Istilah-Istilah yang Menunjuk kepada Laki-Laki dan Perempuan

1. Istilah-Istilah yang Menunjuk kepada Laki-Laki dan Perempuan

Beberapa istilah yang menunjuk kepada laki-laki dan perempuan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kata al-Rijâl dan al-Nisâ’

Kata al-rijâl merupakan bentuk jamak dari kata al-rajul yang diambil

dari akar kata ﻝﺝﺭ kemudian membentuk beberapa makna seperti ﻼ ـﺟﺭ ﻪﻠﺟﺭ artinya ﻪﻠﺟﺭ ﺏﺎﺻﺍ melukai kakinya. ﺓﺎﺸﻟﺍ ﻞﺟﺭ artinya ﺎﻬﻴﻠﺟﺮﺑ ﺎﻬﻠﻘﻋ mengikat kedua

kaki kambing. ﺎﻫﺪﻟ ﻭ ﺓ ﺃ ﺮﳌ ﺍ ﺖﻠﺟﺭ artinya ﻪ ـﺳ ﺃﺭ ﻞ ـﺒﻗ ﻩﻼـﺟﺭ ﺖـﺟﺮﺧ ﺚﻴﲝ ﻪﺘﻌﺿﻭ seorang

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (selanjutnya tertulis Kamus Bahasa Indonesia) (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 938 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (selanjutnya tertulis Kamus Bahasa Indonesia) (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 938

kepalanya. ﻞﺟﺭ artinya ﻪ ـﻴﻠﺟﺭ ﻰﻠﻋ ﻲﺸﻣ berjalan dengan kedua kakinya atau diartikan , ﻲﺸﳌﺍ ﻰﻠﻋ ﻱﻮﻗ kuat berjalan, ﻪﻠﺟﺭ ﺎﻜﺷ mengeluh terhadap kakinya. ﻥﺍﻮﻴﳊﺍ ﻞﺟﺭ artinya ﺽﺎـﻴﺑ ﻪﻴﻠﺟﺭ ﻯﺪﺣﺍ ﰱ ﻥﺎﻛ binatang itu salah satu dari kedua kakinya ada warna putih. ﺮﻌﺸﻟﺍ ﻞﺟﺭ artinya ﺓﺩﻮﻌﳉﺍ ﻭ ﺔ ﻃﻮﺒﺴﻟﺍ ﲔﺑ ﻥﺎﻛ rambutnya

antara lurus dan keriting. 2 Abu Husen Ahmad bin Faris bin Zakaria dalam kamusnya

menyatakan: ﻝﺎ ـﻗ ﻭ ﺀﺎـﻣ ﻞﻴﺴﻣ ﰱ ﻻﺍ ﺖﺒﻨﺗ ﻻ ﺎﻻ ﺀﺎﻘﻤ ﳊﺍ ﺖﻴ ﲰ ﺎﳕﺍﻭ ﺍﻮﻟﺎﻗ ﺀﺎﻘﻤﳊﺍ ﺔﻠﻘﺒﻟﺍ ﺎﳍ ﻝﺎﻘﻳ ﱴﻟﺍ ﻰﻫ ﺔﻠﺟﺮﻟﺍ

ﺔﻠﺟﺭ ﺎ ﺪﺣﺍﻭ ﺀﺎﳌﺍ ﻞﻳﺎﺴﻣ ﻞﺟﺮﻟﺍ ﻞﺑ ﻡﻮﻗ Kata al-rijlah disebut al-baqalah al-hamqâ’, mereka mengatakan,

"Disebut al-hamqâ’, karena sayuran itu hanya tumbuh pada aliran air." Bahkan satu kaum mengatakan, "Kata al-rijalu yang artinya sayuran yang ada pada aliran air mufradnya rijlah."

Sedangkan kata ﻞ ـﺟﺮﻟﺍ dibaca fathah huruf ﺭ dan dibaca dhommah huruf ﺝ artinya ﻡﺩﺍ ﲎ ـﺑ ﻦـﻣ ﻎﻟﺎـﺒﻟﺍ ﺮﻛﺬـﻟﺍ seorang laki laki yang baligh dari keturunan Nabi Adam. Sedangkan kalimat ﺱﺭﺎﻔﻟﺍ ﻑﻼﺧ ﻞﺟﺍﺮﻟﺍ artinya pejalan

kaki bukan penunggang kuda sebagaimana yang ditegaskan al-Qur'an. 4

Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Q.S. al-Baqarah/2: 239)

2 Ibrahim Anis at. al., al-Mu'jam al-Wasîth, (selanjutnya tertulis al-Wasîth) (Mesir: Majma al-Lughah al-Arabiyah, 1980), Jilid I, h. 332

3 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, Mu'jam al-Maqâyis fî Lughah, (selanjutnya tertulis al- Maqâyis fî Lughah) (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 444

4 Ibrahim Anis at, .al, al-Wasith …, jilid I, h. 332

Kemudian kata ﻝﺎ dan ﺔ

sebagai kata jamak , kemudian

dijamakkan lagi yang biasa disebut ﻊـﻤﳉﺍ ﻊﲨ menjadi ﺕﻻﺎـﺟﺭ yang artinya orang-orang terhormat. Ketika kalimat ﺔ ـﻠﺟﺭ ﺓ ﺃ ﺮ ـﻣﺍ maka artinya berubah menjadi ﺔ ـﻓﺮﻌﳌﺍ ﻭ ﻱ ﺃ ﺮﻟﺍ ﰱ ﻝﺎﺟﺮﻟﺎﺑ ﺖﻬﺒﺸﺗ seorang perempuan yang menyerupai

laki laki dalam pikirannya dan pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan hadis

Nabi ﻱ ﺃ ﺮ ـﻟﺍ ﺔ ـﻠﺟﺭ ﺎﻬﻨﻋ ﷲﺍ ﻲﺿﺭ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﺖﻧﺎﻛ Aisyah r.a. pikirannya menyerupai laki-laki. Sedangkan kata ﺔ ـﻴﻟ ﻮﺟﺮﻟﺍ ﻭ ﺔﻟﻮﺟﺮﻟﺍ artinya sifat yang sempurna yang

terdapat pada seorang laki-laki. Jadi kata Rajul kesemuanya menunjukkan arti kuat, perkasa dan memiliki ketangguhan.

Dari pengertian di atas, Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa, "Semua orang yang masuk dalam kategori al-rajul termasuk juga kategori al-dzakar tetapi tidak semua al-dzakar masuk dalam kategori al-rajul. Kategori al-rajul menuntut sejumlah kriteria tertentu yang bukan hanya mengacu kepada jenis kelamin, tetapi juga kualifikasi budaya tertentu, terutama sifat-sifat kejantanan

(masculinity)." 6

Akar kata ﻝﺝﺭ dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 73 kali

dalam al-Qur'an. 7 Namun kata al-rajul jamaknya al-rijâl yang artinya kaum laki-laki terdapat 55 kali disebut dalam al-Qur'an, yaitu 24 kali dalam bentuk

mufrad (makna tunggal), 5 kali dalam bentuk mutsanna (makna dua) dan 26 kali dalam bentuk jamak (banyak).

Dari 55 kata tersebut Nasaruddin Umar membagi ke dalam 5 kecenderungan pengertian dan maksud sebagai berikut:

5 Ibrahim Anis at al, al-Wasith…,Jilid I h. 332 6 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur'an, (selanjutnya tertulis

Kesetaraan Jender ) (Jakarta: Paramadina, 2001), Cet.II, h. 145 7 Ibrahim Madkur, Mu'jam alfâdh al-qur'an al-karîm, (selanjutnya tertulis Al-fâdh al-

Qur ’ an ) (Cairo: Majma al-lughah al-arabiyah al-Idârah al-âmmah lil Mu'jamât wa Ihya al-Turâts, 1988), Jilid. I, h. 477-479

1) Al-Rajul dalam arti jender laki-laki seperti terdapat pada surat al-

Baqarah/2: 282, 228, surat al-Nisâ’/4: 34, 32.

2) Al-Rajul dalam arti orang, baik laki-laki maupun perempuan seperti terdapat pada surat al-A'râf/7: 46, al-Ahzâb/33: 23.

3) Al-Rajul dalam arti nabi atau rasul seperti terdapat pada surat al- Anbiyâ/21: 7, Saba/34: 7.

4) Al-Rajul dalam arti tokoh masyarakat antara lain terdapat pada surat Yâsîn/36: 20, al-A'râf/7: 48, alQashash/28: 20, al-Mu'min/40: 28, Al-

A'râf/7: 48, 155, al-Kahfi/18: 32, 37, al-Qashash/28: 15, al-Jin/72: 6, dan al-Ahzâb/33: 40, 23, al-Nahl/16: 76

5) Al-Rajul dalam arti budak seperti terdapat pada surat al-Zumar/39: 29, al- Nisâ’/4: 1, dan al-Naml/27: 55. 8

Sedangkan kata al-nisâ’ menurut etimologi diambil dari kata nasia ( ﻱﺱﻥ ) yang artinya ada dua yaitu melupakan sesuatu dan meninggalkan sesuatu. 9 Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah :

Mereka melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka…(Q.S. at- Taubah/9: 67)

Begitu juga terdapat dalam firman Allah

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (Q.S. Taha/20: 115)

8 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 147-158 9 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah… h. 1024

10 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah… h. 1025

Seorang perempuan tertunda haidnya pada waktunya, maka diharap bahwa perempuan itu hamil.

Dan terdapat pula dalam ayat yang lain

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun

dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka

mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. al- Taubah/9: 37)

Sedangkan Ibnu Mandur dalam kamus Lisân al-Arab menyatakan:

Kata niswah artinya meninggalkan untuk bekerja, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah: "Mereka melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka terhadap diri mereka."

Jadi kata al-Nisâ’ memiliki arti lemah, menunda, lupa, meninggalkan dan mengulur-ulur waktu. Sedangkan menurut terminologi kata al-nisâ’, al- niswan, dan al-niswah merupakan kata jamak dari kata al-mar'ah (perempuan) yang bukan dari lafadhnya seperti kata al-kaum merupakan jamak dari kata al-

mar'u 12 . Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya

11 Ibnu Manzhûr, Lisân al-Arab, (selanjutnya tertulis Lisân al-Arab) (Mesir: Daar al-Fikr, t.t.) Jilid. VI, h. 4417

12 Al-Raghib al-Ashfihani, Mu'jam Mufradât al-Fâdh al-Qur'an, (selanjutnya tertulis Mufradât al-fâdh al-Qur ’ an ) (Bairut: Daar al-Fikr, t.t.), h.513

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula kaum perempuan (mengolok-olok) kaum perempuan lain (karena) boleh jadi kaum perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.

Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al-Hujurat/33: ayat 11).

Kata al-nisâ’ menurut Nasaruddin Umar berarti jender perempuan, sepadan dengan kata al-rijâl yang berarti jender laki-laki. 13 Kata al-nisâ’

dalam berbagai bentuknya terdapat dalam 55 ayat dan terulang sebanyak 59 kali dalam al-Qur'an. Dari 59 kata al-nisâ’ menurut Nasaruddin Umar memiliki kecenderungan pengertian dan maksud sebagai berikut:

1) Al-nisâ’ dalam arti jender perempuan terdapat dalam al-Qur'an

Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. (Q.S. al-Nisâ’/4: 7)

Begitu juga terdapat dalam ayat yang lain

13 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 159

٣٢ Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Nisâ’/4: 32)

Kata al-nisâ’ menurut Nasaruddin Umar menunjukkan jender perempuan. Porsi pembagian hak dalam ayat ini tidak semata-mata

ditentukan oleh realitas biologis sebagai perempuan atau laki-laki, melainkan berkaitan erat dengan realitas jender yang ditentukan oleh faktor budaya yang bersangkutan. Ada atau tidaknya warisan ditentukan oleh keberadaan seseorang. Begitu seseorang lahir dari pasangan muslim yang sah, apapun jenis kelaminnya, dengan sendirinya langsung menjadi ahli waris. Sementara itu besar kecilnya porsi pembagian peran ditentukan oleh faktor eksternal, atau menurut istilah ayat ini ditentukan oleh usaha

yang bersangkutan. 14

2) Al-nisâ’ dalam arti istri-istri, seperti terdapat dalam al-Qur'an

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah, "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesung-guhnya Allah menyukai

14 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 161 14 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 161

Dalam ayat yang lain juga disebutkan

Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

(Q.S. al-Baqarah/2: 223 ) Kata al-nisâ’ dalam kedua contoh di atas diartikan dengan istri-istri, sebagaimana halnya kata al-mar'ah sebagai bentuk mufrad dari kata al- nisâ’ , hampir seluruhnya berarti istri. Misalnya imra'ah Lûth (Q.S. al- Tahrîm/66:10) imra'ah Fir'aun (Q.S. al-Tahrîm/66: 11) dan imra'ah Nûh (Q.S. al-Tahrîm/66: 10). Kata al-nisâ’ yang berarti istri-istri ditemukan

pada sejumlah ayat. (Q.S. al-Baqarah/2: 187, 223, 226, 231, dan 236; Q.S. al-Nisâ’/4: 15; dan 23, Q.S. al-Ahzâb/33:30, 32, dan 52; Q.S. Ali

Imrân/3: 61; Q.S. al-Thalaq/65: 4; Q.S. al-Mujâdilah/58: 2 dan 3). 15

b. Al-Dzakar dan al-Untsa

Menurut kamus al-Maqâyis fî al-Lugah, bahwa kata dzakar berasal

dari akar kata ﺭﻙﺫ yang secara harfiyah/etimologi artinya ingat lawan dari lupa seperti 16 ﺊﺸﻟﺍ ﺕﺮﻛﺫ

artinya (aku telah mengingat sesuatu).

Sedangkan menurut kamus al-Wasîth, bahwa kata ﺮﻛﺫ mashdarnya ﺍﺮﻛﺫ ﺍﺭﺎﻛﺬﺗ ﻭ , ﻯﺮﻛﺫ , ﺍﺮﻛﺫ , artinya ﻪ ﻈﻔﺣ (menghafalnya/ menjaganya). Dapat juga

diartikan meminang seperti dalam hadis Ali yang berbunyi ﺔﻤ ﻃﺎﻓ ﺮﻛﺬﻳ ﺎﻴﻠﻋ ﻥﺍ

16 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h.163

Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah…, h. 388

(Bahwa Ali melamar Fatimah). Juga bisa diartikan memuji seperti ﲎﺛﺍ ﻱﺍ ﷲﺍ ﺮﻛﺫ ﻪﻴﻠﻋ juga bisa diartikan mensyukuri seperi kalimat ﺔﻤﻌﻨﻟﺍ ﺮﻛﺫ artinya seseorang

telah mensyukuri nikmat. Bisa juga diartikan menyerupai seperti ﻱﺍ ﺔﻧﻼﻓ ﺕﺮﻛﺫ ﻞﺟﺮﻟﺎﺑ ﺎﻬﻠﺋﺎ ﴰ ﰱ ﺖﻬﺒﺸﺗ artinya Fulanah menyerupai laki-laki dalam

perangainya." 17 Sedangkan menurut terminologi kata al-dzakar artinya lawan dari kata

al-untsâ 18 (perempuan) yang dikaitkan dengan kelamin. Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an

Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan, dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak laki- laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." (Q.S. Ali Imran/3: 36)

Adapun kata al-untsâ diambil dari akar kata ﺚﻧﺍ yang berarti lembut, lunak dan halus. Sedangkan kata al-untsâ (perempuan) adalah lawan dari kata al-dzakar (laki-laki) dari segala jenis (binatang, tumbuh-tumbuhan dan manusia). Sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Manzhur dalam kamus Lisân al- Arab :

Kata al-untsâ (perempuan) diambil dari kata anatsa yang artinya lawan dari laki-laki dari segala jenis (binatang, tumbuh tumbuhan dan

17 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 313 18 19 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 213

Ibnu Manzhur, Lisan al – Arab…, Jilid I, h. 145 Ibnu Manzhur, Lisan al – Arab…, Jilid I, h. 145

Sedangkan al-Raghib al-Ashfihani dalam kamusnya menyatakan

Kata al-untsâ (perempuan) diambil dari kata unuts yang artinya lawan dari laki-laki dan keduanya (kata al-dzakar dan al-untsâ) pada mulanya digunakan untuk makna dua jenis kelamin.

Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (Q.S. al-Nisâ’/4: 124)

Kemudian dalam kamus Al-Maurid disebutkan:

Kata al-dzakar dan al-untsâ dipergunakan untuk jenis manusia, binatang, dan tumbuh tumbuhan.

Sedangkan kata al-rajul, al-nisâ dan al-mar'ah dalam al-Qur'an hanya dipergunakan untuk manusia. Kata al-untsâ dalam berbagai bentuknya dalam al-Qur'an terulang sebanyak 30 kali kesemuanya diartikan jenis kelamin

perempuan. 22

c. Al-Mar'u/al-Imru'u dan al-Mar'atu/al-Imra'atu

20 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…, h.23 21 Munir al-Ba’labakka, al-Maurid, (Bairut: Dâr al-Ilmi Lilmalayin,1986), h. 553 22 Majma' al-Lughah al-Arabiyah al-Idârah al-âmmah li al-Mu'jamât wa Ihya al-Turâts, Mu'jam alfâdh al-Qur'an al-Karîm , (selanjutnya tertulis alfâdh al-Qur ’ an al-Karîm ) (Cairo: Majma al-

Lughah al-Arabiyah, 1988), h. 93

Kata al-Imru'u/al-Mar'u terulang dalam al-Qur'an sebanyak 11 kali

yang diartikan seorang laki-laki atau seseorang. 23 Kata al-imru'u/al-mar'u diambil dari kata 24 ﺃ ﺮﻣ yang artinya baik, bermanfaat, dan lezat. Kemudian

dibentuk shîgah mubâlagah yang artinya sangat baik atau sangat lezat sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an

Berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Q.S. al-Nisâ’/4: 4)

Sedangkan al-Ragib al-Ashfihani dalam kamusnya menegaskan

"Kata mar'un, mar'atun, imru'u, dan imra'atun diambil dari satu akar kata yaitu ﺃ ." ﺮﻣ

Kemudian kata al-mar'u dan imru'un berarti laki-laki atau seseorang (laki-laki atau perempuan) sedangkan kata mar'ah dan imra'ah artinya perempuan. Kata imra'ah dalam al-Qur'an terulang sebanyak 26 kali, 4 kali

diartikan seorang perempuan dan 22 kali diartikan istri. 26