MUATAN RTR KSK
3.4 MUATAN RTR KSK
3.4.1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi
1. Kawasan Perkotaan
Muatan yang diatur dalam RTR KSK kawasan perkotaan akan diatur lebih lanjut dengan Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota (Permen Pu No 20 tahun 2011).
2. Kawasan Koridor Ekonomi
Muatan yang diatur dalam RTR KSK kawasan koridor ekonomi dirumuskan dengan mempertimbangkan :
a. Posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di sekitar kawasan
b. Ketenaga kerjaan dan penyediaan permukiman
c. Infrastruktur ekonomi
d. Area terbangun di sekitar kawasan Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan
tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut;
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan kawasan koridor ekonomi dalam batas area tertentu melalui serta dukungan jaringan prasarana yang memadai
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan penetapan kegiatan; (2) kebijakan ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman; (3) kebijakan penetapan aksesibilitas kawasan; (4) kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan
prasarana pendukung; (5) kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH
kawasan).
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :
- menetapkan jenis kegiatan ekonomi yang memiliki
keterkaitan bahan baku atau potensi ke pasar lokal, regional dan internasional;
- penetapan jenis kegiatan dengan mempertimbangkan
persaingan dan daya saing usaha (2) Perumusan strategi terkait kebijakan ketenagakerjaan dan
penyediaan permukiman, meliputi: - menetapkan target penyerapan tenaga kerja, - menetapkan komposisi tenaga kerja lokal, - menetapkan pola penyediaan permukiman
(3) Perumusan strategi terkait kebijakan dukungan sistem jaringan prasarana utama kawasan meliputi penetapan standar pelayanan minimum pelayanan sistem jaringan transportasi
(4) Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan prasarana pendukung kawasan termasuk hunian khusus, meliputi: - penyediaan permukiman;
- penyediaan sistem jaringan energi; - penyediaan sistem jaringan telekomunikasi; - penyediaan sistem jaringan sumber daya air; - penyediaan sistem penyediaan air minum; - penyediaan sistem jaringan air limbah
(5) Perumusan strategi terkait kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH kawasan) meliputi: - pengaturan ruang sekitar kawasan mempertimbangkan
dampak keberadaan terhadap kawasan sekitar sekaligus perlindungan kawasan dari kegiatan disekitar kawasan yang berpotensi mengganggu,
- strategi pengaturan aksesibilitas menuju kawasan koridor
ekonomi
3. Kawasan Perdesaan
Muatan yang diatur dalam RTR KSK kawasan perdesaan dirumuskan dengan mempertimbangkan :
a. Posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di sekitar kawasan
b. kondisi lingkungan nonterbangun, terbangun, dan kegiatan di sekitar kawasan
c. daya dukung fisik dasar terkait dengan potensi bencana yang mengancam kawasan
d. kondisi sosisl ekonomi masyarakat
e. kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan.
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan kawasan perdesaan dalam batas area tertentu melalui dukungan jaringan prasarana yang memadai
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada: (1) kebijakan penetapan kegiatan; (2) kebijakan ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman; (3) kebijakan penetapan aksesibilitas kawasan; (4) kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan
prasarana pendukung; (5) kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH
kawasan).
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :
(1) Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan jenis kegiatan yang akan dikembangkan pada kawasan, meliputi : - menetapkan jenis kegiatan ekonomi yang memiliki
keterkaitan bahan baku atau potensi ke pasar lokal, regional dan internasional;
(2) Perumusan strategi terkait kebijakan ketenagakerjaan dan
penyediaan permukiman, meliputi: - menetapkan target penyerapan tenaga kerja, - menetapkan komposisi tenaga kerja lokal, - menetapkan pola penyediaan permukiman
(3) Perumusan strategi terkait kebijakan dukungan sistem jaringan prasarana utama kawasan meliputi penetapan standar pelayanan minimum pelayanan sistem jaringan transportasi
(4) Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan prasarana pendukung kawasan termasuk hunian khusus, meliputi: - penyediaan permukiman;
- penyediaan sistem jaringan energi; - penyediaan sistem jaringan telekomunikasi; - penyediaan sistem jaringan sumber daya air; - penyediaan sistem penyediaan air minum; - penyediaan sistem jaringan air limbah
(5) Perumusan strategi terkait kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH kawasan) meliputi: - pengaturan ruang sekitar kawasan mempertimbangkan
dampak keberadaan terhadap kawasan sekitar sekaligus
4. Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan mempertimbangkan: a)
kondisi sektor unggulan pendukung pertumbuhan ekonomi wilayah, melalui
regional, nasional, dan/atau internasional;
pertimbangan
pasar
b) kondisi infrastruktur ekonomi; dan c)
dukungan ketenagakerjaan dan sistem perkotaan. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan
tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut;
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan cluster ekonomi kawasan melalui pengembangan ekonomi sektor unggulan selektif (memiliki kekuatan pasar baik lokal, nasional dan atau internasional) dalam batas area tertentu melalui dukungan jaringan sarana dan prasarana kawasan yang memadai, sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah dengan membuka kesempata pengembangan investasi
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada: (1) kebijakan penetapan sektor unggulan kabupaten; (2) kebijakan terkait dengan pengembangan ekonomi lokal (3) kebijakan terkait dengan penguatan sistem pusat pelayaan
kegiatan ekonomi (4) kebijakan ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman; (5) kebijakan pengembangan aksesibilitas kawasan; (6) kebijakan pengembangan prasarana utama dan prasarana
lainnya; (7) kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH
kawasan).
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :
(1) Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan jenis kegiatan pengembangan ekonomi sektor unggulan yang akan dikembangkan pada kawasan, meliputi :
(2) Perumusan strategi pengembangan faktor-faktor pendukung pengembangan ekonomi unggulan wilayah yang meliputi agro industri, jasa penunjang, pengembangan teknologi pertanian, serta kelembagaan pengelolaa kawasan
(3) Perumusan strategi terkait kebijakan ketenagakerjaan dan
penyediaan permukiman, meliputi: - menetapkan target penyerapan tenaga kerja,
- menetapkan pola penyediaan permukiman (4) Perumusan strategi terkait kebijakan dukungan sistem jaringan prasarana utama kawasan meliputi penetapan standar pelayanan minimum pelayanan sistem jaringan transportasi
(5) Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan prasarana pendukung kawasan termasuk hunian khusus, meliputi: - penyediaan permukiman;
- penyediaan sistem jaringan energi; - penyediaan sistem jaringan telekomunikasi; - penyediaan sistem jaringan sumber daya air; - penyediaan sistem penyediaan air minum; - penyediaan sistem jaringan air limbah
(6) Perumusan strategi terkait kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH kawasan)
5. Kawasan Tertinggal/Terisolir
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan dan strategi Kawasan Strategis Kabupaten kawasan tertinggal, meliputi; a)
kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di sekitar kawasan; b)
kondisi perekonomian kawasan c)
kondisi infrastruktur dan sarana penunjang kawasan d)
kondisi area terbangun sekitar kawasan. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut;
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada peningkatan pengembangan kawasan teringgal/terisolasi dalam batas area tertentu melalui serta dukungan jaringan prasarana yang memadai
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada: (1) kebijakan penetapan kegiatan; (2) kebijakan ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman; (3) kebijakan penetapan aksesibilitas kawasan; (4) kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan
prasarana pendukung; (5) kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH
kawasan).
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :
(1) Perumusan strategi terkait kebijakan yang akan dikembangkan pada kawasan tertinggal/terisolasi, meliputi :
- menetapkan target penyerapan tenaga kerja, - menetapkan komposisi tenaga kerja lokal, - menetapkan pola penyediaan permukiman
(3) Perumusan strategi terkait kebijakan dukungan sistem jaringan prasarana utama kawasan meliputi penetapan standar pelayanan minimum pelayanan sistem jaringan transportasi
(4) Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan prasarana pendukung kawasan termasuk hunian khusus, meliputi: - penyediaan permukiman;
- penyediaan sistem jaringan energi; - penyediaan sistem jaringan telekomunikasi; - penyediaan sistem jaringan sumber daya air; - penyediaan sistem penyediaan air minum; - penyediaan sistem jaringan air limbah
(5) Perumusan strategi terkait kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH kawasan) .
6. Kawasan Konservasi Cagar Budaya/Sejarah
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi Kawasan Strategis Kabupaten tipologi kawasan cagar budaya/sejarah, meliputi: a)
Nilai keunikan dan kearifan lokal warisan budaya/adat tertentu, b)
Kondisi lingkungan non terbangun, terbangun dan kegiatan di sekitar kawasan dan/atau obyek cagar budaya/sejarah yang berpotensi mendukung maupun mengganggu,
c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang mengancam kawasan dan/atau obyek cagar budaya/sejarah (khususnya kebakaran, banjir dan pergerakan tanah),
d) Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut:
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan lingkungan kawasan dan/atau obyek budaya yang lestari pada jangka panjang.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan
dan atau obyek cagar budaya/sejarah yang harus dilindungi, (2) Kebijakan terkait kawasan inti; pengaturan zona dan kegiatan pada kawasan warisan budaya/adat tertentu dan pelayanan sistem jaringan prasarana kawasan dan sarana penunjang sesuai standar pelayanan minimum serta kearifan lokal dan nilai-nilai warisan budaya;
terkait
kawasan kawasan
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :
(1) Perumusan strategi terkait perlindungan kawasan dan atau obyek cagar budaya/sejarah dikoordinasikan dengan pengelola kawasan, meliputi: - penetapan
dan/atau obyek cagar budaya/sejarah yang harus dilindungi; - penetapan target dan wujud perlindungan. (2) Perumusan strategi terkait kawasan inti, meliputi:
kawasan
- penetapan jenis; - penetapan intensitas; - penetapan pengelolaan; - eksplorasi (penjabaran) kearifan lokal dan nilai-nilai
warisan budaya; - penetapan jenis dan standar pelayanan minimum berbasis
kearifan lokal dan nilai warisan budaya. (3) Perumusan strategi perwujudan kawasan penyangga, meliputi:
- penetapan batas kawasan penyangga; - penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga; - penetapan dukungan sistem jaringan prasarana minimum
kawasan penyangga. - Penetapan sistem jaringan prasarana utama yang tidak
berpotensi menggangu keberlanjutan nilai-nilai warisan budaya/adat tertentu,
- Penetapan sistem pusat pelayanan kawasan yang tidak
berpotensi mengganggu kelanjutan nilai-nilai warisan budaya/adat
tertentu,
dan
memberikan dukungan
pengembangan jasa wisata
7. Kawasan Konservasi Permukiman/Komunitas Adat Tertentu
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi Kawasan Strategis Kabupaten tipologi kawasan permukiman/komunitas adat tertentu, meliputi: a)
Nilai keunikan dan kearifan lokal warisan budaya/adat tertentu, b)
Kondisi lingkungan non terbangun, terbangun dan kegiatan di sekitar kawasan dan/atau obyek permukiman/komunitas adat tertentu yang berpotensi mendukung maupun mengganggu,
c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang mengancam kawasan dan/atau obyek permukiman/komunitas adat tertentu (khususnya kebakaran, banjir dan pergerakan tanah),
d) Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan.
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan lingkungan kawasan dan/atau obyek budaya yang lestari pada jangka panjang.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan
dan atau obyek permukiman/komunitas tertentu yang harus dilindungi, (2) Kebijakan terkait kawasan inti; pengaturan zona dan kegiatan pada kawasan permukiman/ komunitas tertentu dan pelayanan sistem jaringan prasarana kawasan dan sarana penunjang sesuai standar pelayanan minimum serta kearifan lokal dan nilai-nilai warisan budaya;
terkait
kawasan
(3) Kebijakan terkait kawasan penyangga; batas, zonasi, penetapan kegiatan, dukungan sistem jaringan prasarana kawasan dan sistem pusat pelayanan sesuai standar pelayanan minimum yang ditetapkan di kawasan penyangga.
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :
(1) Perumusan strategi terkait perlindungan kawasan dan atau obyek cagar budaya/sejarah dikoordinasikan dengan pengelola kawasan, meliputi: - penetapan
dan/atau obyek cagar budaya/sejarah yang harus dilindungi; - penetapan target dan wujud perlindungan. (2) Perumusan strategi terkait kawasan inti, meliputi:
kawasan
- penetapan jenis; - penetapan intensitas; - penetapan pengelolaan; - eksplorasi (penjabaran) kearifan lokal dan nilai-nilai
warisan budaya; - penetapan jenis dan standar pelayanan minimum berbasis
kearifan lokal dan nilai warisan budaya. (3) Perumusan strategi perwujudan kawasan penyangga, meliputi:
- penetapan batas kawasan penyangga; - penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga; - penetapan dukungan sistem jaringan prasarana minimum
kawasan penyangga. - Penetapan sistem jaringan prasarana utama yang tidak
berpotensi menggangu keberlanjutan nilai-nilai warisan budaya/adat tertentu, berpotensi menggangu keberlanjutan nilai-nilai warisan budaya/adat tertentu,
tertentu,
dan
memberikan dukungan
pengembangan jasa wisata
8. Kawasan Pengembangan Sumber Daya Alam
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan dan strategi Kawasan Strategis Kabupaten tipologi kawasan pertambangan dan energi, meliputi: a)
Nilai kepentingan dari kegiatan pertambangan dan energi dalam lingkup kabupaten,
b) Kebutuhan tenaga kerja dan penyediaan permukiman, c)
Kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar kawasan pertambangan dan energi,
d) Daya dukung fisik dasar terkait lokasi kawasan pertambangan dan energi
e)
Teknologi pemanfaatan sumber daya alam.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah sebagai berikut:
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan keseimbangan ekosistem kawasan dalam rangka menjaga potensi sumber daya alam terkait pemanfaatan sumber daya alam yang aman.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan terkait pemanfaatan hasil kegiatan pertambangan
dan energi, (2) Kebijakan terkait pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, (3) Kebijakan terkait zonasi dan pengaturan kegiatan pada
kawasan inti, (4) Kebijakan terkait dukungan sistem jaringan prasarana kawasan sesuai standar pelayanan minimum yang ditetapkan. (5) Kebijakan terkait pengelolaan kawasan penyangga.
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan khususnya pada kawasan inti disesuaikan dan/atau dikoordinasikan dengan pengelola kawasan/sektor terkait. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :
(1) Perumusan strategi terkait pemanfaatan sumber daya alam
disesuaikan
dengan
kebijakan dan strategi pihak
pengelola/sektor terkait, meliputi: - penetapan batas eksploitasi, - penetapan jenis bahan tambang yang dieksploitasi,
(target sampai akhir tahun perencanaan). (2) Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dikoordinasikan dengan kebijakan dan strategi pihak pengelola/sektor terkait, meliputi: - penetapan kawasan perlindungan,
- penetapan teknologi eksploitasi, - pengelolaan limbah, - penetapan pengelolaan lingkungan pada saat persiapaan,
pelaksanaan dan pasca pertambangan, - perbaikan kondisi kualitas kesejahteraan sosial-budaya-
ekonomi masyarakat di sekitar kawasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam.
(3) Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan kegiatan kawasan sumber daya alam dikoordinasikan dengan pengelola kawasan/sektor terkait, meliputi : - Penetapan zonasi (zona perlindungan, eksploitasi, zona
pengolahan hasil eksploitasi, zona pembuangan limbah, zona administrasi, zona hunian dan zona publik), dan
- penetapan kegiatan (jenis, intensitas, dan pengelolaan)
pada setiap zona kawasan sumber daya alam. (4) Perumusan strategi terkait pelayanan sistem jaringan prasarana utama kawasan pertambangan dan
energi (dikoordinasikan dengan pengelola kawasan), meliputi: - penetapan kebutuhan sistem jaringan prasarana utama
terkait pengembangan wilayah, - penetapan jenis dan standar pelayanan minimum (5) Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan penyangga,
meliputi: - penetapan batas kawasan penyangga, khususnya
pertimbangan dampak kegiatan pengelolaan sumber daya alam) dan sebaliknya kemungkinan pengaruh negatif kegiatan sekitar kawasan.
- penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga, - penetapan dukungan sistem jaringan prasarana di
kawasan
untuk menjaga kesetaraan pelayanan dengan kawasan fungsional.
penyangga
9. Kawasan Teknologi Tinggi
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan mempertimbangkan: a)
nilai kepentingan dan standardisasi kondisi lingkungan yang harus diciptakan untuk operasionalisasi teknologi tinggi secara maksimal dan sesuai dengan waktu pemanfaatan yang telah ditetapkan;
b) kondisi lingkungan nonterbangun dan terbangun, kegiatan di sekitar kawasan
berpotensi mengganggu operasionalisasi teknologi tinggi, dan kondisi keselamatan
teknologi
tinggi
yang yang
d) potensi gangguan sosial terhadap kawasan teknologi tinggi; dan e)
kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSK yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan lingkungan kawasan dan/atau objek teknologi tinggi berfungsi maksimal sesuai dengan jangka waktu rencana operasional.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
1) kebijakan terkait dengan instalasi teknologi tinggi yang harus dilindungi dan persyaratan teknis kawasan pendukung operasionalisasi teknologi tinggi;
2) kebijakan terkait dengan perwujudan kawasan inti yang pelaksanaannya dikoordinasikan dengan sektor terkait, meliputi pengaturan zona dan kegiatan pada kawasan inti, serta dukungan prasarana dan sarana penunjang kawasan inti;
3) kebijakan terkait dengan pengendalian kawasan penyangga yang pelaksanaannya dikordinasikan dengan sektor terkait, meliputi pengaturan zona dan kegiatan pada kawasan penyangga, pengendalian sistem jaringan prasarana utama, pelindungan dari bencana yang mengancam kawasan inti terutama ancaman bahaya banjir, kebakaran, dan gerakan tanah, serta gangguan sosial.
c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkah- langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perumusan strategi difokuskan pada:
1) strategi terkait dengan pelindungan instalasi teknologi tinggi, meliputi: - strategi penetapan instalasi teknologi yang harus
dilindungi; - strategi penetapan persyaratan teknis kawasan
pendukung operasional instalasi teknologi tinggi; dan - strategi penetapan tujuan dan wujud pelindungan instalasi
teknologi tinggi.
2) strategi terkait dengan perwujudan kawasan inti yang dikoordinasikan dengan sektor terkait, meliputi: - strategi penetapan jenis kegiatan;
- strategi penetapan pengelolaan kegiatan; dan - strategi penetapan standar pelayanan minimal; dan
3) strategi terkait dengan pengendalian kawasan penyangga, meliputi: - strategi penetapan batas kawasan penyangga, khususnya
pertimbangan dampak kegiatan teknologi tinggi dan pengaruh negatif kegiatan sekitar kawasan teknologi tinggi;
- strategi penetapan zonasi dan kegiatan kawasan
penyangga; - strategi pengendalian sistem jaringan prasarana utama
yang berpotensi mengganggu operasionalisasi teknologi tinggi; dan
- strategi pengendalian sistem pusat pelayanan yang
berpotensi mengganggu operasionalisasi teknologi tinggi.
10. Kawasan Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Hidup (darat)
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi Kawasan Strategis Kabupaten tipologi kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup, meliputi: a)
Fungsi kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup terkait besarnya manfaat perlindungan setempat dan perlindungan kawasan bawahnya serta kekayaan keanekaragaman hayati,
b) Kondisi pemanfaatan ruang kawasan dan sekitar kawasan, c)
Kondisi sistem jaringan prasarana di dalam dan sekitar kawasan, Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah sebagai berikut:
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan lingkungan kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup yang lestari pada jangka panjang.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan terkait pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, (2) Kebijakan terkait zonasi dan pengaturan kegiatan pada
kawasan inti, (3) Kebijakan terkait persyaratan pembangunan sistem jaringan
prasarana
(disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam rangka perlindungan kawasan),
kawasan
(4) Kebijakan terkait kawasan penyangga; penetapan batas, zonasi, penetapan kegiatan, dukungan sistem jaringan prasarana dan sarana kawasan
Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut: (1) Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan, meliputi: - mencegah pemanfaatan ruang di dalam dan disekitar
kawasan fungsional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
- membatasi pengembangan prasarana dan sarana di
dalam dan di sekitar kawasan inti yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya yang tidak sesuai;
- merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun
akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan inti dan
- mengembangkan kegiatan budi daya yang berfungsi
sebagai kawasan penyangga kawasan inti (2) Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan kegiatan
kawasan fungsional, meliputi: - penetapan zonasi, dan - penetapan kegiatan (jenis, intensitas dan pengelolaan)
pada setiap zona pada kawasan fungsional. (3) Perumusan strategi terkait pelayanan sistem jaringan prasarana kawasan inti (dikoordinasikan dengan instansi yang berwenang), meliputi: - penetapan kebutuhan,
- penetapan jenis dan standar pelayanan minimum. (4) Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan penyangga,
sebagai berikut: - penetapan batas kawasan penyangga, khususnya
pertimbangan pengaruh negatif kegiatan sekitar kawasan. - penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga, - pengendalian sistem jaringan prasarana dan sistem pusat
pelayanan
penyangga untuk menjaga kelestarian kelestarian kawasan inti.
kawasan
11. Kawasan Rawan Bencana
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi Kawasan Strategis Kabupaten tipologi kawasan rawan bencana, meliputi:
a) Area kawasan rawan bencana atau perkiraan kawasan rawan bencana atau kawasan dengan histori bencana,
b) Kondisi sebaran dan sosial-ekonomi penduduk kawasan rawan bencana,
c) Kondisi pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana dan sekitarnya terutama keberadaan pusat kegiatan dan pusat pelayanan di sekitar kawasan rawan bencana.
e) Sebaran kawasan evakuasi Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut:
a) Tujuan
Aspek tujuan difokuskan pada mewujudkan pemanfaatan ruang yang mendukung upaya mitigasi dan adaptasi pada kawasan rawan bencana.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan terkait penetapan fungsi lindung dan fungsi budi daya pada kawasan rawan bencana/KRB, (2) Kebijakan terkait penetapan kegiatan pada kawasan rawan
bencana/KRB
(termasuk
penetapan kegiatan hunian
sementara di KRB), (3) Kebijakan terkait sistem evakuasi.
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :
(1) Perumusan strategi terkait kebijakan fungsi lindung dan fungsi budidaya pada kawasan rawan bencana/KRB, meliputi: - penetapan kawasan lindung sesuai peraturan
perundangan yang berlaku dan penetapan baru sesuai pertimbangan daya dukung serta ketetapan instansi yang bertanggungjawab,
- penetapan kawasan budidaya sesuai daya dukung KRB
pada saat tidak terjadi bencana (khususnya untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat setempat
(2) Perumusan strategi terkait penetapan kegiatan pada kawasan
rawan bencana/KRB, meliputi: - penetapan kegiatan ekonomi (budidaya pertanian) yang
sesuai dengan karakteristik sumber daya masyarakat setempat dan karakteristik daya dukung.
- penetapan ruang hunian sementara terkait fungsi
pelayanan kebutuhan pengembangan kawasan produksi. - penetapan infrastruktur pendukung sistem jaringan
transportasi, sekaligus berfungsi sebagai jalur evakuasi dalam sistem evakuasi bencana.
(3) Perumusan strategi terkait sistem evakuasi, meliputi:
- penetapan lokasi diluar KRB yang terjamin dari
kemungkinan bencana, - penetapan sistem evakuasi bencana terkait ruang
evakuasi bencana, termasuk penetapan sistem jaringan prasarana utama evakuasi.
prasarana lainnya pendukung kawasan evakuasi sesuai standar pelayanan minimum yang ditentukan.
12. Kawasan Kritis Lingkungan
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan dan strategi Kawasan Strategis Kabupaten tipologi kawasan kritis lingkungan, meliputi: a)
Kondisi pemanfaatan ruang, b)
Kondisi neraca air, c)
Kondisi sebaran dan fungsi kawasan lindung,
d)
Kondisi sebaran keanekaragaman hayati,
e) Kondisi sebaran penduduk dan permukiman, fasilitas ekonomi penting, sistem transportasi dan prasarana sumber daya air,
f) Kondisi kebencanaan terkait kawasan kritis lingkungan, seperti banjir dan tanah longsor
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut:
a) Tujuan
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan komposisi kawasan lindung dan kawasan budidaya yang menjamin keserasian kemampuan dan pemanfaatan unsur dalam alam secara timbal balik.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada;
(1) Kebijakan terkait bentuk pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan, (2) Kebijakan terkait zonasi (fungsi lindung dan budidaya) dan pengaturan kegiatan di kawasan ekosistem, (3) Kebijakan terkait penetapan fungsi budidaya khususnya kawasan hunian, fasilitas ekonomi penting, sistem transportasi serta prasarana sumber daya air berbasis mitigasi bencana
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut:
(1) Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan, meliputi: - mencegah pemanfaatan ruang yang berpotensi merusak
ekosistim kawasan dan menurunkan kualitas tata air; - membatasi pengembangan prasarana dan sarana di
kawasan ekosistem yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya yang tidak sesuai, dan
- merehabilitasi fungsi lindung yang menurun akibat
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai (2) Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan kegiatan di
kawasan ekosistem, meliputi:
- penetapan kegiatan (jenis, intensitas dan pengelolaan)
pada setiap zona pada kawasan ekosistem (3) Perumusan strategi terkait penetapan fungsi budidaya penting berbasis mitigasi bencana terkait kawasan ekosistem, meliputi: - pengendalian sistem pusat pelayanan,
- perlindungan fasilitas ekonomi penting, - penetapan sistem transportasi serta prasana sumber daya
air
13. Kawasan Perlindungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi Kawasan Strategis Kabupaten tipologi kawasan perlindungan pesisir dan pulau- pulau kecil, meliputi: a)
Fungsi kawasan perlindungan pesisisr dan pulau-pulau kecil terkait besarnya manfaat perlindungan setempat dan perlindungan kawasan bawahnya serta kekayaan keanekaragaman hayati,
b) Kondisi pemanfaatan ruang kawasan dan sekitar kawasan, c)
Kondisi sistem jaringan prasarana di dalam dan sekitar kawasan, Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah sebagai berikut:
a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan lingkungan kawasan perlindungan pesisir dan pulau-pulau kecil yang lestari pada jangka panjang.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan terkait pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, (2) Kebijakan terkait zonasi dan pengaturan kegiatan pada
kawasan inti, (3) Kebijakan terkait persyaratan pembangunan sistem jaringan
prasarana
(disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam rangka perlindungan kawasan),
kawasan
(4) Kebijakan terkait kawasan penyangga; penetapan batas, zonasi, penetapan kegiatan, dukungan sistem jaringan prasarana dan sarana kawasan
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut:
(1) Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan, meliputi: - mencegah pemanfaatan ruang di dalam dan disekitar
kawasan fungsional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; kawasan fungsional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
- merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun
akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan inti dan
- mengembangkan kegiatan budi daya yang berfungsi
sebagai kawasan penyangga kawasan inti (2) Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan kegiatan
kawasan fungsional, meliputi: - penetapan zonasi, dan - penetapan kegiatan (jenis, intensitas dan pengelolaan)
pada setiap zona pada kawasan fungsional. (3) Perumusan strategi terkait pelayanan
sistem jaringan prasarana kawasan inti (dikoordinasikan dengan instansi yang berwenang), meliputi: - penetapan kebutuhan,
- penetapan jenis dan standar pelayanan minimum. (4) Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan penyangga,
sebagai berikut: - penetapan batas kawasan penyangga, khususnya
pertimbangan pengaruh negatif kegiatan sekitar kawasan. - penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga, - pengendalian sistem jaringan prasarana dan sistem pusat
penyangga untuk menjaga kelestarian kelestarian kawasan inti.
pelayanan
kawasan
3.4.2 Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana
Rencana jaringan parasarana merupakan pengembangan hierarkhi sistem jaringan parasarana yang telah ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW kabupaten.
Rencana jaringan prasarana dirumuskan berdasarkan :
a. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang telah termuat dalam RTRW Kabupaten
b. Kebutuhan pelayanan dan pengembangan
c. Rencana pola ruang sebagai mana termuat dalam RTR KSK
d. Sistem pelayanan, terutama pergerakan sesuai dengan fungsi dan peran kawasan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait
Rencana jaringan prasarana dirumuskan dengan criteria :
a. Memperhatikan rencana struktur ruang dagian wilayah lainnya dalam wilayah kabupaten yang berbatasan langsung dengan KSK
b. Menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan pembangunan prasarana dan utilitas pada kaSK
c. Mengakomodasi kebutuhan pelayanan prasarana dan utilitas KSK
Materi rencana pengembangan jaringan parasarana KSK, meliputi : a)
Rencana pengembangan jaringan pergerakan Rencana pengembangan jaringan pergerakan merupakan seluruh jaringan primer dan jaringan sekunder yang meliputi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan dan jaringan jalan lainnya yang belum termuat dalam RTRW kabupaten -
Jaringan jalan arteri primer dan sekunder
Jaringan jalan kolektor primer dan sekunder
- Jaringan jalan lokal primer dan sekunder -
Jaringan jalan lingkungan primer dan sekunder -
Jaringan jalan lainnya, seperti jalan masuk/keluar terminal, jalan masuk/keluar parkir
b) rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan rencana
energi/kelistrikan merupakan penjabaran dari jarinmgan distribusi dan pengembangannya berdasarkan prakiraan kebutuhan energi/kelistrikan kawasan yang termuat dalam RTRW, terdiri atas : -
pengembangan
jaringan
jaringan sub transmisi -
jaringan distribusi primer -
jaringan distribusi sekunder c)
rencana pengembangan jaringan telekomunikasi rencana pengembangan jaringan telekomunikasi, terdiri atas : -
rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi -
rencana penyediaan jaringan telekomunikasi kabel -
rencana penyediaan jaringan telekomunikasi nirkabel -
rencana pengembangan sistem televise kabel
- rencana penyediaan jaringan serat optic -
rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi d)
rencana pengembangan jaringan air minum rencana pengembangan jaringan air minum, berupa rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air minum, terdiri atas : -
sistem penyediaan air minum, mencakup perpipaan dan bukan perpipaan
- bangunan pengambil air baku -
pipa transmisi air baku dan instalasi produksi
- pipa unit distribusi hingga pesil -
bangunan penunjang dan bangunan pelengkap -
bak penampung e)
rencana pengembangan jaringan drainase Rencana pengembangan jaringan drainase terdiri atas : -
Sistem jaringan drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan -
Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase, yang meliputi jaringan primer, sekunder, tersier dan lingkungan
f) rencana pengembangan jaringan air limbah jaringan air limbah meliputi sistem pembungan air limbah setempat (on site) terdiri atas : -
bak septic -
instalasi pengolah lumpur tinja /IPLT
- bangunan pengolah air limbah g)
rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya rencana penyediaan parasarana lainnya direncanakan sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan
3.4.3 Rencana Pola Ruang Kawasan (Zoning Map)
Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria :
a. Mengacu kepada pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW kabupaten
b. Memeperhatikan rencana ruang di wilayah yang berbatasan dengan KSK
c. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana
Materi rencana pola ruang KSK, meliputi : 1)
Zona lindung, yang meliputi : -
zona hutan lindung -
zona yang memberikan perlindungan terhadap zona dibawahnya -
zona perlindungan setempat -
zona RTH kota -
zona suaka alam dan cagar budaya -
zona rawan bencana alam -
zona lindung lainnya
2) Zona budidaya, yang meliputi : -
zona perumahan yag dirinci ke dalam perumahan dengan kepedatan sangat tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah, zona perumahan juga dapat dirinci berdasarkan kekhususan jenis rumah, seperti rumah tradisional, rumah sederhana, rumah sosial dan rumah singgah
- Zona perdagangan dan jasa -
Zona perkantoran (pemerintah dan swasta)
- Zona sarana pelayanan umum (pendidikan, kesehatan, oleh raga, budaya, peribadatan dll)
- Zona industri (kimia dasar, mesin, logam dasar, kecil dan aneka industri)
- Zona khusus, seperti zona pertahanan keamanan, zona IPAL, TPA dan zona khusus lainnya
- Zona perumahan -
Zona pertanian -
Zona pariwisata -
Zona pertambangan -
Zona campuran/terpadu (perumahan dan perdagangan jasa, perumahan dan perkantoran dll)
Apabila di setiap KSK hanya memiliki satu jenis sub zona dari zona tertentu, sub zona tersebut dapat dijadikan zona tersendiri. Sub zona juga dapat dijadikan zona tersendiri apabila sub zona tersebut memiliki luas yang
Zona/sub zona/sub-sub zona memiliki luas minimum 5 (lima) Ha di dalam KSK, apabila luasnya kurang dari 5 (lima) HA dapat dihilangkan dari klasifikasi zona dan dimasukan ke dalam daftar kegiatan di dalam matriks peraturan zonasi (ITBX)
3.4.4 Ketentuan Pemanfaatan Ruang KSK
ketentuan pemanfaatan ruang KSK merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama pengembangan KSK dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
Penyusunan program pemanfaatan ruang KSK menghasilkan program pengembangan KSK. Dalam penyusunan program pengembangan KSK dilakukan perumusan dan sinkronisasi program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Sumber pembiayaan program pemanfaatan ruang KSK, berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
b. Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
c. Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
d. Swasta
e. pembiayaan masyarakat; dan/atau
f. sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
3.4.5 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSK
Peraturan Zonasi (Zoning regulation) yang merupakan perangkat aturan pada skala blok yang umum digunakan untuk melengkapi RTR KSK agar lebih operasional.
Peraturan zonasi berfungsi sebagai :
a. Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang
b. Acuan dalam memberikan izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah
c. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif
d. Acuan dalam pengenaan sanksi
e. Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi
Peraturan zonasi bermanfaat untuk :
a. Menjamin dan menjaga kualitas ruang KSK minimal yang ditetapkan
b. Menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona
c. Meminimalkan gangguan atau dampak negative terhadap zona c. Meminimalkan gangguan atau dampak negative terhadap zona
pelaksanaan pembanguna. Peraturan zonasi berisi:
1) Materi Wajib, meliputi :
a) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, berisi kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat secara terbatas, diperbolehkan dengan syarat tertentu dan kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang , ketentuan dalam peraturan bangunan setempat dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau kompoen yang dikembangkan
Ketentuan teknis zonasi terdiri atas : -
Klasifikasi I = pemanfaatan yang diperbolehkan/diizinkan
Klasifikasi T = pemanfatan bersyarat secara terbatas
Kalsifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu
Kalsifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan
Penentukan klasifikasi I,T,B,X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi didasarkan pada :
Pertimbangan umum, antara lain kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten, keseimbangan kawasan, kelestarian lingkungan, tolenrasi terhadap tingkat gangguan serta kesesuaian dengan kebijakan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten.
Pertimbangan khusus, disusun berdasarkan rujukan mengenai
ketentuan
atau
standar yang berlaku
dalamperaturan
setempat dan rujukan mengenai ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen yang dikembangkan.
pemanfaatan ruang, ketentuan besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona, yang meliputi
intensitas
KDB maksimum
KLB maksimum
Ketinggian bangunan maksimum
KDH minimal Beberapa ketentuan lain yang dapat ditambahkan, antara lain :
Koefisien tapak basement (KTB) maksimum
Koefisien wilayah terbangun (KWT) maksimum
Kepadatan bangunan atau unit maksimum Kepadatan bangunan atau unit maksimum
c) Ketentuan tata bangunan, yang mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona, meliputi :
GSB minimal
Tinggi bangunan masmimal
Jarak anatar bangunan
Tampilan bangunan, yang ditetapkan berupa warna bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, serta keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
Ketentuan tata bangunan mendetailkan lebih lankut tata bangunan yang diatur dalam ketentuan umum peraturan zonasi dalam RTRW kabupaten atau juga dapat juga berisi sama dengan tata bangunan yang diatur dalam ketentuan
peraturan zonasi pada RTRW kabupaten. Tata bangunan dapat didetailkan kembali lebih lanjut dalam RTBL.
umum
d) Ketentuan sarana dan prasarana minimal, berfungsi sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan yang nyaman melalui penyediaan prasarana dan sarana yang sesuai agar zona berfungsi secara optimal.
Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parker, aksesibilitas untuk penyandang cacat (difabel), jalur sepeda, bongkar muat, dimensi jaringan jalan, kelengkapan jalan, kelengkapan prasarana lainnya yang diperlukan.
e) Ketentuan pelaksanaan, terdiri dari : -
Ketentuan variasi pemanfaatan ruang yang merupakan ketentuan
memberikan kelonggaran untuk penyesuaian dengan kondisi tertentu dengan tetap mengikuti ketentuan masa ruang yang ditetapkan dalam peraturan zonasi. Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar bagi TDR (transfer 0f development rigt), dan air development
yang
Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, ketentuan insentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak positif bagimasyaakat, sdangkan disinsentif adalah sebaliknya.
Ketentuan sanksi bagi untuk kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi, ketentuan ini berlaku untuk pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan sebelum penetapan RTR KSK/ peraturan zonasi dan izin tersebut diperoleh dengan prosedur yang benar.
a) Ketentuan tambahan, ketentuan lain yang ditambahkan pada suatu zona untuk melengkapai aturan dasar yang sudah ditetapkan. Ketentuan tambahan berfungsi memberikan aturan pada kondisi yang spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar
b)
Ketentuan
ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentua khusus sesuai dengan karakteristik zona dan kegiatan
khusus, adalah
Komponen ketentuan khusus, antara lain meliputi : -
Zona keselamatan operasional bandara
Zona cagar budaya atau adat
Zona rawan bencana
Zona pertahanan keamanan
Zona pusat penelitian
Zona pengembangan nuklir
Zona pembangkit listrik
Zona gardu induk listrik
Zona sumber air baku
Zona BTS
Dll
c) Standard teknis, adalah aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku, misalnya SNI tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan dll.
d) Ketentuan pengaturan zonasi adalah varian dari zonasi konvensional
dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan zonasi dan ditujukan untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan peraturan zonasi dasar, sehingga sasaran pengendalian pemanfaatan ruang dapat dicapai secara efektif,
yang
B. Ketentuan Perizinan
Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk: -
menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;
- mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan -
melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas. Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada calon pengguna ruang yang
akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu kawasan/zona berdasarkan rencana tata ruang.
Izin pemanfaatan ruang untuk kegiatan pemanfaatan sumber daya alam diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
ruang yang ditetapkan dalam Peraturan daerah kabupaten ini. -
izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya.
- Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan daerah.
- Pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan penting dikoordinasikan oleh Menteri.
C. Ketentuan Pemberian Insentif Dan Disinsentif
Insentif dan disinsentif diberikan dalam rencana tata ruang maupun pada saat ijin permohonan diajukan kepada pemerintah daerah
Pemberian
dalam penataan ruang diselenggarakan untuk: -
meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
- memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang; dan
- meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.
Pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah daerah kabupaten dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif. -
Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah .
- Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan daerah
Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain, dalam bentuk: -
keringanan pajak; -
pemberian kompensasi; -
imbalan; -
sewa ruang; -
urun saham; -
penyediaan infrastruktur; -
kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
- penghargaan. Disinsentif dari Pemerintah kepada masyarakat dikenakan, antara lain,
dalam bentuk: -
pengenaan pajak yang tinggi; -
pembatasan penyediaan infrastruktur; -
pengenaan kompensasi; dan/atau -
penalti Prosedur Pemberian insentif /disinsentif
1) Pemerintah daerah yang berhak memberikan insentif dan disinsentif.
tertentu, sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. 3)
Pemerintah menetapkan jenis insentif dan disinsentif pada jenis kegiatan/pemanfaatan ruang pada kawasan/wilayah tersebut di atas.
4) Pemerintah memberlakukan/menerapkan insentif dan disinsentif tersebut pada saat permohonan pembangunan diajukan baik oleh perorangan, kelompok masyarakat maupun badan hukum
D. Ketentuan Sanksi
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi
Ketentuan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupatenl;
b. pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi kabupaten;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTR KSK ;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTR KSK;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTR KSK;
f. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
Terhadap pelanggaran dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau i.
denda administratif.
Penetapan pengaturan pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi KSK berdasarkan tipologi dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:
Peraturan Zonasi Muatan Peraturan Zonasi
Pengaturan Sudut
Pengaturan Pemberian Pengaturan Kepentingan
Tipologi KSK
jenis kegiatan yang
diperbolehkan, bersyarat, dan tidak
dan sarana
lain yang
Perizinan Insentif dan Sanksi Disinsentif
Pertumbuhan Kawasan perkotaan Ekonomi
Kawasan koridor ekonomi Kawasan Perdesaan Kawasan Ekonomi Cepat
√ √ Tumbuh
Kawasan tertinggal/ terisolir sosial dan
Kawasan Konservasi cagar budaya
Budaya/ Sejarah Kawasan Konservasi
√ √ permukiman/ komunitas adat tertentu
pendayagunaa Kawasan Teknologi Tinggi
√ n sumber daya
Kawasan Pengembangan √ alam dan/atau
√ teknologi tinggi
Sumber Daya Alam Darat (SDA
darat) fungsi
dan Kawasan Perlindungan dan daya dukung
√ √ lingkungan
pelestarian lingkungan hidup
(SDA darat) Kawasan Rawan Bencana
√ √ Kawasan Kritis Lingkungan
√ √ Kawasan perlindungan pesisir dan pulau-pulau kecil (SDA Laut)
Kementerian Pekerjaan Umum 71
Pelibatan peran masyarakat dalam proses perencanaan dimulai sejak awal hingga akhir kegiatan, meliputi; persiapan penyusunan, pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis data serta perumusan konsep rencana. Hak, kewajiban, dan peran masyarakat diatur sesuai dengan Permen PU No 16 tahun 2009 tentang pedoman penyusunan RTRW kabupaten .
Masyarakat sebagai pemangku kepentingan, meliputi :
a. Orang perseorangan atau kelompok orang
b. Organisasi masyarakat di tingkat kabupaten
c. Perwakilan organisasi masyarakat kabupaten
d. Perwakilan organisasi masyarakat kabupaten yang secara sistemik dengan wilayah yang sedang disusun RTR KSK dan peraturan zonasinya
Hak masyarakat, meliputi : -
Mengajukan inisiatif untuk melakukan penyusunan dan atau mengevaluasi dan atau mengubah RTR KSK dan peraturan zonasinya
Memberikan masukan penyusunan RTR KSK dan peraturan zonasi
- Memberikan pendapat, saran dan masukan dalam penentuan tujuan, arah pengendalian, pembatasan, kelonggaran aturan dalam penetapan peraturan zonasi
- Mengetahui secara terbuka setiap produk RTR KSK dan peraturan zonasi di wilayah kabupaten yang bersangkutan
- Memantau pelaksanaan RTR KSK dan peraturan zonasi yang telah ditetapkan -
Melaporkan kepada instansi atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar RTR KSK dan peraturan zonasi yang telah ditetapkan
- Mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan RTR KSK/peraturan zonasi
- Mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban masyarakat, meliputi : -
Memberikan
keterangan secara konkrit dan bertanggungjawab dalam setiap tahapan penyusunan RTR KSK dan peraturan zonasi
- Berlaku tertib dan mendukung kelancaran proses penyusunan RTR KSK dan Peraturan zonasi
Bentuk peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang, berupa : a)
Masukan mengenai : -
Persiapan penyusunan rencana tata ruang -
Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan -
Pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan -
Perumusan konsepsi rencana tata ruang -
Penetapan rencana tata ruang b)
Bekerjasama dengan pemerintah daerah atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Konsep RTR KSK disajikan dalam dokumen sebagai berikut:
a. Materi teknis RTR KSK, yang terdiri atas: 1)
Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta;
2) Buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan 3)
Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal dalam format A1 yang dilengkapi dengan peta digital yang mengikuti ketentuan sistem informasi geografis (SIG) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
b. Naskah rancangan peraturan daerah (raperda) kabupaten tentang RTR KSK, yang terdiri atas: 1)
Raperda yang merupakan rumusan pasal per pasal dari buku rencana dan disajikan dalam format A4; dan
2) Lampiran yang terdiri atas peta rencana struktur ruang dan peta rencana pola ruang yang disajikan dalam format A3, serta tabel indikasi program utama.