Teori Konflik

2. Teori Konflik

Nasaruddin Umar menegaskan bahwa,

Dalam soal jender, teori konflik terkadang diidentikkan dengan teori Marx karena begitu kuatnya pengaruh Karl Marx di dalamnya. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa dalam susunan di dalam suatu masyarakat terdapat beberapa kelas yang saling memperebutkan pengaruh dan kekuasaan. Siapa yang memiliki dan menguasai sumber- sumber produksi dan distribusi merekalah yang memiliki peluang

untuk memainkan peran utama di dalamnya. 33 Lebih lanjut dijelaskan bahwa teori konflik ini menjadi anutan dari

feminisme radikal yang melihat tidak ada perbedaan antara tujuan personal dan politik, unsur-unsur seksual atau biologis, sehingga dalam melaksanakan

33 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 61 33 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 61

mereka beranggapan berasal dari idiologi partriarki jenis kelamin. Karena itu secara biologis dan politis laki-laki merupakan bagian dari permasalahan. 34

Dalam penjelasan berikutnya Nasarudin Umar menjelaskan:”Bahwa aliran ini juga beranggapan penguasaan laki-laki terhadap fisik perempuan dalam bentuk hubungan seksual, misalnya merupakan bentuk dasar dari penindasan terhadap perempuan, sehingga partriarki merupakan dasar idiologi dari penindasan yang merupakan sistem hirarki seksual ketika laki-laki

memiliki kekuasaan superior dan keistimewaan ekonomi.” 35 Faisar Ananda Arfa mengatakan:”Bahwa Feminisme Marxis juga

menganut teori konflik, namun mereka menolak biologi adalah dasar pembedaan jender. Menurut mereka, penindasan perempuan adalah bagian penindasan kelas dalam hubungan produksi. Persoalan perempuan kerap

diletakkan pada kerangka kritik atas kapitalisme.” 36 Letak perbedaan kedua teori tersebut yaitu bahwa teori struktural

fungsional melihat bahwa setiap unsur harus berfungsi menurut fungsinya, sehingga laki-laki dan perempuan masing masing harus menjalankan perannya masing masing. Sedangkan teori konflik menekankan pada pembagian kelas berdasarkan ekonomi bukan berdasarkan biologis.

Pada prinsipnya penulis kurang sependapat bahwa menafsirkan al- Qur'an sebagai kebenaran mutlak menggunakan kedua teori tersebut yang sifatnya relatif. Bila penafsiran ayat tidak diketemukan dalam hadis Nabi, baru boleh berijtihad yang instrumennya juga menggunakan ayat al-Qur'an dan

35 Faisar Ananda Arfa, WanitaIslam Modernis…, h. 54 Faisar Ananda Arfa, WanitaIslam Modernis…, h. 55 36 Faisar Ananda Arfa, WanitaIslam Modernis…, h. 55 35 Faisar Ananda Arfa, WanitaIslam Modernis…, h. 54 Faisar Ananda Arfa, WanitaIslam Modernis…, h. 55 36 Faisar Ananda Arfa, WanitaIslam Modernis…, h. 55

langit dan bumi berikut isinya akan hancur. Sesuai firman Allah

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Q.S. al-Mu’minûn/23: 71)

Sedangkan menafsirkan ayat dengan hadis karena hadis sebagai tibyân (penjelasan) terhadap ayat-ayat al-Qur'an. Sesuai firman Allah

Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (Q.S. al-Nahl/16: 44)

Selain merupakan penjelasan dari ayat-ayat al-Qur'an, hadis juga memiliki posisi kedua setelah al-Qur'an. Sesuai dengan ayat al-Qur'an

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. al-Nisâ’/4: 59)

Kemudian ditegaskan pula pada ayat-ayat lain seperti surat al-Nisâ’/4 ayat 69-80 dan Ali Imrân/3 ayat 32-132, dan masih banyak ayat yang lain yang menjelaskan tentang posisi hadis sebagai posisi kedua setelah al-Qur'an.

Selain kedua teori di atas, Nasaruddin Umar menyatakan bahwa dalam

studi jender dikenal beberapa teori yang cukup berpengaruh dalam menjelaskan latar belakang perbedaan dan persamaan peran jender laki-laki dan perempuan antara lain sebagai berikut :