Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Meraih Gelar Magister Dalam Ilmu-ilmu Agama Islam di Bidang Tafsir Hadis

Thesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Meraih Gelar Magister Dalam Ilmu-ilmu Agama Islam di Bidang Tafsir Hadis

Disusun Oleh:

Abdul Karim 03.2.00.1.05.01.0066

SEKOLAH PASCASARJANA

KONSENTRASI TAFSIR HADIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Thesis ini merupakan karya asli saya, yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister (Strata 2) pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan tesis ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari ternyata bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 Juli 2007

Abdul Karim

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul "SETAN DALAM AL-QUR`AN" yang ditulis oleh Abdul Karim, No. Pokok 03.2.00.1.05.01.0066, Konsentrasi Tafsir- Hadis, telah disetujui untuk dibawa ke dalam ujian/penilaian Tesis.

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Prof. Dr.H. Ahmad Thib Raya, MA.) (Dr. Yusuf Rahman, MA.)

Tanggal: …………………………........ Tanggal: …………………...

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Thesis dengan judul "SETAN DALAM AL-QUR`AN" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Agustus 2007. Thesis ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Program Strata 2 (S2) pada bidang kajian Tafsir Hadis.

Jakarta, 8 November 2007 Penguji I,

Penguji II,

(Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA.) (Dr. Sahabuddin)

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Prof. Dr.H. Ahmad Thib Raya, MA.) (Dr. Yusuf Rahman, MA.)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

I. KONSONAN

II. VOKAL PENDEK ء

='

=a

ب =B

=i

ت =T

=u

ث = Ts ج

=J III. VOKAL PANJANG ح

=H

خ = KH

د =D

ذ = DZ ر

=R

IV. DIFTONG

ز =Z

ﻮَـ = au ـــ

س =S

ﻲَــــ = ai

ش = SY ص = SH

V. PEMBAURAN

ض = DL

ــﻟا = al-

ط = TH ّﺶﻟا = asy-Sy… ظ

= ZH

ــﻟاو = wa al-

= GH ف

=F ق

=Q ك

=K ل

=L م

=M ن

=N و

=W ـﻫ

=H ي

=Y ة

=T

SINGKATAN

Beberapa singkatan yang dilakukan adalah:

1. swt. = subhanahu wa ta'ala

2. saw. = shalla Allahu 'alaihi wa sallam

3. as. = 'alaihi as-salam

4. ra. = radliya Allahu 'anhu

5. HR. = Hadis Riwayat

6. H. = Hijriyah

7. M. = Masehi

8. w. = wafat

9. dkk. = dan kawan-kawan

10. Qs. = al-Qur`an, surat/nomor surat : nomor ayat

11. Cet. = Cetakan

12. t.tp. = tanpa tempat penerbit

13. t.th = tanpa tahun

14. tp. = tanpa penerbit

15. ibid. = ibidem (sama dengan sebelumnya)

16. h. = halaman

Kata Pengantar

Alhamdu lillahi robbil 'alamin , puji syukur kehadirat Allah swt. atas taufiq, hidayah dan inayah-Nya, tesis dengan judul "Setan dalam Al- Qur`am" telah dapat saya selesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad saw. yang telah mewariskan sumber utama

hukum dan ajaran islam "Al-Qur`an" yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu, membimbing, dan memberikan kemudahan dalam proses penyelesaiannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA selaku Rektor dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen dan staf yang telah mengajar dan melayani penulis dengan penuh keikhlasan, sehingga aktifitas akademik penulis pada program ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

2. Bapak Prof. Dr.H. Ahmad Thib Raya, MA. Dan Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku pembimbing materi dan metodologi penulisan tesis ini yang 2. Bapak Prof. Dr.H. Ahmad Thib Raya, MA. Dan Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku pembimbing materi dan metodologi penulisan tesis ini yang

3. Pimpinan dan seluruh petugas Perpustakaan Pusat dan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan dan pelayanan kepada penulis selama dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini.

4. Kedua orang tua penulis, ayahanda Fathur Razi dan Ibunda Amirah yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih dan sayang yang tulus ikhlas.

5. Ibunda mertua Masnah dan sekeluarga yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Teristimewa, Istriku Astuti dan anakku Najmah al-Karim yang sangat saya sayangi dan saya banggakan, atas segala pengertian, bantuan, dukungan, dan dorongannya untuk menyelesaikan tesis ini.

7. Teman-teman di GLOBAL ISLAMIC SCHOOL dan sahabat karib terutama Bapak Andri dan pak Prie yang telah membantu untuk mencarikan berbagai referensi, sehingga dapat memudahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Semua pihak yang telah ikut membantu memberikan dukungannya baik berupa moril maupun materi, yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Atas segala kebaikan yang telah mereka berikan, penulis doakan semoga amal baik mereka semua dicatat oleh Allah swt. dan mendapatkan balasan dengan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Amin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, tegur sapa, kritik yang konstruktif dan saran yang baik demi kesempurnaan tesis ini sangat penulis harapkan.

Jakarta, 12 Mei 2007

Penulis

ABSTRAK

Setan adalah istilah yang sudah sangat popular di kalangan umat manusia sebelum Islam. Misalya tradisi Yahudi dalam kitab perjanjian lama menyatakan bahwa iblis adalah pembujuk. Ia pada mulanya adalah setan dalam bentuk ular yang berhasil mengalahkan Adam dan Hawa. Bahkan setan sudah dikenal dalam masyarakat kuno, yang dipersepsikan sebagai dewa-dewa asing yang mewujudkan diri dalam invasi dan agresinya untuk mengacaukan masyarakat tani yang hidup

dalam ketenangan atau kedamaian. Dalam al-Qur`an sering kali setan didiskripsikan sebagai karakter buruk dan jahat yang menggoda, menyesatkan, dan menjerumuskan manusia dari jalan yang benar. Namun penafsiran tentang setan muncul berbagai pemahaman yang berbeda. Hal ini tentunya menuntut sebuah pengkajian dan penafsiran yang benar-benar utuh dan komprehensif. Siapakah sebenarnya setan itu ? Benarkah setan yang menjerumuskan manusia ke lembah kehancuran ? Dan bisakah manusia mengalahkannya?

Dalam al-Qur`an, kata "Syaithān" baik mengambil bentuk jamak maupun tunggal disebut sebanyak 88 kali dalam 36 surat. Sedangkan kata "Iblīs" disebutkan

sebanyak 11 kali dalam 9 surat. 1 . Ayat yang paling sering dijadikan rujukan awal adalah surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 berkenaan dengan dialog antara Allah swt.

dengan malaikat tentang penciptaan Adam, yang diikuti dengan perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam sebagai tanda pengakuan atas kemuliannya.

Benarkah jin, setan dan iblis yang menjadi musuh manusia itu adalah sosok makhluk halus yang berada di luar diri manusia?

1 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu`jam al-Mufahros li Alfazhi al-Qur'an al-Karim, (Lebanon: Dar al-Fikr, 1981 M/1401 H), cet. 2, h. 382-383 dan h. 134. Lihat juga: Ali Audah,

Konkordansi Al-Qur`an: Panduan Kata dalam Mencari Ayat Al-Qur`an, (Bandung: Mizan, 1997), cet. 2 h. 267 dan 610-614.

Konsep setan dalam al-Qur'an adalah bahwa setan merupakan karakter buruk atau potensi kejahatan yang berasal dari manusia atau jin, kemudian mengalami proses personalisasi.

Setan sesungguhnya berada dalam diri manusia, dan menurut penulis termasuk setan dari komunitas jin atau iblis itu juga ada dalam diri manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

. ﺎﺌﻴﺸ ﻡﻜﺒﻭﻠﻗ ﻲﻓ ﻰﻘﻠﻴ ﻥﺃ ﺕﻴﺸﺨ ﻲﹼﻨﺇ ،ﻡﺩﻟﺍ ﻯﺭﺠﻤ ﻡﺩﺁ ﻥﺒﺍ ﻥﻤ ﻯﺭﺠﻴ ﻥﺎﻁﻴﺸﻟﺍ ﻥﺇ

"Sesungguhnya setan berjalan di dalam tubuh manusia seperti darah yang mengalir, aku khawatir ia akan membisikkan sesuatu ke dalam hati kalian 2 ".

( ٢٧ : ﻕ ). ﺩﻴﻌﺒ لﻼﻀ ﻰﻓ ﻥﺎﻜ ﻥﻜﻟﻭ ﻪﺘﻴﻐﻁﺍ ﺎﻤ ﺎﻨﺒﺭ ﻪﻨﻴﺭﻗ لﺎﻗ

"(Setan) yang menyertainya berkata (pula), 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh". (Qs. Qof 50 : 27)

لﻭﺴﺭ ﺎﻴ ﻙﺎﻴﺇﻭ ﺍﻭﻟﺎﻗ ،ﺔﻜﺌﻠﻤﻟﺍ ﻥﻤ ﻪﻨﻴﺭﻗ ﻭ ﻥﺠﻟﺍ ﻥﻤ ﻪﻨﻴﺭﻗ ﻪﺒ لﹼﻜﻭ ﺩﻗﻭ ﹼﻻﺇ ﺩﺤﺍ ﻥﻤ ﻡﻜﻨﻤ ﺎﻤ . ﺭﻴﺨﺒ ﹼﻻﺇ ﻲﻨﺭﻤﺄﻴ ﻼﻓ ﻡﻠﺴﺃ ﻲﹼﺘﺤ ﻪﻴﻠﻋ ﻰﻨﻨﺎﻋﺃ ﷲﺍ ﻥﺍ ﹼﻻﺇ ﻱﺎﻴﺇﻭ لﺎﻗ ؟ﷲﺍ

"Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan telah diwakilkan kepadanya seorang teman dari jenis jin dan malaika. Mereka bertanya: Apakah engkau juga demikian, wahai Rasulullah? Rasul menjawab: Ya, aku juga. Tetapi sesungguhnya Allah telah menolong aku, hingga ia masuk Islam, maka tidaklah ia menyuruhku kecuali kepada

kebaikan". 3 Jadi asumsi bahwa setan adalah jenis mahluk halus yang hidup di luar diri manusia adalah tidak benar, sebagaimana pemahaman orang-orang terdahulu, seperti dalam mitologi Yunani, kepercayaan Babilonia, legenda Rumania dan juga dalam tradisi Kristen semuanya mengilustrasikan setan sebagai sosok makhluk halus yang jahat yang hidup di luar diri manusia. Konsep setan dalam al-Qur'an adalah bahwa setan merupakan karakter buruk atau potensi kejahatan yang melekat dalam diri manusia dan jin yang kemudian mengalami proses personalisasi. Wallahu A'lam.

2 HR. Al-Bukhāri, Al-Bukhāri, Shah ī h al-Bukh ā ri , (Istambul: Al-Maktabah al-Islāmiyyah, t.th) jilid 2 h. 257 dan 258.

3 HR. Muslim, Imam Muslim, Shahih Muslim, (Riyādh: Dār as-Salām, 1998), cet. 1, h. 1225. hadis ini juga terdapat dalam Musnad Imam Ahmad, lihat: Al-Musnad li Imam Ahmad Ibn Hanbal,

(Beirut: Dar al-Fikr, t. th), j. 1, h. 553

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika Allah hendak menciptakan Adam, para malaikat melakukan "interupsi" kepada Allah atas kehendak-Nya menciptakan mahluk yang

diprediksikan akan melakukan kerusakan di muka bumi. Maka Allah menjawab "Aku lebih mengetahui segala sesuatu yang tidak kalian ketahui". Kemudian Allah mengadakan semacam "fit and proper test" kepada malaikat dan Adam, siapakah di antara mereka yang lebih luas pengetahuannya. Kepada mereka Allah memerintahkan mereka untuk menyebutkan nama-nama segala sesuatu yang ada pada saat itu. Para malaikat tidak mampu menjawab, sedangkan Adam bisa menjawabnya dengan baik. Maka Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam, dalam arti mengakui keunggulan dan

menghormati Adam. Semuanya bersujud kecuali Iblis. 1 Akal merupakan anugrah ilahi yang tidak terkira harganya.

Manusia dapat lebih unggul dari mahluk yang lainnya karena mereka memiliki

1 Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur`an surat al-Baqarah ayat 30-34. keengganan iblis untuk bersujud atau tunduk kepada Nabi Adam karena iblis takabbur, merasa lebih baik, lebih tua

umurnya dan lebih kuat penciptaannya dari pada Adam. Kemudian Allah melaknatnya karena kesombongannya. Lihat: Jalaluddin as-Suyuthi, Laqth al-Marj ā n fi Ahk ā m al-J ā n , (Beirut : D ā r al- Ma’rifah, 1998), h. 250-251.

pengetahuan yang sangat kreatif yang bersumber pada akal. Dengan pengetahuan ini, manusia dapat belajar dari alam, berkreasi, berinovasi dan

memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya. 2 Dengan keunggulan ini, atas perintah Allah para malaikat bersujud kepada Adam, tetapi Iblis

membangkang perintah tersebut karena ia merasa lebih mulia dari Adam. Sejak itulah, Iblis memulai karirnya sebagai agent anti manusia yang selalu berusaha

menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat. Ada sisi positip kehadiran setan dalam kehidupan manusia, yaitu menjadi tantangan dan sekaligus membuat hidup manusia semakin dinamis, akan tetapi manusia harus berjuang keras dan gigih dalam setiap pergumulan dan perseteruannya dengan setan. Dibalik sisi-sisi positip itu ada perangkap setan yang dapat menjerat manusia ke jalan yang sesat dengan tipu dayanya, oleh karena itu manusia harus selalu berusaha untuk tetap lurus pada jalur ilahi agar selamat dari tipu daya Iblis dan kroni-kroninya untuk menyesatkan manusia.

Allah memberikan pilihan-pilihan kepada manusia, sekaligus menciptakan dua kutub yang saling bertentangan, antara kekuatan yang baik

2 Ini bukan berarti akal adalah segala-galanya, akal tidak serta merta memberikan pengetahuan yang utuh akan kebenaran. Oleh karena itu Allah menurunkan wahyu sebagai sumber

intuisi untuk memberikan bimbingan terhadap akal agar dapat menemukan kebenaran sesuai hakikatnya. Lihat: M. Quraish Shihab, Yang tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), cet. III, h. x-xi intuisi untuk memberikan bimbingan terhadap akal agar dapat menemukan kebenaran sesuai hakikatnya. Lihat: M. Quraish Shihab, Yang tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), cet. III, h. x-xi

sebagai iblis atau setan. 3

Ketika kita membicarakan masalah setan, maka akan muncul

banyak keunikan sekaligus misteri yang senantiasa mengundang berbagai pertanyaan. Melangkah kepada suatu kehidupan metafisik (dunia ghaib), tentu tidak hanya membutuhkan kekuatan daya nalar yang kritis, tapi perlu juga dilengkapi dengan perangkat keimanan akan kebenaran dunia lain yang bersifat Transcendent (sangat penting).

Istilah setan bukanlah sebuah istilah yang baru dikenal, karena istilah itu telah lama berbaur di kalangan masyarakat luas. Bahkan sejak 14 abad yang lalu al-Qur’an telah mengabarkan kepada kita akan eksistensi setan, asal mula penamaannya, karakternya, dan peranannya dalam setiap gerak langkah kehidupan manusia. Hanya saja berita tentang adanya setan merupakan hal yang gaib yang memerlukan keimanan dalam hati dan sekaligus memerlukan daya nalar yang kritis.

3 Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok al-Qur`an, Terj. Anas Mahyudin, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1995), cet. 2 h. 178

Setan merupakan karakter buruk dan jahat yang bisa mengalir dalam diri manusia melalui aliran darah. Cara masuknya, bisikan dan godaan setan ke dalam hati manusia dan pengaruhnya terhadap pikiran manusia adalah

seperti masuknya bibit penyakit (mikroba) ke dalam tubuh manusia . 4

Karena itu siapapun yang tidak memiliki keimanan yang kuat dan akal yang cerdas akan hal-hal yang gaib pasti tidak akan pernah tahu tentang

setan, karakteristik dan bahayanya. Dan ia akan jauh dari keselamatan, apalagi jika bahaya itu datang di tempat yang tidak diketahui, maka pengaruhnya akan sangat berbahaya bagi orang yang tertimpanya.

Sejak diusir oleh Allah dari surga, iblis berkomitmen sampai hari kiamat untuk menjerumuskan Nabi Adam dan keturunannya supaya masuk ke neraka. Dengan tipu dayanya, setan menjauhkan dan menyesatkan manusia dari jalan Allah swt.

Setan selalu menjadi sasaran dan kambing hitam dalam setiap pergumulan dan perseteruannya dengan manusia, tetapi ia selalu luput dan tidak pernah menyerah. Ketika setan mampu menguasai manusia untuk memperturutkan hawa nafsunya, maka ia meninggalkan manusia yang mengikutinya dalam kesesatan dan kehancuran, dan manusia yang semula dipimpinnya dibiarkan maju binasa.

4 Ahmad Mustafa Al-Mar ā gh ī ., Tafsir Al Mar ā gh ī , ( Mesir : Mustafa Al-Babi Al- halabi, 1966/1385 ) , jilid 3 , hlm,126.

Dalam surat Al-A`raf ayat 27 Allah berfirman:

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia

menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang

tidak beriman". (Q.s. al-A'rāf 7 : 27)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa setan melihat manusia, sedangkan manusia tidak dapat melihatnya. Ini berarti bahwa setan itu ghaib bagi manusia. Tapi meskipun dia tidak terlihat oleh mata namun pengaruhnya terasa kalau dia telah masuk ke dalam hati. Hal ini dapat kita rasakan umpamanya ketika kita sedang melakukan salat, ia berbisik di hati kita mengusik dan mengganggu kita tanpa kita tahu di mana setan itu berada. Jerat yang dipasang oleh setan siang dan malam menurut Ibnu Abbas, sebagaimana

yang dikutip oleh Hamka tidak kurang dari tujuh ratus (700) macam. 5

5 Hamka, Tafsir Al-Azhar, ( Jakarta : Pustaka Panjimas, 1984 ), cet.3 , jilid 9 , hlm,261.

Apa dan Siapakah sebenarnya setan itu? Apa pula yang dimaksud setan dari bangsa jin dan setan dari bangsa manusia? Dan bisakah manusia mengalahkannya?

Setan masih tetap sebuah misteri, aktifitas setan adalah memasuki setiap bidang kehidupan manusia. 6 Ia hidup bersama kita di muka bumi ini,

bercampur di tempat tinggal kita, makan dan minum bersama kita.

Setan juga merusak hati dan pikiran kita, meluapkan amarah antara kita, membuat pertumpahan darah dan terkadang juga menjadikan manusia menyembahnya atau menyembah mahluk yang lainnya dan menyebabkan sebagian kita menyimpang dari jalan Allah swt., supaya Allah murka kepada kita. Ia selalu mengajak manusia ke arah kehancuran, kerusakan dan kebinasaan.

Hal ini berarti bahwa setiap yang menjauhkan diri dari kebenaran , membujuk untuk berbuat kemaksiatan dan selalu mendorong manusia untuk

melakukan kejahatan dapat dikategorikan sebagai setan. 7 Dalam al-Qur`an, kata "Syaithān" baik mengambil bentuk jamak

maupun tunggal disebut sebanyak 88 kali dalam 36 surat. Sedangkan kata

6 Fazlur Rahman, Tema-tema pokok Al-Qur`an, h. 182 7 M. Mutawalli , Waspadalah Terhadap Setan, (Jakarta: PT. Arista Brahmatyasa, 1984), cet.

1. h. 4

"Iblīs" 8 disebutkan sebanyak 11 kali dalam 9 surat. . Ayat yang paling sering dijadikan rujukan awal adalah surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 berkenaan

dengan dialog antara Allah swt. dengan malaikat tentang penciptaan Adam, yang diikuti dengan perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam sebagai tanda pengakuan atas kemuliannya.

Dalam surat tersebut kata "Iblīs" disebutkan sebagai person

pembangkang dan "Syaithān" sebagai pembisik, keduanya berada dalam satu ayat bahkan dalam satu rangkaian cerita. Penyebutan tersebut berulang kali dalam setiap cerita pembangkangan Iblis. Hal ini setidaknya dapat mengandung dua arti; pertama, bahwa setan tiada lain adalah Iblis; kedua, keduanya mungkin merupakan dua hal yang berbeda atau mengandung makna bahwa kata "Syaithān" menunjukkan sifat atau perilaku dominan bagi Iblis. Karenanya walaupun keduanya identik tapi berbeda. Asumsi tersebut menggelitik para ulama untuk meneliti siapa sebenarnya setan dan Iblis itu?.

Berbagai persoalan memang senantiasa mewarnai penafsiran al- Qur`an. Penafsiran al-Qur`an pun akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan metodologi yang digunakan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena teks-teks al-Qur`an sendiri, walupun sifatnya

8 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu`jam al-Mufahras li Alfazhi al-Qur'an al-Karim, (Lebanon: Dar al-Fikr, 1981 M/1401 H), cet. 2, h. 382-383 dan h. 134. Lihat juga: Ali Audah,

Konkordansi Al-Qur`an: Panduan Kata dalam Mencari Ayat Al-Qur`an, (Bandung: Mizan, 1997), cet. 2 h. 267 dan 610-614.

universal akan tetapi turun dalam konteks ruang dan waktu yang sangat terbatas dan sesuai dengan kondisi sosial kemasyarakatan dan kapasitas

intelektual yang dimiliki masyarakat ketika itu. 9 Penafsiran tentang setan juga muncul berbagai pemahaman yang

berbeda. Hal ini tentunya menuntut sebuah pengkajian dan penafsiran yang benar-benar utuh dan komprehensif.

Penulis mencoba menganalisis dengan cermat berusaha menghindari sikap prejudice (prasangka) dan sikap a priori (berdasarkan teori yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya) dalam mengambil kesimpulan terhadap eksistensi setan. Juga tidak ingin mempunyai kesalahpahaman tentang setan yang mengarah kepada keyakinan yang keliru atau sesat, karena tidak tahu persis permasalahan dan bahkan mungkin terkesan diskriminatif dalam menyikapi permasalahan yang sebenarnya.

Dalam hal ini Al-Qur’an mengisyaratkan dalam surat Al-An’am ayat 112 yang berbunyi :

9 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur`an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Para Madina, 1996), cet. 1, h. 8-9

“ Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu Setan- Setan dari jenis manusia dan dari jenis jin , sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah untuk menipu manusia. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” ( Q.S Al-An’am : 112 )

Ayat ini menjelaskan bahwa setan yang dimaksud dalam Al- Qur’an adalah dari jenis jin dan manusia keduanya memiliki peranan yang sama, yaitu selalu berusaha menggoda manusia agar terjerumus ke lembah kehinaan. Namun bedanya adalah kalau manusia bisa sama-sama dilihat, sedangkan setan yang berupa jin tidak bisa ditangkap dengan panca indera.

Kita selalu beranggapan bahwa setan merupakan aktor di balik berbagi bencana , malapetaka, kejahatan , teror-teror, dan yang semacamnya. Ia adalah pembangkang terhadap perintah-perintah Allah , pelanggar larangan- larangannya, pembelok dari kebenaran, penghambat dan perintang dari kebaikan.

Penulis akan menganalisis secara mendalam dengan berlandaskan pada argumentasi yang kuat dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Jangan sampai masyarakat terjebak pada keterjerumusan teologis yang tidak kondusif bagi tumbuhnya nilai keimanan yang integral akan kemahakuasaan dan kesempurnaan Allah swt. Keutuhan dan integritas pemikiran terhadap alam semesta dan mahluk yang mengisinya baik setan maupun manusia adalah Penulis akan menganalisis secara mendalam dengan berlandaskan pada argumentasi yang kuat dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Jangan sampai masyarakat terjebak pada keterjerumusan teologis yang tidak kondusif bagi tumbuhnya nilai keimanan yang integral akan kemahakuasaan dan kesempurnaan Allah swt. Keutuhan dan integritas pemikiran terhadap alam semesta dan mahluk yang mengisinya baik setan maupun manusia adalah

Berdasarkan gambaran seperti itulah penulis mencoba memilih

judul "Setan Dalam Al-Qur`an" dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Setan merupakan suatu hal yang gaib yang wajib kita imani keberadaannya, namun haruslah dipahami dengan logika yang cerdas, meskipun ia tidak

terlihat oleh panca indera kita. Benarkah asumsi bahwa setan merupakan mahluk halus yang menakutkan? Dan apa yang dimaksud dengan setan dari bangsa manusia dan jin?

2. Setan adalah karakter buruk yang selalu mendorong manusia untuk melakukan kejahatan. Sehingga hal ini sangat berbahaya bagi masa depan manusia, oleh karena itu manusia harus menangkal serangan-serangan setan tersebut dan membentengi diri dari segala tipu dayanya.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Secara hakiki manusia memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengetahui alam gaib yang berada dalam dunia metafisik. Misteri alam gaib itu merupakan rahasia Allah yang hanya Allah sajalah yang mengetahuinya secara pasti. Namun demikian kita harus beriman kepada hal yang gaib karena Allah sendiri sebenarnya adalah Dzat Yang Mahagaib .

Keimanan terhadap yang gaib merupakan sikap pertama yang harus ditanamkan kepada orang-orang yang bertaqwa . Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 1-3 yang berbunyi :

“ Alif lam mim. Kitab ( Alqur’an ) ini tidak ada keraguan padanya, Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib , yang mendirikan shalat , dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugrahkan kepada mereka” . ( Q.S al Baqoroh : 1-3 )

Setan termasuk hal yang gaib yang wajib kita imani karena terdapat banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang menyatakan eksistensinya. Namun perlu dicermati pula makna hakiki dari setan itu sendiri. Apakah benar asumsi bahwa jin itu ada yang beriman kepada Tuhannya, tapi juga ada yang tidak beriman yang disebut setan? Hal tersebut, perlu penulis luruskan dalam pembahasan tesis ini.

Banyak di antara manusia yang hatinya dikalahkan oleh setan dan dikuasai olehnya. Sehingga hati itu penuh dengan godaan yang mengajak memilih dunia dan melemparkan akhirat. Setan akan lemah dan tidak berdaya ketika manusia mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat, karena hawa nafsu adalah sumber dari keburukan. Begitu pula dengan meramaikan hati Banyak di antara manusia yang hatinya dikalahkan oleh setan dan dikuasai olehnya. Sehingga hati itu penuh dengan godaan yang mengajak memilih dunia dan melemparkan akhirat. Setan akan lemah dan tidak berdaya ketika manusia mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat, karena hawa nafsu adalah sumber dari keburukan. Begitu pula dengan meramaikan hati

Dalam surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 tersebut kata "Iblīs" disebutkan sebagai person pembangkang dan "Syaithān" sebagai pembisik, keduanya berada dalam satu surat bahkan dalam satu rangkaian cerita. Penyebutan tersebut berulang kali dalam setiap cerita pembangkangan Iblis,

hal ini setidaknya dapat mengandung dua arti; pertama, bahwa setan tiada lain adalah Iblis; kedua, keduanya mungkin merupakan dua hal yang berbeda atau mengandung makna bahwa kata "Syaithān" menunjukkan sifat atau perilaku dominan bagi Iblis. Karenanya walaupun keduanya identik tapi berbeda. Asumsi tersebut menggelitik para ulama untuk meneliti siapa sebenarnya setan dan Iblis itu?.

Benarkah jin, setan dan iblis yang menjadi musuh manusia itu adalah sosok makhluk halus yang berada diluar diri manusia? Penulis akan berusaha membahasnya dengan cermat dan teliti.

Adapun permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Menurut al-Qur`an, siapakah setan itu?

2. Apakah istilah setan di dalam al-Qur`an bermakna jisim atau suatu potensi?

10 Al-Ghazali, Ihya` Ulumuddin, (Kairo: Dar al-Hadis, 1990) jilid 3 h. 93

Sedangkan ruang lingkup pembahasan (batasan masalah) pada tesis ini adalah melipuiti pengertian setan, hakekat setan dan hal-hal yang berkaitan dengan setan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

1. Untuk mengungkapkan dan menjelaskan siapa sesungguhnya setan itu, agar bisa dipahami secara benar menurut al-Qur’an

2. Untuk menganalisa secara kritis hal-ihwal setan, dan mencari strategi yang tepat dan benar sesuai dengan pemahaman menurut al-Qur’an.

3. Untuk dijadikan sebagai saalah satu sumber rujukan dalam memahami masalah setan, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang membahayakan keimanan.

D. Kajian Pustaka

Sejauh pengamatan penulis belum ada karya ilmiyah yang mengangkat tema ini. Walaupun banyak karya-karya yang membahas tentang setan dan jin namun pokok bahasan sangat terbatas. Seperti karya Muhammad Abduh Al-Mughiri yang berjudul Zaw ā j al- Jā n min Bani al-Ins ā n . Kemudian

karya Ali Ahmad Al-Thahtawi yang berjudul Hiw ā r Syay ā th ī n ma’a al-Anbiy ā wa al-Shālih ī n. Buku yang pertama mengupas tentang perkawinan jin dan manusia yang merupakan sebuah pengalaman spiritual seseorang. Kemudian yang kedua membahas tentang dialog setan dengan para nabi dan orang-orang karya Ali Ahmad Al-Thahtawi yang berjudul Hiw ā r Syay ā th ī n ma’a al-Anbiy ā wa al-Shālih ī n. Buku yang pertama mengupas tentang perkawinan jin dan manusia yang merupakan sebuah pengalaman spiritual seseorang. Kemudian yang kedua membahas tentang dialog setan dengan para nabi dan orang-orang

Pertama , buku karya M. Quraish Shihab yang berjudul 'Yang Tersembunyi Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-Qur`an–As-Snnah ",

tebalnya 307 halaman. Shihab mengupas banyak tentang makna jin, setan dan iblis. Tapi Shihab lebih condong kepada penafsiran literal dan tekstual, sehingga dalam penafsirannya tentang jin, setan dan iblis dia pahami sebagai mahluk halus yang di luar diri manusia yang mempunyai berbagai kemampuan dan sekaligus kelemahan, sebagaimana yang ia pahami dari ayat-ayat al- Qur`an yang berkaitan dengan ayat-ayat tentang jin, setan, dan iblis, khususnya dalam memahami makna jin.

Di dalam hal ini Shihab melakukan generalisasi makna terhadap ayat-ayat jin, tanpa melihat lebih jauh konteks ayat dan mengesampingkan referensi-referensi yang integral, sehingga terjadi banyak kerancuan dalam memahami jin, setan dan iblis dari berbagai aspek. Bagi Shihab setan itu adalah manusia yang berperilaku jahat dan jin kafir yang berwujud mahluk halus di luar diri manusia. Sedangkan jin muslim bukan termasuk setan. Sedangkan definisi jin kafir itu tidak jelas. Shihab hanya mengatakan bahwa Di dalam hal ini Shihab melakukan generalisasi makna terhadap ayat-ayat jin, tanpa melihat lebih jauh konteks ayat dan mengesampingkan referensi-referensi yang integral, sehingga terjadi banyak kerancuan dalam memahami jin, setan dan iblis dari berbagai aspek. Bagi Shihab setan itu adalah manusia yang berperilaku jahat dan jin kafir yang berwujud mahluk halus di luar diri manusia. Sedangkan jin muslim bukan termasuk setan. Sedangkan definisi jin kafir itu tidak jelas. Shihab hanya mengatakan bahwa

Shihab menolak eksistensi jin yang berada dalam diri manusia. Karena menurutnya, mengingkari keberadaan jin di luar diri manusia sama

dengan meniadakan sebagian teks al-Qur`an dan as-Sunnah. 11 Padahal menurut penulis tidak harus demikian, kalau masing-masing teks itu dipahami dalam

konteks yang tepat. Hal pokok inilah yang belum diekplorasi secara signifakan oleh Shihab. Memang banyak hal yang tidak terjangkau oleh panca indra, tapi eksistensinya diakui. Di dalam bukunya, Shihab mencoba memberikan berbagai argumentasinya, namun banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan penafsiran jin, belum memuaskan logika penulis, karena ada kerancuan makna jin dalam satu ayat dengan ayat yang lain.

Bahwa keberadaan jin, setan, dan iblis itu ada disebutkan dalam al- Qur`an adalah suatu kebenaran yang harus diyakini, tetapi untuk memahaminya kita perlu melakukan kajian mendalam tentang hal itu dari berbagai sumber, mengingat bahwa al-Qur`an dan as-Sunnah adalah teks yang hidup. Pemahaman tentang hal tersebut dapat diperoleh dengan komprehensif, ketika digunakan pemahaman yang seimbang dan proporsional antara tekstual

11 Lihat: Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur`an dan al- Sunnah serta Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet. 3, h. 26 11 Lihat: Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur`an dan al- Sunnah serta Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet. 3, h. 26

Kedua, buku yang berjudul "Dajal dan Simbol Setan" karya Toto Tasmara. Buku ini tebalnya 305 halaman. Setelah penulis teliti, apa yang dibahas oleh Toto Tasmara sesungguhnya merupakan penafsiran kondisi umat Islam masa kini yang penuh dengan berbagai konspirasi untuk menjauhkan

umat islam dari agamanya. Kelompok pergerakan atau sindikat pergerakan bawah tanah kaum Zionis inilah yang dialamatkan oleh Toto Tasmara sebagai dajal dan setan.

Toto Tasmara berkeyakinan bahwa ada konspirasi global untuk mengkafirkan umat islam yaitu yang disponsori oleh kaum Zionis yang dilambangkan sebagai dajal dan setan dalam penafsirannya. Toto Tasmara berupaya menganalisis pemikiran beberapa tokoh Yahudi dan beberapa tokoh lain yang mempunyai paradigma sama atau serupa. Kemudian ia terjemahkan sebagai sebuah gerakan zionisme. Ia menafsirkan setan sebagai sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang dianggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis-fundamentalis.

Toto Tasmara sama sekali tidak mengkaji makna setan baik dari sisi bahasa maupun istilah. Di sini tidak penulis temukan referensi buku-buku Toto Tasmara sama sekali tidak mengkaji makna setan baik dari sisi bahasa maupun istilah. Di sini tidak penulis temukan referensi buku-buku

dianggap menyesatkan. Kemudian ia menekankan pentingnya persatuan umat dalam menghadapi perang global tersebut. 12

Selanjutnya Toto Tasmara menginginkan dan mengajak umat Islam untuk bergerak dalam dakwah yang memperioritaskan pencerahan ilmu, kecintaan terhadap agama, akhlak, dan semangat ksatria atas dasar persaudaraan. Hal ini harus dikoordinasikan dalam satu lembaga dakwah

Islamiyah yang kredibel. 13 Jadi dalam buku Dajal dan Simbol setan karya Toto Tasmara ini akan jauh berbeda dengan tesis ini.

Ketiga, tema setan yang dibahas dalam Ensiklopedia al-Qur`an karya M. Dawam Raharjo adalah salah satu dari 27 tema pokok yang diangkat olehnya. Dalam hal ini Dawam Raharjo terkesan tidak tuntas dalam mendefinisikan setan dan iblis. Terlalu banyak berbelit-belit dengan wacana

12 Lihat: Toto Tasmara, Dajal dan Simbol Setan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), cet. VIII, h. 135-174.

13 Untuk lebih jelasnya lihat: Toto Tasmara, Dajal dan Simbol Setan, h. 227-260 13 Untuk lebih jelasnya lihat: Toto Tasmara, Dajal dan Simbol Setan, h. 227-260

Dalam beberapa komentarnya ada ambiguitas dan ambivalensi

dalam memaknai setan dan iblis. Di satu sisi ia berasumsi bahwa makna setan adalah karakter jahat yang melekat pada diri manusia dan tidak ada kaitannya dengan mahluk halus. Tapi di sisi lain ia terbawa oleh mitos-mitos yang ia ungkapkan, yaitu setan adalah sosok mahluk yang digambarkan memiliki kekuatan besar yang menggoda, menyesatkan, dan menjerumuskan manusia. Secara normal tidak bisa ditangkap oleh manusia, tetapi merupakan realitas

obyektif, baik dalam pengertian abstrak maupun konkrit. 14 Keempat, buku yang berjudul "Wiqāyāt al-Insān min al-Jin wa

asy-Syaithān " karya Wahid Abdussalam Bali. Buku ini fokusnya adalah tentang keyakinan terhadap keberadaan jin, setan, dan iblis serta pengaruhnya yang berbahaya bagi manusia. Kemudian Wahid merumuskan hal-hal yang menurutnya dapat memproteksi diri dari kejahatan jin, setan dan iblis.

14 Lihat: M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an: Tafsir al-Qur`an Berdasarkan Konsep- konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 1996), cet. 1, h. 291-293.

Namun Wahid tidak membahas dengan detail tentang hakekat jin, setan dan iblis. Ia secara eksplisit dan implisit meyakini keberadaan jin, setan dan iblis, tetapi hanya bersandarkan pada ayat-ayat al-Qur`an dan hadis secara tekstual tanpa analisis dan interpretasi. Bagi Wahid sangat simpel, bahwa jin, setan, dan iblis itu ada, dan mereka itu adalah musuh manusia yang berbahaya. Oleh karena itu manusia harus melakukan upaya-upaya untuk menyelamatkan

diri dari kejahatan jin, setan, dan iblis serta selalu mewaspadainya. Wahid merumuskan langkah-langkah yang tidak kurang dari 36 langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi bahaya jin, setan, dan iblis. Dia istilahkan sebagai terapi pengobatan dari gangguan jin, setan, dan iblis, serta tindakan preventif dalam membentengi diri dari gangguannya. Di antaranya adalah keikhlasan, memantapkan/mengukuhkan ibadah hanya untuk Allah, melazimkan salat berjama`ah, memperbanyak ketaatan, membaca surat

al-Baqarah, membaca ayat kursi, dan lain-lain. 15 Di sini nampaknya solusi yang ditawarkan oleh Wahid bersifat

literal dan dogmatis, tidak ada analisis yang signifikan terhadap realitas obyektif. Bahwa al-Qur`an dan as-Sunnah telah mengungkapkan tentang keberadaan jin, setan, dan iblis itu adalah sebuah fakta dan realita. Tetapi al- Qur`an dan as-Sunnah merupakan sebuah teks yang multi interpretative, yang

15 Lihat: Wahid Abdussalam Bali, Wiq ā y ā t al-Ins ā n min al-Jin wa asy-Syaith ā n , (Jedah: Maktabah ash-Shahabah, 2002), h. 1-278.

membutuhkan banyak referensi untuk memahami teks al-Qur`an dan as- Sunnah. Hal inilah yang belum tersentuh secara signifikan dalam kajian Wahid Abdussalam Bali.

Kelima, buku karya Peter J. Awn, "Satan`s Tragedy and Redemption:Iblis in Sufi Psychology ". Awn melakukan penelitian tentang konsep setan dari berbagai sumber kitab suci dan dari literature para sufi. Awn

mencoba memahami konsep setan dengan mengkaji ayat-ayat suci al-Qur`an, hadis, injil, dan taurat. Kesimpulannya, Awn memahami bahwa setan adalah mahluk penggoda yang menggiring manusia ke jalan neraka. Tapi Awn meyakini bahwa sebagian besar masalah setan itu menyentuh aspek keterlibatannya dalam kehidupan spiritual manusia . Tanpa godaan serta bujukan setan dan iblis,

perkembangan spiritual yang sebenarnya tidak akan tercapai. 16 Yang menarik adalah bahwa di dalam buku ini Awn membahas

tentang setan kaitannya dengan pandangan para sufi yang memilih jalan spiritualnya dalam upaya menyatukan diri dengan Tuhan. Ia membahas konsep setan menurut Jalaluddin Rumi hingga Fariduddin Attar. Dan Awn membahas pula pandangan-pandangan sufi yang kontroversial, seperti Husain Ibnu Manshur al-Hallaj, ia dihukum mati karena teori ketuhanannya yang sangat kontroversial pada tahun 992 M. Walaupun alasan kematiannya masih

16 Peter J. Awn, Satan`s Tragegy and Rademption:Iblis in Sufi Psychology , Terj. Arif Rahmat, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000), cet. 1, h. 42-43 16 Peter J. Awn, Satan`s Tragegy and Rademption:Iblis in Sufi Psychology , Terj. Arif Rahmat, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000), cet. 1, h. 42-43

condong kepada faktor politis. 17 Menurut Awn, al-Hallaj menganggap iblis adalah model spiritual

yang sempurna bagi manusia. Di antaranya adalah karena iblis dianggap mahluk yang monoteis sempurna, dikarenakan iblis tidak mau bersujud kepada

selain Allah. Jelas dalam bukunya, bahasan Awn tentang setan lebih kepada makna setan sebagai sosok figur mahluk tersendiri yang mempunyai banyak karakter, tidak hanya karakter buruk dan jahat tergantung dari sudut pandang

sesorang. Sedangkan tesis yang akan penulis bahas adalah menggali dan menjelaskan secara kritis dan analitis terhadap eksistensi setan, bahayanya bagi manusia serta langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menghadapinya. Penulis akan memaparkan makna setan, iblis dan jin dari segi terminologi dan etimologi secara komprehensif dengan mengekplorasi berbagai sumber dan literature.

17 Di antaranya karena al-Hallaj dianggap mempunyai hubungan dengan gerakan Qaramithah (Carmatians) yaitu salah satu sekte Syi'ah yang dibentuk oleh Hamdan Ibnu Qarmath di akhir abad ke-

9 M. sekte ini dianggap berpaham komunis, mengadakan terror, menyerang Mekah di tahun 930 M, merampas Hajar Aswad yang dikembalikan oleh kaum Fathimi di tahun 951 M, dan menentang pemerintahan Bani Abbas, mulai dari abad ke-10 sampai abad ke-11 M, dikarenakan juga al-Hallaj mempunyai pengaruh cukup besar di kalangan rakyat jelata. Lihat: Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1999), cet. Ke-10, h. 87

Kemudian penulis akan melakukan analisis yang tajam terhadap makna-makna setan, iblis dan jin yang termaktub dalam al-Qur`an dan as- Sunnah. Sehingga penulis berharap dapat mendapatkan suatu kesimpulan yang berkualitas dan valid untuk menentukan sikap dan langkah yang tepat dalam menghadapi bahaya dan ancaman tipu daya setan.

E. Metodologi Penelitian

Setiap penyelidikan, penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah harus menggunakan metode-metode tertentu . Dalam tesis ini penulis menggunakan metode penelitian perpustakaan (Library Recearch) , yaitu dengan mencari data-data melalui berbagai sumber buku bacaan yang berkaitan dengan tema bahasan.

Sedangkan dalam menganalisis data-data yang ada penulis menggunakan metode kualitatif. Oleh karena itu, dalam tesis ini penulis mengkaji beberapa ayat al-Qur’an yang bekaitan dengan setan. Maka penulis mempergunakan buku sumber pokok al-Qur’an al-Karim dan beberapa kitab tafsir serta ditunjang oleh beberapa buku sumber yang lain. Untuk memudahkan mencari klasifikasi ayat-ayat yang berhubungan dengan tema bahasan , maka penulis mempergunakan buku karya Muhammad Fu’ad Abdul

Baqi yaitu Al-Mu’jam al-Mufahras li alf ā zh Al-Qur’ ā n Al-Kar ī m.

F. Sistematika Penulisan

Untuk menjelaskan tesis ini, selanjutnya penulis memaparkan rencana sistematika penulisan sebagai berikut : Bab Pertama , Pendahuluan membahas tentang latar belakang,

pokok dan rumusan masalah, tujuan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

Bab Kedua membahas tentang Pengertian setan meliputi

pengertian setan secara umum, macam-macam setan, dan hakekat setan.

Bab Ketiga membahas tentang eksistensi setan dalam al-Qur’an yang mencakup asal mula kejadian setan, setan dan komunitasnya, dan tipu

daya setan dalam menyesatkan manusia. Bab Keempat membahas strategi menghadapi tipu daya setan meliputi berlindung diri dari godaan setan, bertaqwa kepada Allah, ikhlas dalam beramal, berdzikir dan berdo`a.

Bab Kelima penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Sebagai akhir dari tesis ini penulis mencantumkan daftar

kepustakaan yang dijadikan sumber data, bagi pembahasan tema tersebut.

BAB II PENGERTIAN SETAN

A. Pengertian Setan Secara Umum

Para ulama berbeda pendapat tentang asal kata "Syaithān" dalam

dua pendapat. Pertama; kata "Syaithān" berasal dari kata ﻥﻁﺸ yang berarti

jauh, karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Kedua; kata "Syaithān" berasal dari kata 1 ﻁﻴﺸﻴ – ﻁﺎﺸ yang berarti binasa dan terbakar.

Setan dalam sejarah manusia dikenal juga dengan nama Iblis, yang konon asal katanya dari bahasa Yunani yaitu diabolos, yang artinya pemfitnah

dan berarti juga tipu daya. Dalam kamus-kamus bahasa dikenal pula kata diabolic . Kata ini digunakan dalam bentuk ajektif dengan arti sangat buruk dan

berarti juga setan. 2 Dalam mitologi Yunani yang hidup dalam masyarakat Athena,

Dewa Anggur dan Dionysus menganggap Iblis sebagai malaikat-malaikat yang

1 Lihat: Ibnu Manzhūr, Lis ā n al-'Arab pada kata ﻦﻄ ﺷ (Kairo: Dār al-Fikr, 1987) jilid. 7 h. 122 dan lihat: Ahmad Ibn Muhammad al-Fayumi, Al-Mishb ā h al-Mun ī r , (Libanon: Maktabah Lubnan,

1987), juz. 1, h. 333.. Lihat juga pendapat tersebut yang diungkapkan oleh Abu al-Qāsim al-Husaini, Ar-R ā ghib Al-Ashfah ā ni, (Beirut: Dār al-Fikr, t. th.), h. 261

2 Cyril Glasses, Ensiklopedi Islam Ringkas, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), Cet. 1, h. 142 2 Cyril Glasses, Ensiklopedi Islam Ringkas, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), Cet. 1, h. 142

cerdik dan suka berkhianat. Iblis ini disebut dengan istilah Diabolos. 3

Dalam kepercayaan Babilonia, Iblis adalah anak-anak langit dan bumi. Karenanya, ia tidak satu melainkan banyak. Mereka sering berwujud

sebagai ular yang ganas. Mereka sering diliputi cahaya sehingga tidak bisa dilihat oleh manusia, bahkan para dewa sekalipun. Penyelimutan Iblis dengan sinar ini menimbulkan dualistis Dewa Surya di India, karena matahari disebut

juga ular dan ular adalah setan. 4 Dalam legenda Rumania terdapat kepercayaan bahwa Tuhan dan

setan adalah bersaudara. Persaudaraan ini mirip dengan ikatan antara Ohrmazd dan Ahriman dalam tradisi Zoroasterisme. Sosok yang pertama mempunyai watak yang baik dengan menjaga cahaya, hidup, kesehatan dan kegembiraan.

3 Toto Tasmara, Dajjal dan Simbol Setan, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2000), Cet.III. , h. 32. Dijelaskan bahwa Iblis dalam mitologi Yunani merupakan mahluk gaib, tidak kelihatan. Jumlahnya

tidak terhittung. Konon, setiap orang memiliki seribu (1000) Iblis di sebelah kanannya dan sepuluh ribu (10.000) Iblis disebelah kirinya. Mereka memilih tinggal di tempat-tempat terpencil. Lihat: M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an: Tafsir al-Qur`an Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 1996), cet. 1, h. 276

4 M. Dawam Raharjo, Setan, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan "Ulumul Qur`an" No. 2. Vol. V. , 1994, h. 33

Sedangkan yang kedua merupakan kekuatan destruktif yang selalu menghancurkan semuanya. 5

Bahkan ada yang berpendapat bahwa cerita tentang setan hanyalah hasil imajinasi manusia primitive untuk memberikan simbol atas kekuatan jahat yang ada diluar dirinya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mereka melacak asal-usul kata setan dalam sejarah manusia. Sebagian dari mereka

berpendapat bahwa kata "setan" atau "syaithān" dalam bahasa Arab bermula dari bahasa Ibrani yang berarti lawan atau musuh. Alasannya adalah bahwa kata itu lebih dahulu dikenal dalam agama Yahudi sebagai agama yang lahir lebih dahulu dari pada agama Kristen dan agama Islam. Sedangkan orang

Yahudi sejak dahulu telah menggunakan bahasa Ibrani. 6 Kemudian kata "setan" itu dibawa oleh orang-orang Yahudi. Dan diduga diperkenalkan oleh

orang-orang Kristen Ethiopia kepada bangsa Arab sebelum datangnya agama Islam. 7

Dalam tradisi Kristen, setan adalah kekuatan jahat yang sangat dahsyat. Ia dinamakan dengan dua istilah, yaitu Lucifer dan Beel Zebub. Agaknya, istilah pertama merupakan warisan dari tradisi Yunani, sedangkan

5 Lebih jelasnya lihat: M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an: Tafsir al-Qur`an Berdasarkan Konsep-konsep Kunci , h. 278-279

6 Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur`an dan al-Sunnah serta Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet. 3, h. 93

7 E. Bosworth, atc. All, The Encyclopedia of Islam, (Leiden: Brill Academic Publishers, 1997), New Edition, h. 407.

yang kedua merupakan warisan dari tradisi Israel. Seperti halnya tradisi Yunani, Lucifer dalam tradisi Kristen berarti pembawa cahaya. Namun karena keangkuhannya, martabatnya jatuh hingga kederajat yang sangat rendah.

Adapun Beel Zebub, dalam perjanjian lama disebut sebagai penghulu setan. 8 Setan dalam tradisi Kristen banyak mengalami personifikasi

sebagai Iblis. Ia merupakan penguasa kejahatan. Iblis dalam al-Kitab perjanjian

lama tidak selalu diasumsikan sebagai kekuatan jahat, melainkan juga sebagai salah satu mahluk surgawi. Akan tetapi sejak kejatuhannya, kegiatan-kegiatan Iblis senantiasa merugikan manusia terutama para Nabi. Ia telah menggoda Ayub, membujuk Daud, bahkan dikatakan telah mendakwa Yosua, Imam

Agung, sehingga ia mendapat murka dari Tuhan. 9 Sebagaimana tradisi-tradisi sebelumnya, Iblis dalam Perjanjian

Lama mengambil bentuk sebagai ular. Ia pertama kali muncul dalam kisah penggodaan Iblis terhadap Adam dan Hawa untuk mendekati pohon terlarang. Ular dalam tradisi manapun merupakan mahluk yang sangat licin, licik dan jahat.

Sesuai dengan karakter ular, Iblis dalam al-Kitab merupakan sosok yang cerdik dan licik. Ia seringkali melakukan penyamaran-penyamaran yang

8 Lembaga al-Kitab Indonesia, al-Kitab, (Jakarta: Lembaga al-Kitab Indonesia, 1996), cet. III, h. 16

9 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, Ensiklopedi al-Kitab Masa Kini, (Jakarta: OMF, 1995), cet. III, h. 409 9 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, Ensiklopedi al-Kitab Masa Kini, (Jakarta: OMF, 1995), cet. III, h. 409

Akan tetapi Perjanjian Lama menyebutkan bahwa kekuasaan Iblis sangat terbatas, malah kekuatannya itu hanya sebagai pinjaman. Ia hanya dapat melakukan kegiatan-kegiatannya dalam batas-batas yang ditentukan oleh

10 Allah. Bahkan Iblis bisa diperalat untuk sesuatu tujuan yang benar.

Dalam sejarah perkembangan manusia, setan merupakan istilah yang dikenal luas untuk mewakili kekuatan jahat mahluk halus, tidak saja di kalangan muslim tetapi juga dalam agama Yahudi dan Nasrani, bahkan dikenal dalam mitologi dari berbagai bangsa kuno maupun masyarakat modern. Dalam

kamus bahasa inggris, kata resmi untuk setan adalah satan atau devil 11 . Dalam Islam, Iblis barangkali untuk pertama kalinya menempati

figur setan. Ia disebutkan dalam konteks kejadian mitos penting, yaitu konfrontasi Iblis dengan Adam yang mengakibatkan kutukan Allah terhadap Iblis, dan pembalasannya terhadap umat manusia melalui penggodaan Adam