinginkan, Selain bentuk agresif tersebut, ada faktor yang

didapatkannya

termasuk melihat temannya menangis saat mempengaruhinya dalam perbuatan agresif

dipukul olehnya.

diantaranya faktor belajar, faktor imitasi, faktor penguatan. Agresif seringkali digunakan oleh

2. Konseling Kelompok

manusia sebagai jalan untuk mengungkapkan

a. Hakikat Konseling Kelompok

perasaan dan menyelesaikan

konseling kelompok (KKP) Agresif terjadi dimana saja seperti perkelahian

persoalan.

Layanan

adalah layanan bimbingan dan konseling yang antar pelajar,antar kampung bahkan antar

membantu peserta didik dalam pembahasan negara. Agresi juga terjadi pada anak. Saat

dan pengentasan masalah yang dialami sesuai bermain anak saling bertengkar dengan

dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji mengejek, memukul atau melempar.

melalui dinamika kelompok. Konseling

ISSN : 2459-9743 | 97

Sejuta | Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar

kelompok juga didefinisikan layanan konseling Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan yang mengikutkan sejumlah peserta dalam

menghasilkan bentuk kelompok dengan konselor sebagai

terentaskannya atau teratasinya berbagai pemimpin kelompoknya untuk membahas

permassalaah yang dialami oleh peserta didik. masalah pribasi yang dialami oleh masing-

Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan masing anggota kelompok melalui dinamika

konseling yang akan menghasilkan tercegahnya kelompok.

atau terhindarnya peserta didik dari berbagai

b. Tujuan Konseling Kelompok

permasalahan yang mungkin timbul, yang akan Tujuan umum layanan KKP adalah

ataupun terkembangnya kemampuan sosialisasi siswa,

menganggu,

menghambat

menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu khususnya kemampuan komunikasi peserta

dalam proses perkembangannya. Fungsi layanan. Tujuan khusus KKP terfokus pada

pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan pembahasan masalah pribadi individu peserta

menghasilkan kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok

terkembangkannya yang intensif dalam upaya pemecahan masalah

terpeliharanya

dan

berbagai potensi dan kondisi positif peserta tersebut para peserta memperoleh:

didik dalam rangka perkembangan dirinya

secara mantap, optimal dan berkelanjutan persepsi, wawasan dan sikap terarah

kepada tingkah laku khususnya dalam

C. Hasil Penelitian

bersosialisasi/ berkomunikasi.

1. Data Awal Sebelum Tindakan.

2) Terpecahnya masalah individu

Berdasarkan data yang ada di buku bersangkutan dan diperolehnya imbasan

yang

pembinaan peserta didik yang ada di konselor pemecahan

dan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan individu-individu lain peserta layanan

satu tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah konseling.

peserta didik yang melakukan perilaku agresif Dalam layanan Konseling Kelompok (KKP)

bertengkar. Dari bulan Januari sampai dengan berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok

Juni 2014 terjadi 3 kasus pertengkaran antar dan peserta atau anggota kelompok. Pemimpin

peserta didik yang dilakukan oleh 13 peserta kelompok adalah konselor yang terlatih dan

didik laki-laki kelas XI. IPS, data tersebut berwenang

meningkat pada awal tahun ajaran baru dari konseling profesional. Untuk menjalankan

menyelenggarakan

praktik

bulan Agustus-November 2014 telah terjadi 5 kegiatan KKP, pemimpin kelompok harus :

kasus perkelahian yang dilakukan oleh 18

1) Mampu membentuk

peserta didik kelas XI. IPS. Hal ini mengarahkannya

kelompok

dan

menimbulkan kekhawatiran pada peneliti dinamika

sehingga

terjadi

tindakan agar interaksi antara anggota kelompok bebas,

segera mengambil

didik laki-laki terbuka dan demokratik, konstruktif,

khususnya kelas XI. IPS menjadi berkurang, saling mendukung dan meringankan

yaitu dengan cara memberikan layanan beban,

menjelaskan,

memberikan

konseling kelompok.

pencerahan, memberikan rasa nyaman,

2. Siklus Pertama

menggembirakan dan membahagiakan

a. Perencanaan

serta mencapai tujuan bersama kelompok.

Siklus

pertama dilakukan

dua kali

2) Berwawasan luas dan tajam sehingga

pertemuan mampu

mempersiapkan materi meningkatkan,

mengenai perilaku agresif yang diberikan pada mensinergikan konten bahasan yang

memperluas

dan

kelompok, tumbuh dalam aktivitas kelompok.

mempersiapkan lembar observasi perilaku

3) Memiliki kemampuan hubungan antar peserta didik saat konseling kelompok dan personal yang hangat dan nyaman, sabar

evaluasi layanan. dan memberi kesempatan demokratik dan

menyiapkan

lembar

Demikian juga pada siklus kedua, perlakuan kompromistik dan mengambil kesimpulan

yang diberikan sama dengan pertemuan kedua. dan keputusan tanpa memaksakan dalam

b. Pelaksanaan

ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak Pertemuan pertama konselor membagi berpura-pura, disiplin dan kerja keras.

peserta didik yang menjadi objek penelitian

c. Fungsi Layanan Konseling Kelompok

kedalam tujuh kelompok berdasarkan kelasnya Fungsi

masing-masing. Setelah konselor memberikan pengentasan, pencegahan dan pengembangan.

penjelasan teknis mengenai layanan konseling

98 | ISSN : 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 96 - 101

kelompok ini, konselor menjelaskan tema serta 7 orang mengatakan tidak memiliki konseling kelompok ini adalah perilaku agresif.

masalah. Rekapitulasi data hasil observasi Pada

bimbingan konseling kelompok, konselor menegaskan komitmen

akhir kegiatan

kelompok pertemuan I dan II pada siklus I anggota yang masalahnya telah dibahas (apa

dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini: yang akan dilakukan berkenaan adanya pembahasan demi terentaskan masalahnya).

Tabel 1.

Pertemuan kedua ini konselor tidak lagi

Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I

membagi peserta didik kedalam kelompok- kelompok kecil. Pada pertemuan kedua ini sudah tidak ada lagi anggota kelompok yang menyatakan ketidak siapan dalam mengikuti layanan konseling kelompok, sehingga layanan bisa

langsung dapat

dimulai.

Tahap

layanan konseling anggota kelompok bahwa tema yang mereka

selanjutnya konselor mengingatkan kembali ke

Setelah

diberikan

kelompok sebanyak dua kali pertemuan, bahas masih mengenai perilaku agresif namun

peneliti lalu melakukan observasi perilaku lebih di khususkan untuk perilaku bertengkar.

terhadap semua peserta didik yang peneliti Kemudian konselor mempersilahkan masing-

jadikan sebagai objek penelitian ini. Observasi masing anggota kelompok pengalaman mereka

ini dilakukan selama dua minggu berturut- mengenai perilaku berengkar yang pernah

turut. Untuk mengetahui lebih jelas data hasil mereka lakukan. Lalu dilakukan pembahasan

observasi perilaku agresif bertengkar peserta mengenai permasalahan yang dikemukakan.

didik pada siklus I, dapat dilihat pada tabel 2 Pada

akhir kegiatan

layanan,

konselor

berikut ini:

menegaskan kembali komitmen dari masing- masing anggota yang masalahnya telah dibahas

Tabel 2.

agar sifat agresif bertengkar tidak lagi mereka

Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II

lakukan.