270451627 Jurnal Guru Volume I No 2 Juli Agustus 2015
JURNAL GURU
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran www.e-jurnalguru.com
ISSN (International Standard Serial Number) : 2459-9743
PENERBIT
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan, INDONESIA Akta Notaris No. 45, Tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)
KETUA DEWAN PENYUNTING
Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ANGGOTA DEWAN PENYUNTING
Irwan Pachrozi, M.Pd.
Universitas Sriwijaya, Palembang
Bastudin, M.Pd.
Universitas Sriwijaya, Palembang
Ihsanudin, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Sugianto, S.Pd., M.M.
Universitas Bina Darma, Palembang
Drs. Catur Pramono, M.Hum.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
MITRA BESTARI
Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd.
BDK Palembang, Palembang
Dr. Silvi Hevria, M.Pd.
LPMP Sumatera Barat, Padang
Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si. STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si.
STMIK Bina Sarana Global, Banten
Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M.
STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta
Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M. Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M.
Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M.
LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si.
LPMP Lampung, Bandar Lampung
Drs. H. Muhlisin, M.Si.
LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta
ADMINISTRASI
Karwan Sugiarto, S.A.P. STIA & P - ADS, Palembang
ALAMAT PENYUNTINGAN
Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862 Telp
: +62 852-6731-4774 Email
: ejurnalguru@gmail.com Website : www.e-jurnalguru.com
Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain. Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: ejurnalguru@gmail.com. Setiap naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.
© Copyright 2015. All Right Reserved Backgroud Cover: http://wallpapers-pictures.irixpix.ru/tr/category/3d_renkli_kareler
ISSN : 2459-9743 ii |
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 1 - 5
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu
Joko Kuncoro
Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas di SMA Nageri 4 Sekayu. Penelitian ini melibatkan 9 orang guru pada mata pelajaran yang berbeda yang perlu ditingkatkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajarannya. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah peningkatan kemampuan pengelolaan pembelajaran. Dari analisis penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pada siklus I guru yang memperoleh nilai A sebesar 0%, nilai B sebesar 3%, dan nilai C sebesar 7%, pada siklus II guru yang memperoleh nilai A sebesar 3%, nilai B sebesar 4%, dan nilai C sebesar 2%; sedangkan pada siklus III guru yang memperoleh nilai A sebesar 8%, nilai B sebesar 2%, dan nilai C sebesar 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas berhasil meningkatkan kemampuan dan efektivitas guru dalam pembelajaran.
Kata kunci: profesionalisme, pembelajaran, dan supervisi kelas
A. Pendahuluan
Rahman (1999:4) mengemukakan bahwa
1. Latar Belakang Masalah
proses pembelajaran Dalam pelaksanaan pendidikan menuntut
rendahnya
kualitas
kerena penggunaan metode mengajar yang kemampuan guru dalam mengelola proses
monoton dan tidak bervariasi. pembelajarannya secara efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan Tingkat
para guru di SMA Negeri 4 Sekayu, diketahui memberikan pelayanan secara efisien kepada
bahwa rendahnya wawasan profesionalisme pengguna kependidikan akan sangat
guru dimungkinkan karena beberapa alasan tergantung pada kualitas pendidik dan tenaga
antara lain: (1) rendahnya kesadaran guru pendidik yang terlibat langsung dalam proses
memperbaharui pengetahuannya pembelajaran dan pada keefektifan mereka
untuk
meskipun telah lama diangkat menjadi guru, dalam melaksanakan tanggung jawab secara
(2) kesempatan bagi guru untuk mengikuti individual maupun kelompok.
profesional sangat Supervisi
pelatihan-pelatihan
terbatas, baik dari segi jumlah maupun dari professional dari kepala sekolah dan pengawas,
klinis merupakan
layanan
intensitasnya, (3) pertemuan-pertemuan guru karena
sejenis kurang aktif, (4) supervisi pendidikan terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi
adanya masalah
yang
belum
memperbaiki proses kelas.
yang
bertujuan
pembelajaran cenderung menitikberatkan pada menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat
aspek administrasi, dan (5) pemberian kredit top-down,
jabatan fungsional guru yang ditunjukan untuk ditentukan oleh pengawas/ kepala sekolah,
artinya perbaikan
pengajaran
memacu kinerja guru pada prakteknya hanya sedangkan supervisi klinis bersifat bottom-
bersifat formalitas.
down, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami
2. Rumusan Masalah
para guru. Ketika seorang guru menjelaskan Berdasarkan latar belakang masalah di pelajaran di depan kelas, maka pada saat itu
atas maka dapat dirumuskan permasalahan terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam
sebagai berikut: apakah kemampuan guru SMA kegiatan itu tidak ada jaminan telah terjadi
Negeri 4 Sekayu dalam mengefektifkan kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar.
pembelajaran
dapat
ditingkatkan melalui
ISSN : 2459-9743 | 1
Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
program pembinaan professional guru dan kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya supervisi kelas?
mampu memanfaatkan lingkungan baik yang ada di kelas maupun diluar kelas yang
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
menunjang kegiatan belajar mengajar.
a. Tujuan Penelitian
1) Meningkatkan komitmen guru agar
2. Supervisi Kelas
dapat mencurahkan waktu
pendidikan, istilah tenaga untuk mengembangkan sikap
dan
Dalam organisasi
supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan. profesionalismenya.
Istilah “supervisi kelas” mengacu kepada misi
utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang dalam memecahkan masalah dalam
memperbaiki dan pembelajaran untuk mengefektifkan
ditunjukkan
untuk
meningkatkan mutu proses dan prestasi pembelajaran.
akademik. Dengan kata lain supervisi kelas
b. Manfaat Penelitian adalah kegiatan yang berurusan dengan
1) Mengefektifkan
perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran yang berdampak pada
pengelolaan
pembelajaran disekolah. Karena itu, supervisi peningkatan mutu sekolah.
kelas
berkepentingan
dengan upaya
2) Meningkatkan wawasan profesional
dan hasil guru sehingga termotivasi untuk
demikian fungsi meningkatkan kinerjanya.
pembelajaran.
Dengan
supervisi kelas adalah salah satu mekanisme untuk meningkatkan kemampuan professional
B. Kajian Pustaka
guru dalam upaya mewujudkan proses belajar
1. Profesionalisme Guru
peserta didik yang lebih melalui cara mengajar Proses belajar mengajar mempunyai
yang lebih baik pula. Hubungan antara perilaku makna dan pengertian yang lebih luas dari
supervisi, prilaku mengajar, perilaku belajar, pada pengertian mengajar, dalam proses
dan hasil belajar. Perilaku supervisi diarahkan belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan
pada perbaikan penilaian perilaku mengajar kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa
guru yang berdampak terhadap perilaku yang belajar dan guru yang mengajar, antara
belajar siswa.
kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling Sasaran supervisi kelas adalah proses menunjang. Untuk lebih memahami pengertian
pembelajaran peserta didik dengan tujuan di atas maka guru memegang peranan penting
dan hasil dalam proses belajra mengajar.Wrightman
pembelajaran (dalam Usman, 2002:4) mengatakan peranan
pembelajaran.
Proses
dipengaruhi oleh banyak factor, seperti: guru, guru adalah terciptanya serangkaian tingkah
pesrta didik, kurikulum, alat dan buku-buku laku situasi tertentu serta berhubungan dengan
pelajaran, serta kondisi lingkungan social danj kemajuan
fisik sekolah. Sehingga mereka lebih mampu perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
perubahan
tingkah laku
dan
dalam melaksanakan dan meningkatkan proses Guru merupakan jabatan atau profesi yang
dan hasil pembelajaran yang direfleksikan memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
kemampuan-kemampuan: (1) karena hal itu berkenaan dengan manusia yang
dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran, (2) belajar, yakni siswa dan yang mengajar, yakni
melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3) guru, dan berkaitan erat dengan manusia
menilai proses dan hasil pembelajaran,(4) didalam
memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana
layanan pembelajaran, (5) memberikan umpan kerena mengajar dilaksanakan dalam keadaan
balik secara tepat, teratur dan terus menerus praktis dalam kehidupan sehari-hari mudah
kapada peserta didik, (6) melayani peserta dihayati oleh siapa saja.
didik yang mengalami kesulitan belajar, (7) Mengajari pada prinsipnya membimbing
belajar yang siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
menciptakan
lingkungan
menyenangkan, (8) mengembangkan dan mengandung pengertian bahwa mengajar
dan media merupakan
pembelajaran, (9) memanfaatkan sumber- lingkungan
suatu usaha
mengorganisasi
tersedia, (10) peserta didik dan dahan pelajaran yang
pembelajaran menimbulkan proses belajar, pengertian ini
mengembangkan
interaksi
(strategi, metode dan teknik) yang tepat, dan mengandung makna bahwa guru dituntut
praktis bagi untuk dapat berperan sebagai organisator
(11) melakukan
penelitian
perbaikan pembelajaran.
2 | ISSN : 2459-9743
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 1 - 5
pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi. profesionalisme guru dapat ditinjau dari
Pentingnya peningkatan
kemampuan
Empat tahapan tersebut dilakukan secara beberapa sudut pandang antara lain:
berulang-ulang sampai mencapai indikator
a. Seiring dengan
perkembangan
ilmu
yang telah ditetapkan.
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru
3. Tempat dan Waktu Penelitian
dalam pembelajaran
tindakan sekolah ini dikembangkan.
dilaksanakan di SMA Negeri 4 Sekayu pada pengembangan materi, semua itu harus
Demikian
pula
tahun pelajaran 2014/ 2015. Penelitian dikuasai oleh guru sehingga mampu
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dari bulan mengembangkan
Desember 2014 - Maret 2015 dengan jadwal dapat membawa peserta didik menjadi
pembelajaran
yang
sebagai berikut:
lulusan yang berkualitas.
b. Peningkatan kemampuan
professional
Tabel 1. Jadwal Penelitian
guru sebenarnya merupakan hak setiap guru, karena itu bilamana pembinaan professional dirancang dan dilaksanakan, guru tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, melainkan juga semakin puas, memiliki moral atau semangat kerja yang lebih tinggi dan disiplin. Pembinaan guru merupakan rangkaian
usaha pemberian bantuan kepada guru terutama bantuan berupa pelayanan atau bimbingan professional untuk mengefektifkan pembelajaran. Bimbingan professional yang dimaksud
adalah kegiatan
yang
dapat
meningkatkan kemampuan
guru
dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar, kegiatan yang
termasuk program
pembinaan
profesionalisme guru adalah: (1) pelatihan
4. Analisa Data
guru, (2) mengaktifkan musyawarah guru
mengguakan analisis sejenis,
Analisis
data
deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk pendidikan, dan (4) penilaian angka kredit
(3) mengefektifkan
supervisi
memberi gambaran tentang kecenderungan jabatan fungsional guru.
ubahan-ubahan yang menjadi pusat perhatian yang meliputi:
a. Pra pembelajaran dan pembuka kegiatan Berdasarkan kajian pustaka di atas maka
3. Hipotesis Tindakan
pembelajaran,
dapat dirumuskan hipotesis tindakakan sebagai
b. Kegiatan inti pembelajaran, berikut: supervisi kelas dapat meningkatkan
c. Pemanfaatan media pembelajaran dan profesionalisme guru dalam melaksanakan
sumber belajar,
pembelajaran di SMA Negeri 4 Sekayu.
d. Pembelajaran
yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa,
C. Metode Penelitian
e. Penilaian proses / hasil belajar dan
1. Subjek Penelitian
penggunaan bahasa,
f. Penutup kegiatan pembelajaran. dari 15 orang guru yang mengajar mata
Subjek penelitian terdiri dari 9 orang guru
pelajaran di kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 4
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sekayu yang merupakan sekolah binaan
1. Hasil Penelitian
peneliti sebagai pengawas sekolah. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa akhir siklus I masih ada
2. Setting Penelitian.
guru yang memperoleh nilai cukup (C) yakni Penelitian
sebanyak 6 orang (7 persen). Namun demikian dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap
tidak terdapat guru yang memperoleh nilai siklusnya terdiri dari empat tahapan (Arikunto,
kurang (D). Untuk memberikan gambaran yang 2006:16)
ISSN : 2459-9743 | 3
Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
jelas mengenai komposisi komitmen guru pada menjadi 2% sedangkan katagori C terdapat akhir siklus I periksa tabel 2 berikut.
perubahan sebesar 100%. Jika dihitung individu yang mengalami kenaikan nilai
Tabel 2.
(kualitatif) berdasarkan tabel 4 misalnya dari
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
nilai B ke nilai A atau dari nilai C ke nilai B
pada Siklus I
jumlahnya, adalah nilai A adalah 7 orang, nilai B adalah 2 orang, dan nilai C tidak ada sudah mengalami kemajuan.
Dari data pada tabel diatas menyatakan bahwa guru yang komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya, untuk katagori A masih beluam ada, katagori B terdapat 3% (3 guru), katagori C terdapat 7% (6 guru) sedangkan pada katagori D tidak ada.
Tabel 3. Grafik 1. Perubahan Tingkah Laku Guru Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
pada Siklus II
Pada data grafik diatas dapat disimpulkan pada siklus 1 terdapat katagori B sebesar 3 %
guru dan katagori C sebasar 7%, pada siklus 2 terdapat katagori A sebesar 4%, katagori B sebesar 4%, dan katagori C sebesar 2%, sedangkan pada siklus 3 terdapat katagori A sebesar 7% dan katagori B sebesar 3%,
sementara katagori C sudah tidak ada lagi. Ini berarti guru sudah mengalami perubahan
Dari data siklus II terlihat adanya tingkah laku dalam proses pembelajaran. kenaikan komponen guru-guru yaitu yang
memperoleh katagori A terdapat 4%, dan
E. Kesimpulan dan Saran
berkatagori B terdapat 4%, yang memperoleh
1. Kesimpulan
katagori C menurun sebesar 2%. Jika dihitung Dari hasil penelitian tindakan yang individu yang mengalami kenaikan nilai dipaparkan dapat disimpulkan sebagai berikut: (kualitatif) berdasarkan tabel 3 misalnya dari
a. Penerapan kombinasi pendekatan profesi nilai B ke nilai A ada 4 orang, atau dari nilai C
dan supervisi kelas dengan menggunakan ke nilai B jumlahnya 4 orang (4%) dan masih teknik pertemuan formal dan teknik di katagori C ada 2 orang. menggunakan pendapat siswa dapat meningkatkan komitmen guru-guru di
Tabel 4.
SMA Negeri 4 Sekayu dalam melaksanakan
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
proses belajar mengajar. Melalui analisis
pada Siklus III
deskriptif dari data pada Siklus 1 sampai dengan Siklus 3 didapat hasil sebanyak
peningkatan komitmen dalam proses pembelajaran di kelasnya (dari nilai C ke nilai B atau dari nilai B ke nilai A).
b. Tidak ada kendala yang berarti dalam penerapan supervisi dengan kombinasi
Dari data siklus III terlihat adanya pendekatan profesional dan klinis. Hampir kenaikan komitmen guru-guru sehari-hari,
ada guru yang menunjukkan yaitu yang memperoleh katagori A meningkat
tidak
keberatan atau penolakan.
menjadi 8 %, yang memperoleh katagori B
4 | ISSN : 2459-9743
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 1 - 5
2. Saran
Depdiknas RI. 2003. Undang-Undang Republik Dengan melihat hasil-hasil penelitian ini
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang yaitu berhasil ditingkatkannya komitmen guru-
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro guru sebagai berikut:
Hukum Depdiknas.
a. Pendekatan yang
Purwanto, N. 1998. Administrasi dan supervisi penelitian tindakan ini dapat diuji cobakan
disajikan
dalam
Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. lebih lanjut oleh pengawas lainnya dengan
Hamijaya, H.E. 1992. variabel yang lebih spesifik pada masing-
Rusyan,
A.T.,
Tenaga Kependidikan. masing sekolah dengan berbagai inovasi
Profesionalisme
Jakarta: Nine Karya Jaya. yang ada.
Sahertian, P.A. 1992. Konsep Dasar dan Teknik
b. Penilaian kinerja supervisi kepala sekolah Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka sebaiknya
memfasilitasi munculnya kreativitas dan Sardiman A.M.1994. Interaksi dan Motivasi inovasi kepala sekolah dalam melakukan
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja supervisi di lingkungan sekolahnya.
Grafindo Persada. Soekamto, T., & Udin S.W. 1997. Teori Belajar
Daftar Pustaka
dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud RI. 1999. Sistem Pengembangan
Ditjen Dikti Depdikbud. Profesi Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Soetopo, H. 1988. Kepemimpinan dalam Depdikbud.
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
ISSN : 2459-9743 | 5
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar Pada Guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu Melalui Kegiatan In-House Training
Suzana
Pengawas TK/ SD Kecamatan Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015
Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar. Subyek penelitian sebanyak 9 orang guru SD dari Gugus 7 Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian berlangsung dalam 2 siklus. Pada Siklus pertama terdapat 66,63% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar, sedangkan pada siklus kedua terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar sebesar 31,50%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training.
Kata kunci: kemampuan guru, kelengkapan mengajar, dan in house training
A. Pendahuluan
sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan
1. Latar Belakang
mampu mengoptimalkan seluruh potensi Salah satu masalah pokok yang dihadapi
sumber dan media belajar yang ada di sekolah di Gugus 7 Kecamatan Sekayu adalah
pembelajaran yang hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal
lingkungannya
untuk
optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya ini di indikasikan dari rendahnya nilai ujian
peran guru pada sebuah lembaga pendidikan, nasional dan nilai uji kompetensi pada tahun
maka sekolah gugus 7 Sekayu memberikan pelajaran 2014-2015 Untuk meningkatkan
perhatian yang besar bagi terwujudnya guru prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui
profesional.
proses pembelajaran dengan sistem ganda Atas dasar hal tersebut di atas maka sesuai KTSP yaitu di sekolah dan di industri
sekolah gugus 7 Sekayu menyatakan sangat dan telah melalui proses penilaian secara
perlu mengadakan In-House Training. Dengan berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini guru.
adanya kegiatan In-House Training penyusunan Namun demikian tetap saja prestasi belajar
kelengkapan mengajar ini diharapkan semua peserta didik saat dievaluasi baik ulangan
guru memiliki kelengkapan mengajar yang harian, ulangan tengah semester, maupun
lengkap dan mengaplikasikannya dalam proses ulangan akhir semester, menurut data yang di
pembelajaran sehingga proses pembelajaran inventarisir oleh bagian kurikulum masih
yang dilakukan akan lebih terarah karena cenderung rendah dan belum memuaskan.
tujuan pembelajaran, materi yang akan Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM
diajarkan, metode, dan penilaian yang akan berkisar antara 40 – 60%, sedangkan sisanya
digunakan telah direncanakan dengan berbagai untuk
2. Rumusan Masalah
Atas dasar hal tersebut dalam upaya Berdasarkan latar belakang di atas maka meningkatkan mutu pembelajaran, sekolah di
permasalahan sebagai kawasan
dapat
dirumuskan
berikut: apakah In House Training dapat berkomitmen untuk meningkatkan mutu guru
guru dalam karena guru merupakan salah satu kunci
meningkatkan
kemampuan
menyusun kelengkapan mengajar? keberhasilan proses pendidikan. Ditangan
3. Tujuan Penelitian
guru-lah cita-cita pembangunan, pendidikan Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penyelenggara pendidikan hingga visi-misi
menyusun kelengkapan mengajar.
6 | ISSN : 2459-9743
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 6 - 10
4. Manfaat Penelitian
dan pengorganisasian pembelajaran untuk Penelitian
kompetensi dasar yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
ditetapkan dalam Standar Isi dan telah kepala sekolah dalam memecahkan masalah
dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan guru, meningkatkan kemampuan guru dalam
pembelajaran memuat sekurang-kurangnya menyusun kelengkapan mengajar sehingga
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, lebih profesional. Dengan demikian pada
metode pembelajaran, sumber belajar, dan akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
penilaian hasil belajar. Lingkup Rencana mutu
Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) peningkatan mutu sekolah. Disamping itu
pengajaran dan
berdampak pada
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) dengan menemukan langkah yang tepat dalam
atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali meningkatkan
pertemuan atau lebih. Untuk mata pelajaran menyusun kelengkapan mengajar maka akan
Kelompok Program Produktif, RPP dapat dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama
mencakup lebih dari satu kompetensi dasar. bagi peneliti lain.
RPP
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dijabarkan
B. Kajian Pustaka
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
1. Teori Mengajar
b. Tujuan Penyusunan RPP
kesempatan kepada yang memerlukan tanggung jawab moral yang
Mengajar merupakan suatu perbuatan
1) Memberi
untuk merencanakan cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada
pendidik
pembelajaran yang interaktif dan siswa
digunakan untuk pertanggungjawaban
mengeksplorasi semua potensi melaksanakan
guru
dalam
majemuk (multiple Rastodio, 2009) mengatakan bahwa guru
tugasnya. Zamrani
(dalam
kecakapan
intellegence) yang dimiliki setiap adalah kreator proses belajar mengajar. Ia
peserta didik.
adalah orang yang akan mengembangkan
2) Memberi kesempatan bagi pendidik suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa
merancang pembelajaran yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-
untuk
sesuai dengan kebutuhan peserta ide dan kreativitasnya dalam batas-batas
didik, kemampuan pendidik, dan norma-norma
fasilitas yang dimiliki sekolah. konsisten.
3) Mempermudah pelaksanaan proses dikemukakan bahwa orientasi pengajaran
dalam konteks belajar mengajar diarahkan
4) Mempermudah pelaksanaan evaluasi untuk pengembangan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran, sebagai input belajar.
guna perbaikan pada penyusunan RPP selanjutnya
2. Kelengkapan Mengajar
c. Manfaat
kemampuan guru pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
Komponen kurikulum tingkat satuan
1) Meningkatkan
merancang pembelajaran menengah terdiri dari: 1) tujuan pendidikan
dalam
sebagai bagian dari kompetensi sekolah, 2) struktur dan muatan kurikulum, 3)
padagogik yang harus dimiliki guru. kalender pendidikan dan, 4) silabus dan RPP.
2) Proses pembelajaran yang dilakukan Silabus dan RPP merupakan perencanaan
akan lebih terarah karena tujuan proses pembelajaran yang memuat sekurang-
pembelajaran, materi yang akan kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
diajarkan, metode dan penilaian yang metode pengajaran, sumber belajar, dan
akan digunakan telah direncanakan penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah
dengan berbagai pertimbangan. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
3) Meningkatkan rasa percaya diri Nasional Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal
pendidik pada saat pembelajaran, tersebut diharapkan setiap pendidik pada
seluruh proses sudah Sekolah Dasar dapat menyusun kurikulum yang
karena
direncanakan dengan baik. akan di implementasikan dalam kegiatan
d. Prinsip Pengembangan RPP
pembelajaran. RPP disusun berdasarkan rancangan yang
a. Pengertian RPP
terdapat pada silabus atau dengan kata lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan uraian lebih lanjut dari silabus. adalah rencana yang menggambarkan prosedur
Oleh karena itu prinsip pengembangan silabus
ISSN : 2459-9743 | 7
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
juga merupakan prinsip pengembangan RPP
C. Hasil dan Pembahasan
yaitu:
1. Hasil Penelitian
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam RPP harus
Tabel 1
benar dan dapat dipertanggungjawabkan
Sikap Guru terhadap Kelengkapan
secara keilmuan.
Mengajar
2) Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian rnateri
No
Sikap
57 perkembangan fisik, intelektual, sosial,
dalam RPPsesuai
dengan
tingkat
1 Sangat Setuju
43 emosional, dan spiritual peserta didik.
2 Setuju
3 Cukup Setuju
3) Sistematis, komponen-komponen
RPP
4 Tidak Setuju
saling berhubungan secara fungsional
5 Sangat tidak Setuju
dalam mencapai kompetensi.
Jumlah
4) Konsisten, adanya
hubungan
yang
konsisten (ajeg,
Dari tabel di atas menyatakan bahwa 57% kompetensi
guru menyadari bahwa sebagai seorang guru pembelajaran,
sangat penting memiliki kelengkapan mengajar kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
metode
pembelajaran,
sebelum melaksanakan proses pembelajaran dan sistem penilaian.
dan 43% menyatakan penting memiliki
5) Memadai, cakupan
kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti pokok, kegiatan pembelajaran, sumber
indikator,
materi
secara keseluruhan guru di Gugus 7 Kecamatan belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
Sekayu menyatakan penting untuk memiliki menunjang pencapaian kompetensi dasar.
kelengkapan mengajar.
6) Aktual dan kontekstual,
cakupan
indikator, materi
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
Sikap Guru terhadap In-House Training
penilaian memperhatikan perkembangan
Penyusunan Kelengkapan Mengajar
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata dan peristiwa yang
1 Sangat Setuju
7) 48 Fleksibel, keseluruhan komponen RPP
2 Setuju
11 dapat mengakomodasi variasi peserta
3 Cukup Setuju
18 didik serta dinamika perubahan yang
4 Tidak Setuju
5 Sangat tidak Setuju
terjadi di sekolah
8) Menyeluruh, materi
Tabel diatas mengindentifikasi bahwa keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
RPP
mencakup
hanya 18% saja guru yang menilai tidak perlu afektif, dan psikomotorik) yang akan
penyusunan dicapai untuk mendukung ketercapaian
diadakan
In-House Training
kelengkapan mengajar. Hal ini terjadi mungkin Standar Kompetensi dan Kompetensi
sudah cukup Dasar.
berpengalaman dalam mengajar, sehingga tanpa In-House Training mereka merasa sudah
3. In-House Training
bisa menyusun kelengkapan mengajar. 11% Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT
menjawab cukup setuju/ ragu-ragu, mungkin (In-House Training) dan PT (Public Training).
mereka belum mengetahui dengan jelas In-House Training adalah pelatihan yang terjadi
tentang materi yang akan disampaikan dalam atas permintaan suatu komunitas tertentu,
In-House Training sehingga mereka merasa apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit.
tidak yakin apakah sudah bisa atau belum bisa Istilah In-House Training sama pengertiannya
materi tersebut.
dengan in-service training. Menurut Nawawi Sedangkan sisanya 71% menyatakan perlu (dalam Dahlan, 1983) menyatakan bahwa in-
penyusunan service
diadakan
In-House Training
kelengkapan mengajar. Dengan demikian dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
training sebagai
usaha
untuk
dikatakan bahwa sebagian besar guru di Gugus guru dalam bidang tertentu sesuai dengan
7 Kecamatan Sekayu mengharapkan adanya In- tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi
House Training penyusunan kelengkapan dan produktivitas dalam bidang tersebut.
8 | ISSN : 2459-9743
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 6 - 10
mengajar. Hal ini mungkin dikarenakan temyata ada dua hal yang perlu ditingkatkan sebagian besar guru menyadari bahwa dirinya
yaitu:
belum memiliki kelengkapan mengajar dan
1. Prosentase guru yang menyelesaikan merasa
kelengkapan mengajar belum mencapai kurang, serta mata pelajaran yang diajarkan
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun pendidikannya sehingga masih kesulitan dalam
kurang sesuai dengan
latar
belakang
temyata masih belum menyusun kelengkapan mengajar.
sesuai dengan yang
diharapkan,
yaitu masih perlu
Tabel 3
penyempurnaan.
Motivasi Guru Mengikuti In-House Training Penyusunan Kelengkapan Mengajar
Tabel 5 Hasil In-House Training pada Siklus 2 No
Tingkat Motivasi
1 Sangat Tinggi
2 Tinggi
3 Cukup Tinggi
4 Rendah
5 Sangat Rendah
Jumlah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 100%
guru memiliki motivasi yang tinggi untuk Dari table 5 di atas terlihat bahwa telah mengikuti In-House Training dan memiliki
terjadi peningkatan prosentase guru yang keinginan
menyelesaikan penyusunan kelengkapan
yang kuat
kelengkapan mengajar rata-rata guru telah menggunakan kelengkapan mengajar tersebut
menyelesaikan tugas persentase yang didapat sebagai penunjang proses pembelajaran. Hal ini
100%, namun masih ada satu orang guru yang berarti seluruh guru di Gugus 7 Kecamatan
mendapat persentase sebesar 83,3%. Hal ini Sekayu
terjadi karena kelengkapan mengajar guru kelengkapan mengajar.
tersebut belum lengkap. Tindak lanjut dari siklus 2 adalah peserta yang ada masalah
Tabel 4
keluarga tersebut diberi kebijakan berupa
Hasil In-House Training pada Siklus 1
tambahan
untuk menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar tersebut.
waktu
2. Pembahasan
seluruh kelengkapan mengajar guru telah terjadi peningkatan kemampuan,
Secara
umum
dalam penyusunan kelangkapan mengajar masih ada satu orang guru
namun
belum
menyelesaikan keseluruhan
mengajar yang ditargetkan. Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus
kelengkapan
Menurut pengamatan peneliti, satu orang guru
tersebut dikarenakan ada masalah keluarga mendapatperhatian sebagai tindak lanjut yaitu:
1 ternyata ada dua
hal
yang perlu
sehingga belum sempat menyelesaikan tugas
1. Prosentase guru yang menyelesaikan yang diberikan. Secara keseluruhan guru telah kelengkapan mengajar belum mencapai
memiliki kelengkapan mengajar, hal ini dapat l00%
dilihat dari grafik di bawah ini:
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun
oleh guru ternyata
sepenuhnya sesuai dengan panduan/
Kelengkapan Mengajar
pedoman sehingga
masih
perlu
penyempurnaan. Pada siklus 2, In-House Training dilakukan
untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh pada siklus I karena setelah dilakukan refleksi
ISSN : 2459-9743 | 9
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
peningkatan terjadi peningkatan prosentase guru yang
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa
menyusun berhasil
kelengkapan mengajar sebesar 31,50%. kelengkapan mengajar, yaitu dari 66,63%
menyelesaikan
penyusunan
menyusun menjadi 98,13%. Dari tabel ini juga dapat
kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan dilihat bahwa seluruh guru telah melengkapi
melalui kegiatan In-House Training. kelengkapan
prosentase kelengkapan
mengajar
yang
Daftar Pustaka
diselesaikan pada siklus 1 dan 2. Dari hasil Arikunto, S. 2008. ProsedurPenelitian. Jakarta: observasi menyatakan bahwa 57.4% guru
RinekaCipta
menyadari bahwa sangat penting memiliki Barto. 2005. Penilian Hasil Belajar dan kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan
Surabaya proses pembelajaran dan 42.6% menyatakan
Pembelajaran.
Surabaya:
University Press UNESA.
penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan tersebut berarti secara keseluruhan guru di
Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa Gugus 7 Kecamatan Sekayu menyatakan
Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud. penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.
Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
D. Kesimpulan
Depdiknas.
Berdasarkan hasil penelitian dan data di Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tindakan. Malang: IKIP Malang.
1. Pada Siklus 1 terdapat 66,63% guru Tim Bina Karya Guru. 2006. Bina Bahasa berhasil
menyelesaikan
penyusunan
Indonesia. Jakarta: Erlangga
kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2 Waluyo, H. J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta: terdapat 98,13% guru yang berhasil
Erlangga
menyelesaikan penyusunan kelengkapan -
10 | ISSN : 2459-9743
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 11 - 14
Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu
Ropita
Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master . Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang. Penelitian terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu mengalami peningkatan setelah penggunaan model pembelajaran Copy The Master . Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang meningkat dari 17,39% pada siklus pertama menjadi 86,95% pada siklus kedua. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Copy The Master efektif meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII SMA PGRI Sekayu.
Kata kunci: kompetensi, menulis cerita, copy the master
A. Pendahuluan
mengecewakan, terutama pada SK menulis
cerita, siswa sulit menuangkan gagasan secara Mengajarkan bahasa Indonesia sesuai
1. Latar Belakang
runtun dan logis dalam bentuk karya sastra dengan tujuan kurikulum cenderung kearah
kreatif. Seandainya diselesaikan, waktu yang keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, Guru
digunakan untuk meyelesaikan KD tersebut harus dapat menciptakan seni mengajar pada
sangat lama. Oleh karena itu, perlu dipikirkan pengajaran keterampilan menyimak, berbicara,
suatu model pengajaran menulis sastra yang membaca dan menulis. Baik pada bidang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, menarik kebahasaan maupun pada bidang sastra.
(PAIKEM), serta mudah dijalankan oleh guru. Tentunya pada setiap Kompetensi Dasar (KD)
Model Copy The Master dengan mengubah harus dapat menjadi bagian proses belajar
cerita ditawarkan sebagai salah satu model mengajar yang menarik sebagai sebuah karya
pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi seni mengajar.
menulis sastra kreatif yang menyenangkan. Standar kompetensi yang menarik namun menjadi momok adalah keterampilan menulis.
2. Rumusan Masalah
Dikatakan menarik, karena di Indonesia tidak Dari latar belakang di atas dapat ada SMA yang secara khusus melahirkan
dirumuskan permasalahan sebagai berikut, seorang penulis. Oleh karena itu, kompetensi
yaitu: apakah model Copy The Master dengan menulis merupakan suatu lahan terbuka bagi
dapat meningkatkan guru bahasa untuk menciptakan model-model
mengubah
cerita
kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII pembelajaran yang menarik. Namun, banyak
IPA SMA PGRI Sekayu?
guru mengalami kesulitan untuk membiasakan siswa menulis. Hal ini disebabkan kesalahan
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
metode pengajaran yang terlalu kaku sehingga
a. Tujuan Penelitian
menimbulkan opini bahwa menulis itu sulit. Untuk penelitian ini adalah untuk Padahal sebetulnya, menulis itu mudah dan
meningkatkan kompetensi menulis cerita pada menyenangkan jika sudah timbul motivasi dari
siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui diri sendiri.
penggunaan model pembelajaran Copy The Problema yang terjadi di SMA PGRI
Master.
Sekayu yakni kompetensi menulis masih
b. Manfaat Penelitian
ISSN : 2459-9743 | 11
Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
1) Bagi siswa: dapat meningkatkan
3. Model Pembelajaran Copy The Master
kompetensi menulis sastra secara Imitasi atau membuat tiruan merupan lebih kreatif.
salah satu metode pengajaran retorika yang
2) Bagi guru bahasa: sebagai salah satu fundamental pada zaman Romawai Kuno dan model pembelajaran menulis dan
Renaissance. Imitasi pada zaman itu yaitu masukan
menyalin murni pidato dari seorang penulis kelemahan menulis cerita siswa.
dalam
memprediksi
yang disediakan. Ketika menyalin, mereka
diajari untuk menguraikan dan menemukan pembelajaran menulis khususnya
3) Bagi sekolah:
meningkatkan
sarana-sarana dari berbicara dan menulis,yang menulis cerita.
membawa kepada bermacam jenis analisis
4) Bagi kepala sekolah: sebagai acuan
retorika dari model-model mereka.
dalam membuat kebijakan tentang Pelajaran menulis mengenal model, peningkatan kualitas pembelajaran,
menuntut melalui pelatihan guru tentang
dilakukannya latihan-latihan sesuai dengan model-model
master yang diberikan. Latihan dengan metode kreatif.
pembelajaran
yang
ini tidak mesti tulisan dari seorang penulis
5) Bagi peneliti lain: sebagai rferensi terkenal, tetapi dapat juga diambil dari sebuah dalam melakukan penelitian yang
tulisan yang berasal dari penulis biasa,setelah sejenis.
dilakukan modifikasi seperlunya. Caranya, master ini dibaca terlebih dahulu, dicermati isi
B. Kajian Pustaka
dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan
1. Keterampilan Menulis
kerangkanya, serta dilakukan hal-hal lain yang Menulis merupakan suatu proses yang
dianggap perlu, baru sesudah itu tiba waktunya dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan
untuk menulis.
gagasannya melalui media tulisan. Menulis atau lazim juga disebut mengarang merupakan
C. Metode Penelitian
kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa
1. Objek Tindakan
kemampuan. Karena ketika menulis, kita harus Objek penelitian tindakan kelas ini adalah memiliki pengetahuan tentang apa yang akan
bagaimana guru mengajarkan menulis sastra ditulis
(cerita) dengan menggunakan metode Copy The menuliskannya.
juga pengetahuan
bagaimana
Master, yang bermuara pada tindakan-tindakan menyangkut isi karangan sedang yang kedua
Pengetahuan
pertama
berikut: siswa sulit membuat tulisan berupa menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan
cerita, seandainya diselesaikan, menyita waktu teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek
sangat banyak.
kebahasaan, maupun teknik penulisannya bertalian
erat dengan
proses
berpikir,
2. Setting Penelitian.
(Akhadiah, 1986). Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Muba, Provinsi Sumatera
2. Sastra/ Cerita
Selatan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mulai dari pada minggu ke-4 Desember 2014 konsep sastra adalah karya tulis yang jika
sampai minggu ke-5 Maret 2015.
dibandingkan tulisan lainnya memiliki berbagai keunggulan seperti: keartistikan, keindahan
3. Subjek Penelitian
dalam isi dan ungkapan. Sedangkan cerita Subjek penelitian adalah siswa kelas XII adalah salah satu jenis karya fiksi berbentuk
IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang. prosa sehingga perlu banyak berhakyal untuk menulisnya. Teknik menulis, misalnya: 1)
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
teknik langsung menulis tanpa mengikuti
1. Hasil Penelitian
aturan yang rumit ,termasuk kaidah bahasa , 2)
a. Siklus Pertama
teknik dengan membaca. Bacalah cerita orang
1) Perencanaan atau refleksi awal: Refleksi lain,setelah itu lakukan perubahan tokoh dan
awal dilaksaanakaan dengan melakukan setting ceritanya, dan 3) menentukan unsur-
pendahuluan untuk unsur intrinsik kemudian dirangkai sehingga
pengamatan
mengetahui kondisi awal dilakukan oleh membentuk alur
sambung-menyambung
peneliti.
berdasarkan logika dan sebab-akibat, maka
2) Tindakan/ Pelaksanaan: Pada tahap ini jadilah sebuah cerita (Tukan, 2006:102)
peneliti melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dengan metode pembelajaran
12 | ISSN : 2459-9743
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015): 11 - 14
model Copy The Master berdasarkan
3) Pengamatan: pengamatan dilakukan oleh masalah sesuai dengan rencana pelajaran
sebagai kolaborator (RPP).
teman
sejawat
berpedoman pada instrumen observasi.
3) Pengamatan: Pengamatan dilakukan oleh Hasil pengamatan sebagai berikut: a) teman sejawat sebagai kolaborator,
kondisi siswa menunjukan keaktifan dan kolaborator mencatat semua aktivitas
percaya diri untuk menulis imitasi cerita yang dilakukan oleh guru dan siswa
berdasarkan master pada LKS, b) siswa selama
lebih berani bertanya kepada guru, c) guru menggunakan instrumen pengamatan.
proses
pembelajaran
lebih sering melihat-lihat siswa berkerja Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1
sehingga siswa termotivasi atas kesulitan ditemukan bahwa:
yang dihadapi, d) indikator dalam RPP memberi motivasi, b) indikator kegiatan
a) guru
kurang
telah dispesifikan dan cerita yang akan pendahuluan terlalu banyak, c) pada
dicopy disesuaikan, e) suasana kelas jadi indikator ke-2 guru dan siswa berdiskusi
kondusif dan menyenangkan, f) guru telah terlalu lama, d) indikator perubahan dan
memberi pujian dan penghargaan kepada master cerita terlalu banyak, e) siswa
siswa yang berhasil. kesulitan mengadakan perubahan cerita
4) Refleksi: a) pada siklus ke dua siswa lebih alur dengan warna lokal dan mengubah
percaya diri dan termotivasi dalam sudut pandang penulisan, f) cerita yang
pembelajaran, b) siswa tampak aktif, dicopy siswa terlalu panjang, dan g) guru
komunikatif berdiskusi baik dengan guru tidak memberikan pujian kepada siswa.
maupun dengan teman sebangku, c)
4) Refleksi: a) guru kurang memberikan
telah memahami dan motivasi maka pada kegiatan awal,akhir
setiap siswa
mengerti tugas imitasi cerita yang harus dan tengah-tengah pembelajaran guru
dibuat, d) guru telah sesuai dengan perlu memberi arahan yang jelas lagi agar
sebagai motivator dan siswa tahu persis yang akan dikerjakan, b)
perananya
e) kegiatan indikator
fasilitator yang baik,
pembelajaran menulis cerita dengan dipersingkat,
kegiatan
pendahuluan
The Master secara dipersingkat, d) indikator perubahan dan
sangat menarik dan master cerita disesuaikan dengan jampel,
keseluruhan
memotivasi sehingga model ini dapat
kesulitan siswa dalam dan perintah perubahan cerita yang
e) guru harus menyederhanakan materi
mengatasi
menuangkan gagasan dalam menulis diimitasi, f) Panjang cerita yang dicopy
cerita.
atau diimitasi disesuaikan jam pelajaran yang tersedia, dan g) guru memberikan
2. Pembahasan
pujian kepada siswa. Berdasarkan hasil Hasil dialog dan diskusi dengan teman refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa
sejawat pada data yang diperoleh dari hasil masih sulit menuangkan gagasan dalam
observasi dan evaluasi, menyimpukan bahwa bentuk cerita.
Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita
dapat meningkatkan keterampilan
b. Siklus Kedua
menulis siswa kelas XII IPA pada pelajaran
1) Perencanaan: a)
bahasa Indonesia. Dengan ketentuan bahwa hal mempersiapkan instrumen pembelajaran
menyusun
dan
yang diubah pada cerita mulai dari unsur yang yang meliputi silabus dan RPP. Perbaikan
mudah ke unsur yang kompleks.. Selain itu RPP sesuai hasil refleksi pada siklus
panjang cerita yang diubah disesuikan dengan pertama, dan b) mempersiapkan alat-alat
waktu pembelajaran yang tersedia. dan media yang digunakan, yaitu media
Model pembelajaran Copy The Master pembelajaran cuplikan cerita sesuai hasil
dikembangkan dengan mengubah cerita siswa refleksi siklus ke-1.
diberikan
master:
1) panjang cerita
2) Pelaksanaan Tindakan: Pada tahap ini
pelajaran, 2) siswa peneliti
disesuaikan
waktu
berulang-ulang untuk pembelajaran
memahami isinya dengan cara menganalisis pembelajaran Copy The Master dengan
dengan
model
unsur-unsur intrinsik cerita, 3) siswa membuat mengubah cerita sesuai RPP yang telah
imitasi cerita tersebut, dan 4) perubahan pada dilakukan perubahan sesuai repleksi
cerita imitasi dimulai dari yang sederhana ke siklus ke-1.
unsur yang lebih komplek,.
ISSN : 2459-9743 | 13
Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
Grafik 1
membuat imitasinya ternyata 92% siswa
Tingkat Keberhasilan Siswa
menyatakan
mudah, hanya 8% yang menyatakan sulit. Dari 5 perubahan cerita yang ditawarkan, mengubah akhir cerita 100%
siswa
menjawab
tidak sulit.
78% siswa menyatakan mudah, mengubah tokoh dan
penokohan 65% mudah, mengubah setting dengan warna lokal 45% mudah, dan mengubah sudut pandang penulisan 87% siswa menyatakan sulit.
3. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan aktivitas
Hasil pengamatan aktivitas guru selama guru selama siklus pertama yang diamat: (a) siklus kedua yang diamati antara lain: a) pra-
terdiri dari pebelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan
memeriksa kesiapan siswa bernilai baik dan siswa yang benilai baik dan memeotivasi serta
bermotivasi serta apersepsi bernilai kurang. apersepsi bernilai kurang, b) kegiatan inti
(b) kegiatan inti pembelajaran yang terdiri pembelajaran secara keseluruhan bernilai baik
dari 1. Penguasan materi bernilai baik, 2. kecuali menumbuhkan keceriaan dan antusias
Strategi pembelajaran butir penguasaan siswa dalam belajar bernilai cukup sedangkan